Bab 2

Aruna mendengus kesal, melihat kelakuan danis yang tak seperti harapannya.

"kenapa menatapku!! kalau kamu bisa membuat misi, aku juga bisa, dengar akan aku ajak teman wanitaku datang kerumah ini" danis membuat aruna melotot.

"silakan!! Jangan harap mamaku menyuruhmu menceraikanku, mamaku orang yang sangat baik, baginya pernikahan itu sekali untuk selamanya" jawab aruna berusaha menutupi kekawatirannya.

Jika danis benar2 nekat itu akan sangat menyulitkan.

"jadi kamu menantangku, wanita sombong!! " danis meninggalkan kamar.

Aruna berlari menghentikan langkah danis.

"mau kemana, yakinkan mama kita harus pergi dari rumah ini danis? Kamu mau sekamar sama aku malam ini?" aruna menghadang danis.

"boleh saja hanya untuk malam ini, malam pertama kan, kamu dihalalkan untuku, aku berubah pikiran untuk nafkah batin aruna" tatapan danis membuat aruna merasa jijik.

"oke! Jika kamu menantangku, kelemahanku memang mamaku, tapi kelemahanmu om Hardi kan?" aruna merasa menang melihat danis sedikit terkejut

"sudahlah aruna, Jangan kamu pikir kamu bisa mengaturku, setidaknya belajarlah agama, suami itu imam" danis menampik lengan aruna yang menghalangi langkahnya.

Rumah masih sedikit ramai, petugas catering masih membereskan sisa hidangan.

"danis, mana aruna?" tanya mama linda.

"ada ma, daritadi aku sudah memanggil tante mama, boleh kan?" tanya danis.

"boleh danis, mama minta maaf ya dengan sifat aruna yang sedikit kasar, Mama yakin lambat laun hatinya akan melunak apalagi menikah dengan orang yang dia cintai" jawab mama linda menyiratkan tanya dibenak danis.

"mama, danis mau keluar sebentar saja mau ambil uang di atm deket sini" ucap danis.

"kenapa harus ambil uang, mau makan ada banyak makanan, mau apalagi? Kamu masih cuti kerja kan danis, besok saja ambil uangnya, habis menikah lho! Nanti kalau ada saudara kesini ucapin selamat masa penganti cowoknya ga ada?" linda meyakinkan danis agar tak meninggalkan rumah.

"sebentar saja" danis tetap berlalu tak mengiyakan permintaan mama linda.

***

Hari sudah sangat larut, Aruna duduk diruang tamu menunggu danis, tangannya mengepal ingin memaki lelaki yang baginya tak tau diri.

"aruna" panggil mama membuat aruna kaget.

"iya ma" jawab aruna tak bertenaga.

"kemana suamimu, ini sudah hampir jam1 sudah bukan malam lagi, tapi mau pagi, kalian bertengkar atau ada masalah" mama duduk disamping aruna.

"gak ada masalah ma" jawab aruna menutupi.

"ya sudah kamu telpon kamu tanya jam berapa pulang" suruh linda.

"sudah tadi katanya perjalanan, biar aruna yang tunggu mama istirahat ya" jawab aruna berbohong, bagaimana mungkin bisa menelpon nomor ponsel danis saja aruna tidak tau.

Tokk....tokk...

Suara ketukan pintu rumah membuat aruna segera keluar membuka. Matanya terbelalak melihat danis benar2 membuktikan ucapannya.

"hai runa, kenalkan resti" danis penuh dengan senyum kemenangan melihat wajah aruna pucat pasi.

"danis!!! Jangan gila" aruna melirihkan suaranya agar tak terdengar mamanya.

"maaf ya resti danis harus masuk rumah" aruna menarik tangan danis agar segera masuk rumah dan segera menutup pintu tanpa peduli keberadaan teman wanita danis.

"danis" mama linda menghampiri untung pintu rumah sudah tertutup sehingga tak melihat danis pulang bersama siapa.

"iya ma" jawab danis.

"atm mana nak? Sampai hampir pagi, kamu marah ya sama aruna?" tanya linda merasa ada yang tidak beres.

"ya ma, aruna masih ingin tinggal disini sementara aku ingin memiliki rumah sendiri, walau hanya kontrak tapi setidaknya bisa mandiri" jawab danis mulai mengikuti kebiasaan aruna berbohong.

"danis kita bicarakan besok ya, maafin tante membuat kalian bertengkar, sudah larut kamu istrahat" linda meninggalkan mereka.

Aruna menginjak kaki danis dengan sangat kuat.

"archhh.. brengsek!!" umpat danis kesal

"dengar danis kamu harus membayar mahal untuk apa yang kamu lakukan malam ini" aruna berjalan cepat kembali ke kamar.

Tidak ada pilihan lain selain mengikuti aruna masuk kedalam kamar.

"aku mau tidur dikasur!" ucap danis sambil membuka kemejanya.

"hai apa yang kamu lakukan, pakai lagi pakaiannmu" ucap aruna kesal.

"aku masih mengenakan kaos, atau jangan2 kamu menagih nafkah batin yang tadi aku janjikan, pantas saja kamu dengan setia menungguku hingga larut, ternyata kamu gatal juga ya?" jawab danis sambil membuka jam tangannya.

"seandainya kamu tau, aku tidak suka bicara kasar, tapi melihat tingkahmu!!!" aruna berusaha menarik nafas menghentikan kemarahanya.

Aruna naik ke atas ranjang lebih dahulu, ditutupnya selimut. Dan segera dipejamkan matanya.

"aku sudah bilang aku yang tidur dikasur!!! Tuli kamu??? Pergi atau aku akan" suara danis sangat lantang membuat aruna bangun.

"atau apa??? Tidak bisa lihat ya kasurku sangat besar, kamu bisa tidur disebelahku, kamu dengar danis!! Kamu yang akan menumpang hidup padaku, harusnya bersyukur aku masih mau berbagi tempat tidur, matikan lampunya aku lelah" jawab aruna kembali menarik selimutnya.

Dengan terpaksa danis tidur bersebelahan dengan wanita menghancurkan masa depannya. Jika bukan karena papanya danis pasti tak sudi menikah dengan wanita sombong seperti aruna. Danis ingin segera istrahat agar besok bisa segera mencari pekerjaan yang layak. Agar aruna tak bisa menghinanya lagi.

****

Sarapan pagi danis dan aruna tampak kompak melahap masakan mama linda.

"mama sudah putuskan mama kabulkan permintaan kalian untuk kontrak rumah, jadi tak perlu lagi ada perselisihan" linda membuat wajah putrinya berseri.

"terimakasih mama, aruna dan danis sangat gembira" aruna tertawa bahagia.

"terimakasih ma" jawab danis tak nampak bahagia sama sekali.

"kalian lanjutkan sarapan, mama ada perlu mau keluar sebentar ya?" linda berpamitan.

Sesaat setelah mama linda pergi aruna kembali menginjak kaki danis.

"aruna!!!" teriak danis menyemburkan makananya.

"jijik kamu" jawab aruna segera mengambil tissue membersihkan mukanya.

"makanya yang sopan, aku mau kerumah papa beresin baju, kalau sudah dapat kontrakan kamu bersihkan, baru kabari aku!" ucap danis membuat mata aruna melotot

"siapa kamu!! Enak saja, aku yang cari kontrakan, aku juga yang bayar!!" jawab aruna berontak.

"kamu!! Yang mau aku nikahi, wajar kan kamu yang berjuang juga mempertahankan pernikahan yang kamu bilang untuk selamanya, baru sehari saja aku sudah tidak betah, apalagi selamanya" ucap danis melempar serbet ke meja makan.

"danis!!! Cukup! Oke sini ponsel kamu, nanti kalau sudah dapet kontrakan aku kabari" aruna melunak.

"kamu tanya mama kamu?" jawab danis meninggalkan meja.

"danis pliss! Mana mungkin aku tanya ke mama, jangan gila!!" aruna mengikuti langkah danis

"mana ponselmu sini" danis merampas ponsel dari genggaman aruna.

"ini sudah kutulis" jawab danis mengembalikan ponsel aruna setelah menuliskan nomornya.

Aruna sedikit tersenyum melihat nama yang tertera. SUAMI PAJANGAN tulis danis.

"aku tidak janji akan pulang malam ini ya?" ucap danis melanjutkan langkahnya.

Aruna mengekor dibelakangnya, saat danis mengambil tas, mencangklongkan aruna terus mengekor dan ikut mengambil tasnya sendiri.

"bi aruna dan suami pergi" ucap aruna kencang agar terdengar asisten yang sedang cuci piring didapur.

Danis hanya memandangnya aneh, Danis keluar rumah aruna masih saja mengekor. Saat danis naik ke atas motor aruna sudah mengenakan helm dan ikut naik.

"turun!!! Mau apa kamu?" tanya danis kesal.

"aku mau tau kamu kemana? ke percetakan kan? Tempat kamu kerja? Aku mau memperkenalkan diri dulu sebagai istri didepan teman2 kamu, agar tidak ada yang mendekati kamu!" jawab aruna kali ini tak berteriak.

"buat apa? Aku masih ingin menikah lagi suatu saat sama orang yang aku cintai bukan kamu!! Turun kataku?" danis menyingkirkan kaki aruna.

"heii!!! Aku istri kamu menikah sekali untuk selamanya, mana ada menikah lagi!!! Gak danis!" aruna bersikeras.

"jangan atur aku aruna, atau nanti malam aku akan membawa wanita lain lagi!" ancam danis.

"kalau bawanya dikontrakan tidak masalah, asal tidak ada mama kan? Ancaman kamu tidak berhasil" ucap aruna membuat danis dengan kasar menurunkannya dari motor.

Aruna sedikit terjatuh karena ulah danis, dan danis tertawa dengan kemenanganya.

"danis!!! Jangan kasar" ucap Hardi membuat aruna kaget.

"kamu gak papa" hardi membantu aruna berdiri.

Entah kenapa aruna masih saja menganggap perhatian om hardi palsu, lagipula pagi2 kerumah pasti alasan menjenguk danis, padahal masih saja ingin bertemu mamanya.

"tidak papa om, aruna mau pergi sama danis cari kontrakan, iya kan mas danis?" ucap aruna sambil mengernyitkan matanya menatap danis.

"iya pa, ayo naik aruna" kali ini danis tak bisa menyuruh aruna pergi.

"om maaf mama tidak dirumah juga" jawab aruna kembali naik ke motor danis.

"papa bisa kok bantu kalian cari kontrakan?" tawaran om hardi tak membuat aruna berminat

"nanti kalau sudah dapat om bisa kesana ya, kami permisi ya" jawab aruna ingin om hardi segera meninggalkan rumah mamanya.

"baik aruna, danis hati2 bawa motor nya" jawab Hardi.

"danis pergi ya pa" ucap danis menutup kaca helm dan berlalu.

hardi tersenyum melihat danis, hatinya sebenarnya sedih harus berpisah dengan mama linda. Tapi bagaimanapun juga kebahagiaan danis terpenting dalam hidupnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!