Amin

Sepuluh tahun kemudian. Kurang empat jam lagi untuk Rian genap berumur 20 tahun.

"Ku bayangkan "

"Bila engkau datang"

"Tuk peluk"

"Bahagiakan aku"

"Ku serahkan"

"Seluruh hidupku"

"Menjadi penjaga Hatimu"

Seorang pemuda tengah asyik menyanyikan sebuah lagu tempo doeloe yang cukup mengenang di hatiku, lagu itu cukup tenar pada masanya. Kalau tidak salah lagu itu di rilis dua puluh tahun yang lalu, mungkin tepatnya di tahun 2001.

Dia tidak sendiri. Ada dua lagi pemuda yang duduk di sebelah kanan dan kirinya sedang memainkan musik. Yang satu memetik gitar dan yang satu menepuk baskom yang di dapatnya entah dari mana, mengiringi alunan merdu lagu yang telah di nyanyikan.

"Duar"

Tiba-tiba datang lagi seorang pemuda dari arah belakang sambil membanting kaleng kearah mereka. Menimbulkan bunyi bising yang sangat keras, menyebabkan tiga pemuda itu langsung melompat tiarap seperti menghindar dari serangan rudal. Sementara pemuda yang baru datang tertawa terpingkal-pingkal saking gelinya melihat polah tiga pemuda lainnya.

Menyadari kekacauan itu hasil dari keisengan temannya sendiri. Ketiga pemuda yang sedang tiarap itu mulai melakukan reaksi. Mereka tidak terima dengan perbuatan temannya yang hampir saja membuat jantung mereka meledak dan dunia kiamat.

"Anjirr" 1

"Bedebah kau sialan biadap setan babiutan" 2

"Dasar monyong. Kalau aku mati gimana bahlol" 3

Ketiga pemuda itu mengucapkan kata-kata makian saking kesalnya.

"HaHaHa... . Malah bagus itu. Bisa ngurangi sensus penduduk negara ini yang sudah ramai. Lagian kalian inikan tidak berguna. Cuma jadi sampah masyarakat saja yang bisanya cuma nyusahin orang tua"

"Diam kau. Kami juga memberimu bagian, brengsek!" Seru seorang pemuda sembari mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Kemudian dia menyiapkan ancang-ancang untuk menyerang, di ikuti dua pemuda yang lainnya. Maka terjadilah perkelahian tiga lawan satu yang berlangsung sangat cepat.

"Bagh"

"Bugh"

"Aduh"

"Bagh"

"Ouch"

"Tulang rusukku bisa patah, brengsek!"

"Sialan. Kenapa kau cucuk mataku, jurus baru apa lagi itu. Aku bisa buta, bodoh!"

"Aduh, tolongin aku. Sepertinya pinggangku terkilir" rintih Maco berguling kesakitan. Nampaknya sakit yang di alaminya tidak boongan. Buru-buru Rian datang mendekat seraya berkata. "Kau ini laki-laki apa si? Lemah"

"Lemah matamu! " Teriak Maco. Dia jengkel setengah mati tidak terima di bilang lemah sama Rian. "Kau nendangnya yang kekuatan monyong! Mentang-mentang tenagamu melebihi Doser mukul kawan gak kira-kira. Sialan. Awas nanti kalau sampai pinggangku selip terus aku gak punya anak. Kau harus tanggung jawab sama istriku!" oceh Maco membebel tak karuan.

"Memangnya kau punya istri?"

"Tidak. Tapi nanti, calonnya"

"Oh, oke-oke. Jadi nanti maksutmu kalau kau gak punya anak aku yang gantiin buat anak sama istrimu, gitu? Ucap Rian terkekeh sengaja ngerjain. Dutar dan Seno juga ikut terkekeh walau masing-masing mereka masih merasakan sakit di tulang rusuk dan mata.

" Ha? Sialan! " Ucap Maco tambah kesal. Wajahnya seperti ingin menangis membayangkan jika hal itu benar terjadi, membuat Rian Dutar dan Seno tambah terkekeh melihatnya.

"Sudah, cepat telungkup. Kalau mau sembuh dan punya anak gak usah banyak protes"

Maco mengikuti perintah Rian, sambil meringis dia berbaring telungkup di atas tanah. Sejak sepuluh tahun yang lalu setelah kejadian hari itu. Rian Dutar Seno dan Maco tidak pernah lagi berkelahi. Bahkan perlahan-lahan seiring bergulirnya waktu berjalan mereka menjadi teman yang sangat akrab. Mereka tumbuh bersama melewati waktu menjadi empat sahabat berwajah tampan yang banyak di gandrungi wanita di daerahnya. Begitupun mereka tidak mempunyai pacar sampai sekarang, bukanya tidak laku mereka saja yang tidak mau. Saking akrabnya empat pemuda ini, tak ada lagi jarak dalam bergaul maupun bicara antara mereka. Rahasia? itu sangat tidak mungkin, karena mereka saling terbuka. Bahkan dalam melakukan sesuatu hal pun mereka akan melakukannya dengan bersama, entah itu mencuri di desanya sendiri tauran di jalanan atau pergi kemanapun. Pasti mereka akan selalu bersama.

"Krak"

"Aduh mak!" jerit Maco kesakitan saat Rian membenarkan posisi tulang pinggangnya yang bergeser.

"Diem lo! Kek banci kaleng aja"

"Sakit nyet"

"Masih sakit ya? Berarti tadi aku salah posisi membenarkan tulangnya. Sepertinya aku harus mematahkan tulangmu lagi agar bisa menyusunnya dengan benar"

"Heh. Heh. Tidak usah" Mendengar akan di patahkan lagi membuatnya merinding disko, cepat-cepat Maco merangsek berdiri menggerak gerakan pinggangnya kekanan dan kekiri seperti cewek seksi yang mau jualan di tengah malam.

"Bagaimana, sudah sembuh kan?"

"Hem... " balas Maco berdehem. Dia malas meladeni guru beladirinya yang selalu membuat tubuhnya terluka dan cedera, walau sebenarnya gurunya juga yang akan menyembuhkan luka dan cederanya. Hehehe... .

Selama beberapa tahun ini. Rian selalu mengajarkan ilmu bela diri yang di dapat dari kakeknya kepada tiga sahabatnya, begitupun dia tetap saja yang terkuat di antara mereka di sebabkan tiga Jin yang bersemayam di tubuhnya tanpa dia ketahui. Dia juga belum tau entah dari mana asalnya bisa mengobati luka dan cedera pada orang lain bahkan dia selalu bingung mengapa setiap luka di tubuhnya akan sembuh dengan cepat, oleh sebab itu dia nyaris tak pernah terluka.

"Bagaimana dengan kalian. Apa masih sakit?" ucap Rian mengalihkan pandangan dari Maco kearah Dutar dan Seno.

"Ia, tulang rusuk ku sepertinya patah. Kau ini guru macam apa si? Selalu saja melukai muridmu sendiri. Atau jangan-jangan kau ini sedang balas dendam?" ucap Dutar seraya mengerutkan alisnya menatap Rian penuh selidik.

"HaHaHa..." kalimat terakhir yang di ucapkan Dutar membuat Rian tak kuasa dari menahan tawanya. "Roda pasti berputar Bro. Dulu aku di bawah, sekarang di atas. Bukannya dulu kalian yang selalu membully ku? Sekarang gantian. HaHaHa... "

"Sudah brengsek, jangan di ungkit lagi. Cepat sini obati aku! Bagaimana nanti kalau biniku melihat pasangan tulang rusuknya sudah patah, dia pasti akan sedih. Apa kau tega?"

"Heh, kau ini sama gilanya dengan dia ya? Kapan-kapan pula kau punya bini pacar aja gak punya. Lagian sejak kapan ada orang mita tolong tapi maksa? Huh, sial benar aku punya teman seperti kalian" gerutu Rian seraya berjalan mendekati Dutar. "Sen, kemari kalau matamu tidak mau buta"

Seno berjalan mendekati Rian dan Dutar sambil menahan mata yang perih dengan sebelah tangannya "Jarimu itu sangat bahaya Bro, bisa bikin mataku tidak berguna lagi"

"Halah, mata cuma di gunakan buat ngintip aja kok di sayangi"

"Heh! kalau aku ngintip pun kita sama-sama" mata Seno melotot tak terima di katai.

"Woi-Woi-Woi, jangan di bicarakan nanti kita ketauan. Bagaimana kalau sekarang orangnya sedang baca?" teriak Maco gelisah seraya menengahi debat kusir antara Rian dan Seno. Aduh sial, batin mereka semua. Baru sadar kalau perdebatan itu sangat bahaya. Apa kata dunia kalau sampai perbuatan mereka ketauan sama korbannya?

"Bugh"

"Ouch"

"Cuih. Cuih"

"Ahk"

Rian mengobati Dutar dan Seno dengan cara yang tidak semestinya. Dia sengaja menepuk tulang rusuk Dutar yang patah dengan kasar dan meludahi mata Seno yang sudah terlihat merah.

"Woi! kau ini ingin membunuhku atau mengobati ku? " teriak Dutar blingsatan tak terima cara Rian mengobatinya. Sementara Seno mengucek-ngucek matanya yang basah terkena ludahnya Rian.

"Obat macam apa ini, sial!" teriak Seno seraya menarik baju Rian yang di gunakan untuk membersihkan jigong di matanya.

"Hei, kenapa bajuku? " teriak Rian tak suka.

"Ya karena ini ludahmu. Brengsek!" balas Seno tak mau kalah.

Setelah beberapa waktu akhirnya keempat sahabat itu sudah duduk anteng sejajar di atas bangku panjang di pinggir jalan, sudah tidak ada lagi perdebatan seru seperti tadi yang keluar dari mulut mereka. Tempat ini memang selalu di jadikan tempat pertemuan oleh mereka saat akan berkumpul ketika malam. Sebuah persimpangan jalan yang menjadi simbol pintu masuk kedesa Pasir dan desa-desa lainnya.

"Woi, jalan-jalan yok" ucap Maco memecahkan keheningan setelah masing-masing diam menikmati sebatang rokok di tangannya.

"Jalan-jalan kemana?" kata Seno menoleh kearahnya begitupun Rian dan Dutar.

"Ya ke mana-mana lah. Ini malam minggu Coi. Mau di kemanakan uang kita yang banyak hasil mencuri sawit di kebun ayahku tadi sore?"

"HaHaHa" serentak mereka berempat tertawa.

"Bagaimana kalau ke desa Peri aja? Di sana ceweknya cantik-cantik, sekalian nyamperin Nania, kita kan udah lama gak kesana. Memang si, anak muda di desa itu pada kolot semua. Pantang melihat anak muda dari desa lain masuk ke desanya, pasti langsung keroyokan. Kek kampung belum merdeka aja mereka" ucap Dutar mengingat masa tauran di desa Peri beberapa waktu yang dulu.

"Hokeh, kalau begitu sudah di tetapkan. Kita pergi saja ke desa Peri, kalau anak mudanya keroyokan lagi tinggal balas gebukin aja sampek modar. Let's Go! " ucap Maco semangat dengan gaya kampretnya. Dia beranjak berdiri jalan menuju tiga motor yang sudah lama teronggok. "Ayok tunggu apalagi" menoleh kebelakang melihat Rian Seno Dutar yang masih teronggok di atas tempat duduknya.

"Oke baiklah kalau begitu. Let's Go To" balas Dutar asal-asalan degan gaya sok patennya.

Dengan semangat 45 seakan menghadapi tantangan besar. Akhirnya empat sahabat itu pergi meninggalkan markasnya menuju negara Peri yang katanya memiliki banyak bidadari. Yang pasti perjalanannya akan penuh dengan rintangan. Lembah berduri gunung tinggi dan batu terbang sudah pasti menunggu mereka disana. Tapi mereka tetap Optimistis yakin pada niatnya yang Suci.

"Reng Reng___ Teng Teng Teng"

"Rum Rum___"

"Rum Rum___"

Akhirnya tiga kendaraan perang mereka telah di nyalakan, oleh sebab itu kita harus sama-sama berdo'a untuk keselamatan misi mereka. Amin.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

mampir thor sekalian ku favoritkan

2022-12-16

0

Samosier Toba

Samosier Toba

alahai seperti apa sakit nya itu 🤨

2022-12-13

0

Samosier Toba

Samosier Toba

jurus patok ular 🤣

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!