Aruna segera menyeka air matanya setelah danis masuk kamar. Aruna merasa lapar melangkahkan kakinya ke dapur, dibukanya pintu kulkas tak terlihat apapun disana, kosong.
Dengan cepat aruna berbalik kali ini melangkah menuju kamar danis.
"brak...brakk..brakk.."aruna menggedor kamar suaminya dengan sangat keras.
"apa-apaan?" teriak danis membuka pintu.
"kau bilang sudah punya banyak uang kan, isi kulkas kosong, aku lapar" jawab aruna dengan nada tinggi.
Danis yang tadinya sempat iba melihat aruna menangis, merasa kesal dengan sikap aruna yang kembali kasar.
"apa maumu?"
"belanja keperluan dapur, dengan uagmu"
"kirim nomor rekening akan kutransfer dan hentikan ocehanmu?"
"antarkan aku"
"apa kau tak lihat ini sudah malam"
"setidaknya masih ada penjual telur dipinggir jalan depan, aku ganti baju sebentar" aruna segera masuk kamar.
Entah kenapa kali ini danis merasa kasihan melihat aruna merasa lapar.
"sekesepian itukah kamu?kau tak menyukai lelaki karena kurang berteman, hanya melihat ayahmu saja" batin danis sambil mengambil jaket dan kunci motor.
Dengan cepat aruna berganti pakaian, memakai celana panjang dan kaos yang sedikit longgar tapi justru terlihat sexy dimata danis.
"bagus juga body nya" gumam danis dalam hati
"ayo" aruna mengandeng tangan danis.
"ini kunci mobilku"
"naik motorku"
"sudah malam, nanti aku bisa kena angin malam"
"ambil jaket, aku suamimu! belajarlah lebih menghargaiku" aruna menuruti apa yang dikatakan danis, sesekali instropeksi perlakuannya ke danis selama ini memang kurang sopan.
Melihat aruna menuruti perkataannya, danis tersenyum merasa ada suatu kemenangan.
"sudah, aku sudah pakai jaket"
Mereka keluar, aruna naik ke boncengan danis. Danis segera menarik satu tangan aruna dikaitkannya diperut.
Lagi-lagi aruna tak berontak, danis kembali tersenyum. Sepanjang perjalanan tak ada obrolan apapun, aruna menikmati angin malam yang membuat rambutnya berterbangan.
Motor danis berhenti di sebuah warung kelontong yang masih buka.
"kau beli saja telur, mie , kecap setidaknya untuk malam ini" ucap danis.
"sebentar ya, tapi besok kita harus belanja" jawab aruna.
Selesai belanja aruna kembali naik keboncengan danis dan mereka kembali pulang.
***
Tidak seperti tadi, aruna kali ini memasak menggenakan hotpan dan kaos tanpa lengan yang sedikit menerawang.
Danis hanya mengamatinya dari meja makan, dan sesekali mencuri pandangan.
"danis, kau mau telur pedas atau manis?" tanya aruna menyalakan kompor.
"pedas" jawab danis sambil memainkan ponsel.
"aku lupa membeli garam" aruna menggaruk kepalanya.
"buat mie instan saja, aku pakai cabe, apa kau juga lupa membeli cabe?" tanya danis.
"sepertinya begitu"
"aruna, belajarlah menjadi istri yang baik, setidaknya selama kita bersama"
Aruna kembali melakukan aktivitas memasaknya.
Rambut yang biasanya tergerai dikucirnya, terlihat lehernya yang kuning mulus membuat danis menelan ludah.
"ini danis sudah jadi, makanlah" aruna memberikan semangkok mie instan lengkap dengan telur.
Perlakuannya sedikit manis daripada biasanya.
"masih panas" ucap danis.
"aku sedang ingin makan mie goreng tapi sepertinya mie kuahmu menggoda" ucap aruna ingin menyendok mie yang dibuatnya untuk danis.
"hentikan, makan saja milikmu"
Danis membuat aruna mengurungkan niatnya.
"perempuan sepertimu pasti tak punya banyak teman"
"punya, bahkan aku punya banyak karyawan" elak aruna.
"Jika kau membenci lelaki berarti kau tak pernah punya pacar?"
"jika punya pacar hanya untuk menyakitiku kenapa harus punya?" tanya balik aruna.
"malang sekali nasibmu, aku tebak bahkan kau tak pernah mencium lelaki" danis tertawa kecil.
"sudah, makanlah! Mie mu sudah dingin" aruna mulai menikmati mie goreng buatannya sendiri.
