cahaya matahari pagi mulai masuk ke sela2 kamar aruna. Danis menggeliatkan tubuhnya sedikit malas. Sedangkan Aruna sudah berada di dapur membuat omelet untuk sarapan.
Danis mengucek matanya akhirnya terbangun, danis menuju kamar mandi menyegarkan diri.
"Aku yang harusnya mandi dulu, mana jam nya sudah mepet" aruna komat kamit sambil meniriskan omeletnya.
"danis!! Cepat mandinya, aku sudah telat" teriak aruna dari luar, sambil menggedor kamar mandi.
"sebentar aruna, atau kau mau mandi bersamaku sekalian" kata2 danis ampuh membuat aruna terdiam.
Aruna menyiapkan sarapan untuk danis disatu piring, dan aruna sendiri mulai menyantap sarapan yang diolahnya sejak pagi.
"danis pasti mandinya setengah jam" gerutu aruna kesal.
Sampai aruna menghabiskan sarapannya danis tak juga keluar. Aruna kembali ke dapur mencuci piring yang telah digunakannya.
"ceklek" bunyi pintu kamar mandi akhirnya terbuka.
"danis!! Kamu gak lihat aku udah siapin sarapan, hargai dong! Aku dulu yang mandi" aruna berkacak pinggang.
"aku lihat kamar mandi kosong, salah kalau aku pakai? Atau memasak saja dikamar mandi skalian" danis masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan kencang.
Aruna segera masuk kedalam kamar mandi tak ingin menyiakan waktu.
Selang beberapa menit aruna keluar dari kamar mandi dan menatap danis yang sedang sarapan. Danis terlihat sangat rapi dengan kemeja dan celana formal.
"kamu mau cari kerja ya?" ucap aruna duduk di meja makan.
Kali ini danis tak menjawab pertanyaan aruna.
"kamu mau naik apa? Bukannya motor kamu gadai?" tanya aruna lagi.
"tidak semua urusanku kamu harus tau! Pulang jam berapa kamu?" tanya danis.
"kenapa memangnya? Aku ketempat usaha hanya mengecek pembukuan, terserah mau pulang jam berapa" jawab aruna meninggalkan danis.
"aruna, gandakan kunci kontrakan, kalau2 aku pulang kamu tak dirumah" ucap danis sambil memakan omelet buatan aruna.
"memangnya kamu pulang jam berapa?" teriak aruna dari dalam kamar, sembari berganti pakaian.
Tapi pertanyaannya tak dijawab sama sekali oleh danis.
Selesai berdandan aruna membuka kamar, dan kembali mendekati danis.
"aku berangkat" ucap danis tanpa menjawab pertanyaan aruna.
Kali ini aruna hanya mengamati suaminya yang berlalu, ada keanehan yang dilihat aruna. Bajunya sangat formal bahkan danis membawa tas kerja, kalau hanya mencari pekerjaan tidak mungkin kan dia menggenakan pakaian serapi ini, batin aruna penasaran.
Tettt...tet.. Te...
Klakson mobil berbunyi didepan rumah aruna, membuat aruna segera berlari menyibak gorden. Dilihatnya danis masuk kedalam mobil berwarna merah. Entah mobil siapa, sebenarnya aruna tak mau peduli dengan urusan danis. Tapi jika danis selalu pulang larut, membuat aruna tak tenang.
Jika menyewa jasa art, rumahnya terlalu kecil, dimana art harus tidur sedangkan kamar kontrakan hanya satu.
"ah danis, terserah deh sesukamu saja, yang penting aku harus mempertahankan pernikahan ini untuk selamanya" ucap aruna ke kamar mengambil tas.
Selesai mengambil tas aruna berangkat kerja tak lupa dikuncinya rumah kontrakan.
Aruna juga meninggalkan pesan untuk danis, jika pulang sewaktu-waktu bisa mengambil kunci di tempat usaha aruna.
Aruna segera menyalakan mobilnya dan melaju menuju kantornya.
***
Aruna sampai ditempat usaha, seluruh karyawan menyapanya ramah, seramah aruna memperlakukan mereka semua.
"mba beneran udah masuk kerja lagi?" tanya imas.
"memangnya kenapa imas? Aku cuma mau cek pembukuan sebentar aja kok" jawab aruna meyakinkan imas.
"mba, pre order kita kelamaan karena bagian produksi harus nambah mesin baru agar bisa menghasilkan 2x lipat all produck dari sebelumnya" ucap imas.
"ya sudah, kamu ajukan saja dananya untuk pembelian mesin baru, sesegera mungkin aku acc" jawab aruna sambil mengecek bagian produksi.
"aku cek pembukuan sebentar ya imas, nanti selepas jam istrahat siang, aku mau jenguk mama"aruna berhadapan dengan imas.
Imas sudah seperti teman aruna.
"ya mba, mba maaf sebelumnya tapi anak2 ingin merayakan pernikahan mba dengan menggelar makan malam, mba hanya perlu hadir saja dengan suami bentuk dari rasa terimakasih kita ke mba" ucapan imas membuat aruna bingung.
Aruna menikah hanya ada akad saja tanpa resepsi dan tak ada satupun undangan untuk karyawan setianya. Seharusnya aruna yang memjamu mereka, tapi ini kebalikannya mereka semua ingin aruna menghadiri acara makan malam yang akan mereka gelar, sementara danis sangat susah dikendalikan. Bagaimana jika danis tidak mau, pasti akan menimbulkan banyak tanya.
"bagaimana mba, bisa?" tanya imas kembali.
"kapan?? Besok malam?" tanya aruna berusaha terlihat santai.
"iya mba, besok malam juga bisa, nanti untuk alamat tempat makannya kita kabarin mba ya, kita hanya ingin merayakan kebahagiaan mba, boleh kan?" imas melemparkan senyuman membuat aruna tak enak hati.
"iya kamu kabari saja ya" aruna memepuk pelan pundak imas dan berjalan masuk keruangannya.
Aruna menyalakan monitor komputer untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sambil menunggu monitor menyala pikiran aruna tertuju pada danis, bagaimana kalau danis mempermalukannya didepan para karyawan. Lelaki itu sangat kasar dan terkesan kekanak2an. Setelah monitor menyala aruna segera memfokuskan pikirannya untuk bekerja. Saat bekerja aruna selalu serius, karena keseriusannya itulah yang membuat kemajuan pesat padahal terbilang usaha baru.
***
Jam istrahat, aruna mematikan komputernya ingin segera mengunjungi mamanya, entah kenapa aruna merasa rindu.
"imas, aku keluar ya?" aruna menyapa imas yang berdiri didepan ruangannya.
"iya mba, hati2" ucap imas.
Aruna hanya tersenyum membalas ucapan imas, dan segera berlalu.
***
Sampai didepan rumah mamanya aruna mendengus kesal melihat mobil om hardi terparkir.
"aku sudah menikah dengan danis, untuk apa om hardi disini" aruna segera memarkirkan mobilnya dan segera masuk kedalam rumah.
"maaa.." sapa aruna melihat mamanya dan om hardi sedang mengobrol.
"hallo sayang" mama terkejut dengan kedatangan aruna.
Aruna menyalami om hardi, dan segera duduk disamping mamanya.
"kenapa ma? Ada perlu apa om hardi?" tanya aruna bernada dingin.
Om hardi sepertinya paham dengan sikap aruna yang tak suka dengan keberadaannya.
"aruna, maaf papa hanya mampir sebentar tidak ada maksud apapun" jawab papanya danis.
"oh ya papa, aruna akan memanggil papa mulai sekarang, jika aruna boleh menyarankan mama kan sendirian dirumah sepertinya tak pantas bercengkrama dengan besan tanpa adanya aruna ataupun danis" aruna memandang dengan penuh kemarahan.
"baik aku pamit dulu ya dek linda, aruna, permisi" om hardi langsung pulang seketika mendegar perkataan mantunya.
Sesaat setelah om hardi pulang mama membelai lembut rambut aruna.
"yang sopan, jangan seperti itu tak pantas aruna" ucap mama lembut.
"mama, jangan bilang mama melanjutkan hubungan meskipun aku sudah menikah dengan danis" aruna tak terima dengan nasehat mamanya.
"bukan, mama sudah tidak ada hubungan apapun dengan om hardi, dia papa mertua kamu aruna, hormati dia, sampai kapan kamu seperti ini" mama linda berusaha melembutkan hati aruna.
"ma, semua lelaki sama! Aruna hanya tak ingin mama kecewa, apalagi terluka kembali" aruna mengenggam tangan mamanya.
"mama tau, apa yang kamu rasakan, begini saja, mama janji tidak akan menemui papa mertuamu jika tidak ada kamu maupun danis, tapi tolong coba kamu mulai menerimanya sebagai papa mertua" mama berusaha meyakinkan aruna.
"itu ga mungkin ma" jawab aruna tegas.
"kamu tau aruna, kenapa danis mau menikah denganmu?" pertanyaan mama membuat aruna ingin tau.
"papanya yang menyuruhnya kan" jawaban yang selalu aruna dengar dari danis
"itu benar, dan kamu tau kenapa danis tak menolak, itu karena danis ingin membahagiakan papanya, menurutmu papa seperti apa yang bisa membuat anaknya ingin membahagiakannya" jawaban mama linda kali ini membuat aruna mencoba berfikir.
Setau aruna papanya danis adalah kelemahan danis. Jika aruna dekat dengan papa mertuanya itu setidaknya aruna bisa mengendalikan danis. Walaupun yang dikatakan mama tak mengubah pandanganya terhadap om hardi, Tapi tak ada salahnya berpura2 menerima papa mertuanya. Siapa tau dengan seperti itu hati danis akan melembut dan tak membahas perceraian lagi.
"aruna" mama membuyarkan lamunan aruna.
"oke ma, aku akan berusaha menerima papa mertuaku, untuk danis, bukan untuk mama" jawab aruna tersenyum seakan sudah mempunyai ide cemerlang.
"oh ya ma, karyawan ditempat usaha aruna ingin mengadakan makan malam besok, mama datang ya, untuk kali ini aruna ijinkan mama berangkat dengan om hardi" kata2 aruna membuat mamanya kaget.
"tidak perlu, mama bisa berangkat sendiri kok, kamu tinggal kirim alamatnya" jawab mama.
"mama, sepertinya mama benar jadi aku harus minta maaf pada om hardi, aku akan kerumahnya, aruna pamit ya ma" aruna segers bergegas.
"mama masih pengen dengerin kamu cerita, kok main pulang aja" mama menarik tangan aruna.
"atau mama mau ikut aruna ke rumah om hardi, ayo mama ganti baju sambil kita ngobrol diperjalanan" aruna membujuk mamanya.
"aruna gak mau ah, masa mama kerumah om hardi, kamu yang bener aja" mama menolak.
"oh gini aja, mama ganti baju kita ke kontrakan aruna, mama belum sempet kesana kan, nanti aruna telpon om hardi agar kerumah aruna, jadi kita bisa mengobrol disana" ide aruna membuat mamanya kebingunan.
"yasudah kamu tunggu mama sebentar, mama ganti baju" akhirnya mama mau menerima ajakan aruna.
Senyum aruna mengembang seakan menemukan cara mengendalikan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments