Aruna mengulum senyum medengar setiap kata yang terucap dari mulut ratih.
"boleh aku tanya sesuatu?" aruna membuat ratih menghentikan ceritanya.
"apa?"
"bagaimana rasanya jatuh cinta?"
"Jatuh cinta itu membuat kita hilang akal, melakukan sesuatu yang terkadang diluar kemauan kita, bisa juga menjadi kemarahan jika melihatnya bersama orang lain? Apa kau jatuh cinta aruna?"
"sepertinya belum, tapi jika melihatnya dengan wanita lain aku sangat kesal, bukan karena cinta, tapi aku merasa dia tak menghargaiku"
"sekarang ceritakan padaku, kenapa kau menikahinya?" tanya ratih penasaran.
Dimata Ratih perlakuan ayah aruna, menorehkan luka yang teramat parah.Ratih sangat mengenal aruna, yang anti dengan lelaki.
"bisa dikatakan aku memaksanya, aku tak ingin mama menikah dengan papanya"
"gila kamu aruna"
"ratih, apa yang membuat lelaki jatuh cinta?"
"hmm, banyak hal karena setiap laki2 memiliki type yang berbeda".
"salah satunya?" aruna mulai penasaran dengan namanya cinta.
"bisa jadi karena perhatian, bisa juga karena kesabaran, bisa juga karena perempuannya mandiri"
"tapi suamiku tak suka kemandirianku"
"brati dia lebih suka perempuan manja, agar dia merasa diandalkan"
"kau benar, dia selalu menyebutku perempuan sombong, atau karena aku mengatakan hidupnya hanya menumpang" aruna mengingat perkataan yang pernah dilontarkan pada danis.
"itu bisa menjatuhkan harga diri lelaki aruna, bersikaplah lebih lembut"
"dia keluar dari pekerjaan sebelumnya, sekarang kami mengontrak rumah lebih besar itu dia yang bayar, pekerjaan barunya sepertinya menghasilkan uang lebih"
"kau mulai menyukainya aruna" ucap ratih menahan tawa.
"kenapa?"
"kau mulai peduli padanya, mengingat setiap perkataanmu padanya, dan memikirkan perasaannya, aruna cinta itu ada percayalah"
"entahlah, kalaupun aku mulai menyukainya, dia tak akan menyukaiku, keinginannya hanya menceraikanku"
"aruna, berjuanglah! Dia suamimu, kau punya buku nikah resmi, jangan menyerah sebelum mencoba" ratih memberi semangat.
"nanti aku akan berjuang ketika aku merasa jatuh cinta, tapi tidak untuk saat ini"
"kenapa?"
"aku belum merasa yang katamu cinta ratih" aruna merasa belum memiliki perasaan apapun pada danis.
"terserah, kalau kau tak sibuk main kerumahku" tawaran ratih membuat aruna mengangguk.
Bertepatan dengan datangnya pelayan membawa pesanan mereka. Aruna dengan lahap menikmati sarapannya.
***
Sampai dikantor aruna disibukan dengan pekerjaan. Hingga pukul 1 siang aruna mengajak imas pergi kesalah satu mall terbesar dikota.
Ada meeting dengan salah seorang pemilik saham yang menginginkan produk aruna bekerja sama untuk mengisi supermarket di mall tersebut.
Aruna merasa sedikit aneh, karena meeting seperti itu seharusnya cukup dengan manager pemasaran.
"siang" ucap pemuda tampan membuat aruna menatapnya terpaku.
Aruna segera berdiri dan berusaha menutup mulutnya yang sempat ternganga.
"selamat siang, silakan pak" setelah menjabat tangannya aruna mempersilakan duduk.
Lelaki tampan dengan salah seorang sekretaris disampingnya.
"terimakasih, kenalkan saya Devano Reiharja, dan ini sekretaris saya melly"
"saya aruna, dan ini imas" aruna juga memperkenalkan diri.
"melly akan menjelaskan penawaran, semoga anda bisa mempelajarinya terlebih dahulu"
"baik pak"
"panggil saja devano"
Aruna sedikit salah tinggkah, entah kenapa jantungnya sedikit berdetak.
Aruna dengan seksama mendengar penjelasan dan tawaran yang diterangkan melly. Imas juga mencatat poin2 penting.
"Pak devan, sekali lagi terimaksih untuk tawarannya, kami akan mempelajari lagi dan sesegera mungkin menghubungi bapak, karena kami harus memastikan jumlah produksi yang siap untuk dikirim setiap harinya" mendengar penjelasan aruna devano menatapnya tanpa berkedip.
"oke, akan aku tunggu kabar baiknya" jawab devano sembari mengulurkan tangan pertanda meeting selesai.
Devano dan sekretarisnya meninggalkan aruna dan imas, yang masih menikmati strowberry juice.
"mba udah jam 3, kita balik sekarang?" tanya imas.
"kamu balik duluan, aku mau disini dulu, gakpapa kan?"
"oke mba gak masalah, aku duluan ya" imas mengundurkan diri.
Aruna kembali memesan menu, kali ini menu berat mie goreng seafood kesukaannya, sepertinya tubuhnya lebih kurus dari biasanya aruna merasa membutuhkan amunisi.
Setengah jam berlalu, pesanan aruna baru datang, menunggu lama bagi aruna tak masalah, apalagi sudah dipastikan dirumah tak ada siapapun.
"aruna, boleh duduk" suara itu membuat aruna yang ingin memasukan mie kemulutnya diurungkanya.
"pak" jawab aruna terkejut.
"sudah kubilang jangan panggil aku pak, panggil saja aku devano, apalagi tidak sedang meeting" ucapnya lagi.
"aku lapar, boleh aku makan dulu" aruna merasa tak nyaman.
"aku mengganggu?"
"tidak"
"aku mengenalmu aruna, tapi kau tak mengenalku" ucapannya membuat aruna bingung.
"lupakan, aku harus pergi" tiba2 devano meninggalkan aruna.
Aruna sedikit merasa aneh dengan sikap devano. Tak mau ambil pusing aruna melanjutkan suapannya.
***
Dengan nafas panjang aruna masuk kedalam rumah sewaan danis yang besar menurutnya.
Belum juga berjalan ke kamar aruna mendengar suara motor.
"bremm....bremmm..."
Aruna mengurungkan niat menuju kamar, tapi berbalik ke depan pintu.
Terlihat danis pulang membawa motornya.
Tak lama danis masuk kedalam rumah, aruna hanya terdiam berbalik lagi berjalan masuk kedalam kamar.
Aruna menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, dilihatnya jam masih jam9 malam, tapi danis sudah pulang, pasti nanti pergi lagi, batin aruna.
Beberapa menit merasa keletihannya hilang, aruna menyegarkan diri dan masuk kekamar mandi.
Sementara, danis sejak pulang langsung mandi dan berganti pakaian, tak seperti biasanya malam ini danis tak kemana2. Diambilnya gitar dan dimainkannya diruang tamu.
***
Mendengar bunyi gitar aruna keluar dari kamarnya.
"malam amat pulangnya?" tanya danis menghentikan suara gitarnya.
Aruna mendekat dan duduk disofa tapi tak menjawab pertanyaan danis.
"hei... Tuli ya?" danis mengamati aruna yang terdiam.
"peduli apa?" aruna membalikan pertanyaan.
"apa kau tau,tadi kita menghabiskan waktu seharian.."
"cukup! Jika kau ingin menyakiti hatiku, ya aku sakit hati" jawab aruna.
"baguslah, segeralah menceraikanku aruna?"
"aku bosan dengan permintaanmu cerai, selalu saja"
"bagaimana kesanmu tinggal disini, lebih nyaman kan, lebih mewah, kau bisa ajak temanmu kemari"
"aku lebih suka kontrakan yang kecil"
"karena disana kau bisa tidur sekamar denganku, jika disini tidak"
"bisakah kau tak mengajaku bertengkar sekali saja, ceritakan tentang cintamu pada celine" aruna lelah berdebat dengan danis.
"kau tak keberatan mendengar ceritaku?" tanya danis tak percaya.
"keberatan untuk apa, memangnya jika aku keberatan kau akan menghentikan perasaanmu?"
"aku menyukainya sejak awal bertemu, jika saja kau tak menikah denganku, aku akan berusaha mengejarnya" danis memetik gitarnya kembali.
"danis, jika kau memang berjodoh dengannya suatu saat pasti kau bisa menikahinya"
"kau menyerah, sudah kukatakan menikah tanpa cinta tak akan bertahan lama"
"aku akan mempertahankan rumah tanggaku itu prinsip, tapi jika Tuhan berkata lain itu Takdir"
"kata-katamu membingungkan"
"aku minta maaf danis, jika aku menghinamu, akan kuperbaiki semuanya" nada bicara aruna merendah.
"bagaimana jika aku tak ingin memaafkanmu?"
"itu hak mu, aku tak memaksa"
"dasar keras kepala, sebenci itukah kau dengan papaku, hingga melakukan hal gila dengan pura2 mencintaiku?"
"mungkin aku salah menilai papamu, tapi kita sudah menikah, penyesalanku tak akan mengubah semuanya kan? Jika memang papamu orang yang baik kau beruntung" jawab aruna dengan mata memerah.
danis meletakkan gitarnya, perempuan yang dikenalnya kasar, sombong, angkuh, matanya memerah karena sebuah penyesalan.
"kau pantas jadi seorang actrees aruna, jika semua ini adegan agar aku membatalkan niatku mencari cara terbaik untuk perpisahan kita, kamu salah!" danis menepukan tangannya.
"ayahku temperamental danis, hampir setiap hari memukul mamaku, seberapa sering mama meminta maaf dan menangis semua tak berarti baginya, dia ada tapi tak pernah ada waktu untuku, aku tak ingin mama menikah lagi, karena aku tak ingin mama kembali terluka" bulir air mata aruna tak kuasa dibendungnya.
danis kaget mendengar cerita aruna, tapi mencoba untuk tak terlihat.
"jika kau menganggap ucapanku omong kosong, kau bisa tanya ke mama, dan hari ini aku kecewa, aku merasa kehilangan perhatian mama"
"sudah aruna, sudah malam aku mengantuk" danis meninggalkan aruna diruang tamu sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments