Rian sama sekali tak gentar dengan kata-kata yang ber intonasi ancaman dan merendahkan. Dia yang semula terlahir dengan sifat pemberani sekarang jadi lebih berani setelah mengetahui ada tiga Jin kuat yang selalu bisa membantunya. "Hanya belasan orang, bahkan jika sekarang aku berhadapan dengan ribuan orang, nyaliku takkan lagi surut kebelakang" gumam Rian bermonolog dalam hati.
"Bang, gak usah di layani mereka. Ayo kita pergi saja dari sini" ucap Riani pelan dengan wajah ketakutan. Dia meraih lengan baju Rian untuk pergi dari tempat itu.
"Hahaha... . Hei gadis! siapa yang menyuruhmu untuk pergi? Aku hanya menyuruh mereka, sedangkan kalian berempat tetap tinggal di sini" Seru pemimpin kelompok pemuda berengsek itu pada Riani. Sedangkan matanya menatap liar dan sinis pada empat pemuda di dekatnya.
Nania, Najwa dan Akira diam seribu kata menahan ketakutan. Sedangkan Dutar, Seno dan Maco langsung mengeras rahangnya. Tangannya sudah gatal, ingin sekali meninju sampai berantakan mulut tak tau situasi siapa orang-orang yang sedang di lawan nya. Preman kampung men? Empat sekawan dari desa Pasir yang biasa berkelahi dan tak takut mati.
Sementara orang lain yang bertepatan dekat dengan dua kelompok yang sedang bersitegang, segera menjauhkan diri dari tempat itu. Mereka takut terkena imbasnya. Apalagi sekumpulan anak muda yang mereka lihat adalah anak-anak orang terkaya yang sudah terkenal sombong dan congkak di kotanya. "Lebih baik diam dan menghindar dari pada ikut campur. Lumayan, bisa melihat tontonan gratis ini dari jarak jauh" pikir hati mereka.
Setelah kata-kata itu terlontar, sambil menyeringai sinis pemuda lainnya bergerak mengelilingi Rian dan teman-temannya. Mereka menggertak Rian dan tiga sahabatnya dengan tatapan kejam.
Tapi bukannya takut yang di tunjukkan wajah Rian. Dia malah tersenyum jahat, sembari semangat ingin menguji Setan yang bersemayam di lengan kanannya.
"Tuan... . Apa kau ingin aku bertindak? Katakan. Apa perintahmu" ucap Mayang birahi secara telepati. Dia merasakan keinginan kuat tuanya untuk menguji kemampuan nya.
"Aku ingin mereka lumpuh dan tak dapat bicara lagi"
"Hanya itu saja? Apa Kau tak ingin aku membunuh saja mereka semua?"
"Jangan, itu Dosanya besar" balas Rian sedikit menunjukkan senyum di bibirnya. Sementara orang-orang di sekitarnya bengong seketika melihatnya yang bertingkah seperti orang gila.
"Hei, Tuan. jadi apa tugas kami?" ucap Tomang dan Maung api seakan tak puas hati dan iri melihat Mayang birahi di kasih kerjaan.
"Untuk saat ini kalian masih ku bebas tugas kan. Jadi untuk sementara kalian cukup melihat saja. Belum ada tugas untuk kalian" ucap Rian yang membuat Tomang dan Maung api mendesah pasrah.
"Hahaha, hei gembel bodoh. Gak usah belagu dan belagak dungu. Kalau kau merasa takut, cepat pergi sana. Jangan senyum sendiri seperti orang kerasukan setan. Najis aku liatnya" ucap pemuda angkuh yang sedari awal memang congkak.
Sedangkan teman-temannya ikut menatap Rian dengan sinis seraya tertawa mengejek. Mereka cukup puas dan menyangka kalau Rian seperti itu karena ketakutan. Padahal sebaliknya, mereka tidak tau kalau hidup mereka sekarang dalam bahaya.
"Mayang... . Lakukan tugas mu"
"Siap, Tuan"
Begitu kata perintah itu terucap. Cahaya biru samar mulai terlihat menerangi lengan kanan, tangan Rian. Lalu dengan cepat merebak hingga ke jarinya, kemudian menggumpal di telapak tangan dan melesat cepat terbang ke udara. Menyebar dan masuk kedalam tubuh melalui hidung dan telinga para pemuda yang mengepungnya.
"A, apa ini! Kenapa tubuhku menjadi sangat sakit dan sulit digerakkan? " batin orang-orang yang mengepung Rian juga temannya.
Satu-persatu mereka jatuh ketanah tak bisa bergerak lagi. Setelah mengalami sakit sebentar tadi, kini hanya tinggal kepala dan matanya saja yang masih bisa di gerakkan. Bahkan suara yang bisa di gunakan untuk berinteraksi mengucapkan kata-kata meminta tolong atau apapun itu, kini sudah ikut menghilang.
Sekarang mereka benar-benar sangat panik di dalam diam tanpa bisa melakukan apapun untuk menolong dirinya sendiri. Bahkan mereka sama sekali tidak tau apa yang terjadi pada tubuhnya hingga berubah tak berdaya.
Sontak teman-teman Rian jadi bengong. Bahkan orang yang di kejauhan merasa bingung melihat kejadian itu, begitu pun mereka tidak berani datang untuk memastikan takut kalau itu hanyalah sandiwara semata.
"Eh... . Apa yang terjadi pada mereka?" ucap Maco keheranan menoleh ke kiri ke kanan kebelakang. Melihat calon lawan berkelahi nya sudah jatuh bergelimpangan.
Dutar, Seno dan yang lain juga ikut bingung. Kecuali Rian yang diam-diam tersenyum puas dengan kinerja Mayang birahi, sesuai seperti keinginan nya.
"Ayo pergi dari sini, biarkan saja orang-orang ini. Nanti juga keluarga nya akan datang mengambilnya" ucap Rian melangkah pergi.
Akhirnya mereka semua ikut pergi bersama Rian dengan meninggalkan segudang pertanyaan di hatinya yang tidak terjawab. Tinggallah tubuh-tubuh kaku tak berdaya itu, seperti batang-batang pohon yang menunggu lapuk di makan rayap.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Heri Anto
baru kena batunya kan? heheh
2022-12-16
1
Heri Anto
lah,kok pake dosa dosa an?
2022-12-16
0
yaniDanang
lanjut 🌹
2022-12-15
2