Danis sudah menduga aruna akan mengomel, bagaimana jika menolak? Harga dirinya akan jatuh, tapi mengingat fasilitas yang diberikan pak prayoga, danis kembali yakin akan memberikan buket pada aruna.
"suami datang harusnya disambut aruna" danis mengulurkan tangannya agar aruna mencium punggung tangannya.
Tapi aruna mengarahkan tangan danis kekeningnya
"kenapa kau kemari, tak biasanya?" aruna masih terlihat jutek.
"makanannya banyak amat" danis membuka salah satu box makan siang dimeja aruna.
"makanlah satu jika kau mau?"
"aruna, ini buket buat kamu" ucap danis lancar.
"apa?" aruna terlihat kaget
Danis sudah mempersiapkan telinganya kalau2 aruna mengomelinya.
"sini" aruna mengambil buket dari tangan danis
Senyumnya mengembang, danis menarik nafas dengan lega melihat reaksi aruna yang tak seperti perkiraannya.
"pasti kau sudah jatuh cinta padaku?" tebak aruna.
"aruna, kita photo ya? Mau aku unggah disosmed"
"kau mau memajangku dimedsos, bagus! Biar semua orang tau dan kita tidak akan berpisah" justru reaksi aruna seperti anak kecil yang diberi permen.
Berarti semua perempuan jika diperhatikan akan kegirangan. Danis tersenyum melihat tingkah aruna.
Keduanya mengabadikan momen bersama, aruna memegang bunga. Dan danis merangkulnya.
Segera diunggah danis lewat storynya, meski tanpa keterangan kata apapun.
"ahh sudah kau unggah ya, danis kenapa kau tak memfollow ku" ucap aruna kesal
"untuk apa, tidak perlu"
"celine, dimana dia?"
"tadi katanya mau kerumah mamamu?"
"gitu ya, mama dan celine semakin dekat, tapi aku semakin jauh dari mama" yang tadinya ceria aruna kembali lesu.
"sudah waktunya istirahat, istirahatlah" danis memberikan semangat.
"danis, makanlah dulu, temani aku!" aruna membuka dua nasi box.
"aku mau pulang aruna"
"dirumah ada de' nem"
"siapa?" tanya danis
"art baru, mama yang kirim buat aku"
"baguslah" jawab danis simple
"danis, karena ada art baru kita harus tidur sekamar"
"apa?"
"danis, de' nem bisa cerita ke tetangga, ke mama atau papa kamu kalau kita beda kamar"
"itu mau kamu kan aruna?"
"bukan mauku, tapi bagaimana lagi" aruna mulai mengunyah makan siangnya.
Danis menelan ludah melihat aruna mulai makan.
"aku juga makan aruna, kau membuatku lapar" danis yang tadinya bersiap berdiri kembali duduk.
"sudah kubilang makan saja dulu" aruna tersenyum.
"kita akan pindah rumah? Aku dapat fasilitas"
"apa? dari celine, sudah kuduga dia itu pelakor!" aruna kesal
"jaga bicaramu aruna, mulai besok aku bekerja diperusahaan papanya celine, sudah tak menjaga celine" ucapan danis membuat senyum aruna kembali merekah.
Tapi danis tak akan memberitaukan syarat apa yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pekerjaan hebat itu, bisa2 aruna besar kepala, batinnya.
"siapa nama papanya?"
"prayoga, kenapa? Apa kau mengenalnya?" danis kaget mendengar pertanyaan aruna.
Jangan2 Pak prayoga ada hubungannya dengan aruna, batin danis.
"tidak, lebih baik memanggil Pak prayoga! Dari pada kau sebut papa celine, lebih enak didengar begitu kan" aruna melanjutkan kunyahannya.
"ohh, nanti kau bereskan lagi baju2mu"
"kau ini, belum sebulan menikah sudah pindah rumah 3x, memangnya kau keong" aruna menggoda danis
"aku juga dapat fasilitas mobil aruna" danis memulai makan siangnya.
"wah hebat sekali, tapi kenapa kau bisa mendapatkan banyak fasilitas, jangan2 kau mau dijadikan mantu pak prayoga?" aruna menghentikan kunyahannya memandang danis tajam.
"sembarangan, mana mungkin orang sekaya itu mau menjadikan aku mantunya, diberi fasilitas mewah saja sudah luar biasa" danis mulai menikmati nasi kotaknya.
"bukannya kau menyukai celine?"
"aruna jangan mulai ya?"
"tapi baguslah, kau kerja dikantor jadi tak sering2 bertemu celine"
"apa yang kau takutkan? Pernikahan yang seperti apa yang kau mau aruna?"
"aku tak akan berpisah denganmu?" aruna menekankan kata2nya.
"egois sekali kau, aku juga ingin hidup normal, memiliki anak, saling mencintai, jangan konyol, cepat atau lambat semua akan berakhir aruna"
"kau membuat napsu makanku menghilang" aruna menutup nasi boxnya.
Dan minum air mineral, serta mengambilkan danis sebotol ditaruhnya di meja.
"aneh!!" jawab danis
"kalau kau mau anak gampang saja, aku juga bisa memberimu anak?"
"apa?? Apa aku tak salah dengar! Bagaimana bisa? Disentuh saja tidak mau bagaimana mau memberiku anak?"
"kau menjengkelkan danis"
"makanannku sudah selesai, berdebat denganmu terlalu lama membuat otaku panas, aku pulang"
"danis!! Tunggu"
"apa lagi?"
"aku ikut denganmu, kau bilang dapat fasilitas kan? Aku mau berkeliling"
"jangan seperti anak kecil"
Tokkk...tokkk
"masuk" aruna sedikit berteriak.
"permisi mba, bisa kita berangkat sekarang, ada meetting seputar suply ke supermarket"
"aduh aku lupa, tidak bisa ditunda ya? Suamiku mengajaku pulang" aruna tersenyum.
"selesaikan pekerjaanmu aruna" danis berlalu tak mempedulikan permintaan aruna.
"baik imas, aku akan bersiap, kita temui pak devan ya"
"baik mba" jawab imas.
***
Entah kenapa jika bertemu dengan devano reiharja, aruna merasa pernah mengenalnya. Pandangannya sangat teduh. Jika boleh jatuh cinta dan memilih lelaki. Mungkin lelaki seperti ini yang aruna mau.
"aruna, senang berjumpa denganmu, ada beberapa dokumen yang harus kamu tanda tangani"
"iya, untuk itu aku datang" jawab aruna
Sekretaris devano menyiapkan dokumen yang akan ditandatangani aruna.
"sebelah sini" ucapnya mengkomando.
Aruna segera membubuhkan tanda tangannya.
"kau bisa memesan sesuatu, santai saja" ucap devano.
Aruna dan imas memutuskan untuk memesan cofeelatte, salah satu minuman bestseller di resto tersebut.
"aruna, aku punya teman jurnalis, apa kau mau liputan, salah satu interpreneur muda pantas namamu masuk majalahnya?" tawaran devan membuat aruna merona
"tidak perlu" jawab aruna malu2.
"Pak prayoga" devano melambaikan tangan memanggil lelaki yang namanya tak asing.
Devano mendekat dan berbincang, usia lelaki yang dipanggilnya sudah matang mungkin seumuran dengan ayah aruna, jika masih hidup.
"maaf ya aruna, tadi kutinggal sebentar" devano kembali ke mejanya.
"maaf pak prayoga apa memiliki anak perempuan?" tanya aruna menyelidik
"ya, kau mengenalnya?"
"celine" tebak aruna lagi
"iya celine, gadis manja yang bikin aku naik darah"
"oh ya" aruna mulai menikmati obrolannya.
"kerjaan sudah selesai aruna kau bisa tanya apapun yang kau mau, panggil saja devano" lagi2 devano menawarkan pertemanan.
treettt...dering telpon berbunyi. Dengan isyarat imas menepikan diri dan aruna mengangguk.
"baik devan" jawab aruna menerima tawaran devano.
Aruna menerima pertemanan, karena penasaran dengan celine, dan Pak prayoga kenapa memberikan danis fasilitas, aruna takut jika nanti danis dijadikan kambing hitam salah satu bisnis kotornya atau apapun itu, aruna harus waspada.
"nah! Aku senang mendengarnya"
"mba pak devan maaf, imas harus segera pulang, ada selametan dirumah mba" imas minta ijin.
"atau mau aku antar imas?" tanya aruna.
"ndak mba, aku pulang sendiri aja"
"hati2 ya"
"ya mba, permisi pak devan" imas berlalu.
Sedangkan sekretaris devan tadi juga lebih dulu pergi sesaat setelah aruna membubuhkan tandatangan.
"bicara tentang celine, apa kau mengenal mamanya, maksudku istri pak prayoga?" tanya aruna segera mencari tau.
"maaf, aku tak pernah mengenal istri pak prayoga, setauku single parent" jawab devano.
"pantas saja!" aruna merendahkan nada bicaranya.
"kenapa?"
"oh tidak, devan semoga kerjasama kita lancar dan sukses, dan terimakasih kau sangat baik mau berteman denganku, seseorang yang usahanya sangat jauh dibawahmu, tapi aku harus segera pulang" aruna menatap devano yang tersenyum, mendengarnya.
"iya sama2, sampai ketemu dilain waktu" devano mempersilakan.
"permisi" aruna berdiri dan berjalan meninggalkan devano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments