Ketemu lawan

Setelah Rian dan tiga sahabatnya duduk anteng di kursi yang nyaman mengelilingi meja petak yang terbuat dari kayu jati. Seorang pelayan wanita nan cantik dan anggun datang mendekat dengan tersenyum, seraya menyodorkan art paper berbahasa Inggris keatas meja.

Mereka yang dari sononya tak paham dengan tulisan di art paper karena berbahasa Inggris. Main tunjuk saja setiap makanan dan minuman yang terlihat lezat pada gambar di art paper itu, tanpa melihat harganya.

Begitu selesai menulis semua menu yang di tunjuk oleh empat pemuda tampan tapi o'on. Sekilas pelayan cantik itu tersenyum manis sembari menundukkan kepala kemudian berbalik, lalu pergi.

"Tempat ini keren ya Bro? Pelayanan nya pun baik, sesuai dengan pelayan nya yang cantik. Malah yang datang pun cantik-cantik" kata Maco asal lepas sembari melirik gadis-gadis cantik yang duduk mengelilingi meja panjang di sebelahnya.

Beberapa orang yang duduk di sebelah mendengarnya. Mereka menoleh menatap Maco tak senang. Rian yang geregetan dengan tingkah sahabatnya itu menendang kaki maco di bawah meja untuk memberi peringatan agar tidak keterlaluan.

"Jangan kumat gilanya" Ucap Rian sembari meletakkan jari telunjuk di bibir, menatap Maco yang sedang melotot menatap nya menahan sakit di kakinya.

"Sialan, kenapa kau tendang kakiku. Kena tulang kering nya goblok!?" cicit Maco meringis menahan sakit.

"Makanya, matamu itu di kondisikan" ketus Rian kesal. Sementara Dutar dan Seno terkikik geli melihat muka Maco yang merah padam.

Kembali beberapa orang di sebelah menoleh mendengar kericuhan empat pemuda yang tidak masuk nominasi untuk masuk kedalam restoran ini.

Dutar dan Seno yang sadar sedang di tatap para gadis dan anak muda yang terlihat keren di sebelahnya. Segera menutup mulutnya rapat-rapat, mereka malu jadi pusat perhatian.

Pada saat yang sama. Datang lagi dua mahluk ciptaan Tuhan yang terlihat amat sempurna perawakannya. Lelakinya sangat tampan dan rupawan, sedangkan yang perempuan begitu cantik jelita. Mereka jalan berdampingan di antara meja yang di lewati nya.

Setiap mata yang ada dalam ruangan itu menatap takjub kesempurnaan mereka. Bahkan Rian Dutar Seno dan Maco ter cubit hatinya, begitu iri melihat kesempurnaan yang di anugerahkan Tuhan padanya.

"Kak Argi dan Kak Anisa, kenapa lama sekali? Kami sudah hampir berjamur menunggu kalian di sini" teriak gadis cantik yang duduk berjejer bersama teman-temannya di meja panjang, sebelah empat pemuda kampung yang baru saja turun gunung.

Rian Dutar Seno dan Maco masih menatap takjub duo sejoli itu hingga duduk berdampingan di antara muda-mudi di sebelah meja mereka. Sampai mereka tidak menyadari ketika dua orang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.

"Tuan Muda. Silahkan nikmati hidangannya"

Rian Dutar Seno dan Maco terkesiap mendengar lantunan suara salah satu pelayan, dari dua pelayan wanita yang sedang meletakkan hidangan yang tadi mereka pesan ke atas meja. Begitu selesai, dua pelayan itu kembali pergi setelah mengucapakan Selamat menikmati sembari mengumbar senyuman menawan yang membuat lemah jantung dan hati terguncang.

"Tuan Muda?"

"Hehehe" empat pemuda itu terkekeh mengingat panggilan pelayan tadi kepada mereka. "Tuan Muda dari Hongkong" cicit Dutar sembari terus terkekeh.

"Makanannya sepertinya lezat woi" kata Maco.

"Dan minuman ini seperti nikmat" timpal Seno.

Tanpa basa-basi lagi empat pemuda itu segera menggasak hidangan di depan mereka hingga radap tak tersisa. Saking lahapnya mereka menikmati hidangan lezat yang ada di hadapan, andai saja orang tuanya ada di situ pasti empat pemuda itu tak kan lagi melihatnya.

Sementara itu orang-orang yang duduk di meja sebelah bergidik ngeri menatap mereka yang makan nya begitu rakus bahkan ngalahin zombie. Sampai sekarang Dutar masih menjilati sisa makanan yang tertinggal di jari maupun tersangkut di ujung kukunya. Sungguh pemandangan yang menjijikkan bagi para gadis yang duduk di meja sebelah, dan anak-anak muda yang memang terlahir dari keluarga kaya raya.

"Aku kenyang Woi"

"Ho'oh, aku pun sama"

Dutar dan Maco duduk menyandar di kursi seraya mengangkat sedikit baju kaosnya ke atas, guna memberikan ruang pada perutnya yang agak menggelembung kekenyangan. Efek dari lezatnya makanan yang belum di bayar.

"Semua makanan sudah ludes tak tersisa, perut pun sudah kekenyangan. Sekarang tinggal giliran bayar nya saja" ucap Seno sembari meneguk tetesan air terakhir dalam gelas.

"Sabar, Sen. Duduk dulu aja di sini. Aku belum bisa jalan efek dari makanan lezat restoran ini" tukas Maco masih duduk tersandar bak monyet kekenyangan makan pisang seperti di film kartun.

Rian hanya terkekeh melihat tiga sahabatnya yang sudah tersandar di kursi seperti gorila, hanya saja tubuh mereka tidak berbulu. Andai saja tubuh tiga sahabatnya itu berbulu sudah di pastikan mereka akan viral di media sosial dengan tajuk berita mahluk berbulu dari hutan masuk restoran.

Di antara empat pemuda itu cuma Rian yang masih bisa menetralkan tubuhnya. Lagipula dia memang tidak kekenyangan seperti mereka. Beda dengan tiga sahabatnya yang memang sudah makan sejak dari sononya. Jadi wajar saja kalau sekarang mereka lemas akibat kelebihan dosis banyak nya makanan yang masuk kedalam perutnya.

"Saat ini kita semua sudah berkumpul. Bagaimana kalau sekarang kita memesan makanan? Dari tadi perutku sudah keroncongan minta di isi, aku bisa kena penyakit mah gara-gara kelaparan" ucap gadis di seberang meja yang di sambut gelak tawa teman-temannya. Membuat Rian Dutar Seno dan Maco menoleh ke meja mereka.

"Tuan, empat orang yang duduk di sana memiliki kekuatan luar biasa" ucap Mayang birahi melalui telepati.

Rian yang tau kalau Mayang bicara padanya, segera bertanya; "Seperti apa kekuatannya?"

"Pria yang baru saja datang memiliki dua kekuatan berbentuk cahaya yang berbeda pungsi. Cahaya berwarna merah mampu membentuk jirah besi dan pedang yang sangat kuat untuk menyerang dan melindungi tubuhnya. Cahaya berwarna hijau mampu membuatnya bergerak sangat cepat apalagi ketika dia masuk kedalam tanah. Bahkan kekuatan itu dapat menetralisir racun atau apapun yang bisa merusak tubuhnya"

"Sekarang Tuan lihat anak muda yang di apit dua gadis, duduk di barisan tengah"

Rian mengarahkan pandangan pada tempat yang di maksud. Di situ dia melihat seorang pemuda tampan yang di apit dua gadis sangat cantik.

"Mereka bertiga sama-sama memiliki kekuatan, Tuan. Pemuda itu, dia memiliki kekuatan sejak di lahir kan. Berbentuk garis-garis biru yang menyelimuti seluruh tubuh, dan sebuah pedang yang terbentuk dari rasa dalam hatinya. Garis-garis biru itu dengan cepat bisa mengobati setiap luka di tubuhnya, bahkan mampu menetralisir racun yang mengalir dalam darahnya. Garis-garis biru itu bisa berubah jadi sayap yang membuatnya mampu terbang dengan cepat ke angkasa. Kekuatan pemuda ini sebanding, dengan pria tadi"

"Sekarang gadis yang ada di sisi kanan nya. Gadis itu memiliki Jubah pelindung sejak dia di lahir kan. Kekuatan jubahnya membuatnya bisa bergerak cepat dan menghilang. Selain dapat meringankan tubuhnya. Jubah itu juga mampu memblokir apapun yang menyerang tubuhnya hingga dia sulit sekali untuk terluka. Aku juga melihat, kalau dia memiliki sebuah pedang dari alam Jin. Pedang yang sangat keras dan tajam"

"Sekarang mengenai gadis yang ada di sisi kiri pemuda itu. Dia memiliki kekuatan yang sama seperti pemuda yang tadi. Yakni cahaya berwarna hijau. Hanya saja bentuk kekuatan yang dimilikinya berbeda dari pria yang tadi"

"Apa sekarang kau ingin mengatakan kalau aku sudah ketemu lawan?" cicit Rian secara telepati.

bersambung

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2022-12-24

0

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2022-12-24

0

Heri Anto

Heri Anto

lanjutkan lah cepat 😃

2022-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!