Danis juga mulai makan, sambil menatap aruna. Perempuan didepannya itu tak pernah tersentuh siapapun, istri yang sempurna. Mandiri dan bisa menjaga diri hingga menikah. Danis segera menepis pikirannya.
***
Hari berganti, mama linda sedang berbincang dengan om hardi disebuah cafe
"bagaimana kalau aku katakan saja pada celine?"
"apa kamu yakin dia bisa menerimamu?"
"aku tak sabar ingin memeluknya dan mengatakan bahwa aku mamanya" ucap mama linda.
"jika dia menolakmu, kau akan terluka"
"tapi aku akan terus berusaha agar dia menerimaku, aku tak ingin dia merasa dibohongi, aku harus segera memberitahunya"
Celine memasuki cafe dan mencari keberadaan mama linda. Sejak perkenalannya dengan mama linda celine merasa memiliki kasih sayang seorang mama.
"ma..." sapa celine sesaat setelah sampai meja mama linda.
"sayang, maaf menghubungimu terlalu pagi"
"aku pergi ya ada urusan" pamit om hardi.
Ingin memberikan ruang pada mama linda dan celine.
"celine ada yang ingin mama sampaikan"
Mama menyodorkan photo usang dengan 2 bayi di sebuah ranjang bambu.
"photo siapa ma?" ucap celine mengamati.
Mirip dengan dirinya sewaktu bayi.
"ini aku" tebak celine dan tersenyum
"iya itu kamu"
"mama bercanda, mana mungkin ini aku, ada bayi lain disampingnya"
"aruna itu kakak kamu" jawaban mama linda membuat celine menatapnya serius.
"apa maksudnya?"
"kau anaku celine" mama linda mulai menangis.
Kekonyolan yang menurut celine tak masuk akal.
"maaf ma, aku pikir mama tulus, aku akui sejak mengenal mama aku bahagia, tapi mengakui aku sebagai anak, itu sebuah kejahatan, oh aku tau! Aku anak konglomerat , mama dan om hardi atau bahkan mas danis mengincar hartaku! Aku sangat kecewa, permainan kalian membuat aku luka, kurang papaku membayar mas danis hingga ratusan juta" celine menampik apa yang dikatakan mama linda.
"lebih baik kita tak mengenal satu sama lain" celine mulai beranjak dengan cepat mama menarik tangannya.
"celine sekali saja bawa aku ke papamu! Jika setelah itu kamu tak mengakui mama tidak apa" ucapan mama linda membuat celine menatap sinis.
Melihat tangis mama linda celine sedikit luluh, tapi logika harus tetap digunakan.
"berani! apa mama pikir aku akan percaya, baik ikut aku sekarang kita kekantor papa" mama linda melepaskan tangan celine.
dan berjalan mengikuti langkah celine.
"aku bisa mempolisikan kaliam, jika semua tidak benar" celine terlihat marah.
Mama linda hanya terdiam.
Sampai dipelataran parkir keduanya segera masuk kedalam mobil, dan melaju dengan sangat kencang.
"celine, hati2 nak" mama panik, tak digubris oleh celine.
Sesampainya dikantor papanya celine segera masuk ke lift dengan wajah penuh marah.
Tak lama mereka berada didepan pintu ruangan kantor Pak prayoga papanya.
"siap?" tanya celine seakan menantang mama linda.
Celine membuka pintu tanpa perlu ijin akses masuk ke ruangan papanya.
Terlihat wajah kaget melihat dua sosok masuk ke ruangannya tanpa ketukan pintu.
"celine" papa bernada tinggi.
"maaf pa, apa papa mengenal wanita ini?" tanya celine melepaskan tangan mama linda yang tadi sempat digenggamnya.
Pak prayoga yang sebelumnya tak mengamati wanita disamping celine, kini wajahnya terlihat jauh lebih terkejut dari sebelumnya.
"Dimana kalian bertemu?" nada tinggi itu melemah.
Sementara mama linda hanya terisak, melihat lelaki yang pernah dicintainya.
"jawab pertanyaanku pa?" kali ini celine tak kuat menahan air mata melihat reaksi papanya.
"celine, bisa papa jelaskan nak"
"apa benar dia mamaku?"
"iya" jawab papa tegas.
Celine segera berlari meninggalkan ruangan mendengar jawaban papanya. Mama linda tidak membohonginya. Tapi celine merasa sangat tak adil. Memang kemewahan yang diberikan papanya banyak membuat orang iri berada di posisinya. Tapi betapa bahagianya Aruna selama ini mendapatkan kasih sayang dari seorang mama sejak lahir. Celine tak terima dengan semua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments