Danis masuk keruangan Prayoga diantar sekretaris. Ini kali keduanya danis menemui papa celine.
"siang pak" sapa danis.
"aku akan carikan pengawal pengganti untuk celine, mulai hari ini kau bebas tugas darinya?" ucapanan prayoga membuat danis tercekat.
Lalu bagaimana dengan janjinya memberi nafkah aruna, membayar sewa rumah kedepan, aruna bisa memandangnya tak berguna lagi, padahal danis sudah mulai bisa mengendalikan aruna.
"bapak pecat saya? Tapi apa kesalahan saya? Akan saya perbaiki tapi tolong Pak, ada istri yang harus saya nafkahi, apalagi rumah saya juga masih sewa" danis terbata.
"danis, jangan panik begitu" Prayoga tertawa melihat danis pucat.
"banyak mimpi yang harus hancur jika bapak memecat saya"
"danis, siapa nama istrimu?"
"aruna Pak"
"Bahagiakan dia, janji padaku kau tak akan pernah menyakitinya, bisa?"
"kenapa pak?"
"aku akan mengusahakan pekerjaan pada lelaki yang mencintai istrinya, bagaimana bisa?" tanya Prayoga.
Kali ini aruna berpengaruh dalam nasibnya, Bagaimana danis akan menceraikannya kalau begini, menyusahkan saja.
"ah lebih baik aku terima dulu tawarannya, urusan aruna belakangan, daripada kehilangan pekerjaan" batin danis.
"danis, kenapa lama sekali berfikir atau kau berniat main2 dengan pernikahanmu?"
"saya akan membahagiakan istriku" jawab danis meyakinkan prayoga.
"bagus, aku senang mendengar jawabanmu"
"artinya besok saya sudah bisa mengawal nona celine lagi?"
"tidak, aku sudah katakan kau bebas tugas mengawal celine, akan aku carikan pengawal baru untuknya"
"tapi pak?"
"kau akan bekerja di perusahanku danis, akan aku berikan jabatan yang tak mungkin kamu tolak, untuk rumah yang kamu sewa tinggalkan segera, akan aku berikan rumah yang lebih besar lagi, dan motormu! Sesekali kau bisa gunakan karena aku akan memberimu fasilitas mobil"
Danis terkejut mendengarkan semua ucapan prayoga. Sebenarnya apa yang membuat lelaki didepannya sangat royal memberikan berbagai fasilitas, bahkan uang. Danis mencoba berfikir, tapi apapun itu bisa dicari tau nanti. Yang terpenting kesempatan ini jangan sampai ia lewatkan.
"saya bekerja diperusahaan, tapi bapak tau kan saya suka sekali menyanyi"
"danis, kau akan segera rekaman kan? Semoga singlemu sukses. kerjakan saja dua2nya, bagi tugas, tak susah kan? Tapi semua terserah padamu"
"tapi bekerja dikantor, jadwalnya padat kan pak?"
"danis, Jabatanmu tak membutuhkan kau bekerja setiap hari, bahkan kau bisa bekerja dari rumah"
"saya bersedia pak" jawab danis cepat.
"baik, aku yang akan katakan pada celine, semua yang aku tawarkan bisa aku tarik kapanpun jika kau, menyakiti istrimu?" prayoga menekankan sekali lagi.
Danis mengangguk menerima syarat yang diberikan prayoga.
"danis, beli bunga yang cantik, antar ke tempat usaha istrimu agar dia senang!" permintaan prayoga terlalu berlebihan menurut danis.
"setelahnya jangan lupa masukan photo kalian ke medsos, agar aku bisa melihat kau benar2 membelikan bunga"
"bapak tau istri saya memiliki usaha?"
"seluruh biodata karyawan sebelum bekerja sudah aku selidiki danis, kerjakan apa yang kukatakan!"
"baik pak" danis tak ada pilihan lain selain menuruti.
Prayoga memanggil salah satu pegawai kepercayaannya masuk keruangan.
"agung, berikan kunci mobil yang tadi kusiapkan untuk danis"
"baik Pak" agung memberikan kunci mobil.
"agung antar danis menuju mobil barunya!"
"siap" jawab agung patuh.
"aku tunggu besok jam 8 pagi diruanganku danis, akan kuperkenalkan pada karyawan"
"baik pak, saya permisi" danis mengikuti agung meninggalkan ruangan Prayoga.
Danis masih tak menyangka secepat ini nasibnya berubah, dari bekerja sebagai karyawan paruh waktu dipercetakan dengan gaji pas2an. Sekarang memiliki semua fasilitas tanpa danis tau apa yang membuat prayoga mempercayainya.
Sementara didalam ruangan prayoga tersenyum melihat photo aruna.
"aku tak harus berada didekatmu, tapi aku pastikan kau akan mendapatkan hak yang sama seperti yang celine dapatkan"
Prayoga mengetahui danis adalah suami dari salah satu putri kembarnya. Dengan cara ini prayoga bisa memantau aruna. Menggenggam danis agar tak menyakitinya.
Danis berjalan melewati beberapa karyawan yang entah kenapa menatapnya.
"itu, manager pemasaran yang baru! Aku harap dia belum punya pacar?" celoteh salah seorang pegawai.
"iya kamu benar, ganteng banget ya! Jangan2 calon mantu bos?"
"calon mantu, menikah sama ratu sombong, celine maksud kamu? Beruntung sekali celine?"
"dia kan cantik, kaya raya siapa yang menolak, beda sama kita"
"semoga saja bukan calon mantu, kalau begini sih bisa betah dikantor, lembur juga betah"
***
"Ini mobil kamu, Pak danis semoga hari anda menyenangkan" agung mempersilakan danis saat sampai diparkiran.
"terimakasih agung" jawab danis, masuk kedalam mobil.
Danis harus segera mencari buket bunga dan memberikannya pada aruna sesuai dengan perintah bossnya. Lalu bagaimana jika aruna menolak. istrinya kan tak bisa ditebak. Sebenarnya sangat malas danis melakukannya, tapi memang harus dilakukan.
Danis mencari toko buket dari aplikasi maps terdekat. Sampai ditoko danis segera keluar.
"siang kak, ada yang bisa dibantu" ucap pelayan menyambut danis
"buatkan buket yang bagus untuk istriku"
"baik, tunggu sebentar ya"
"oke" ucap danis.
Hampir seperempat jam danis menunggu, pesanan buketnya akirnya datang.
Ini kali pertama danis memberikan buket pada wanita.
"bagus juga ya, bagaimana kalau aruna menolak, apalagi memberikan ke tempat usahanya" danis membayangkan penolakan aruna.
Danis segera masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan cepat menuju kantor aruna.
***
Aruna masih memeriksa beberapa file diruang kerjanya.
"mba, makan siangnya tadi sudah aku bagi, ini buat mba aruna, sisanya masih ada 5box aku taruh meja ya mba?" imas membawakan aruna makan siang.
"iya imas, taruh saja" jawab aruna tak menatap imas.
"aku keluar dulu ya mba" imas keluar ruangan.
Setelah keluar ruangan aruna, imas bergurau dengan dewi dan rini karena sedang istirahat siang.
Asik mengobrol dewi menyenggol tangan riri.
"ganteng banget emang ya?" ucap dewi menganga.
Imas dan riri yang tak paham langsung mengarahkan tatapan mereka ke arah dewi menatap.
"Pak danis" bisik riri kaget.
"imas, kamu imas kan?" lelaki didepannya membuat imas mengangguk.
Sementara riri dan dewi langsung menutup rapat mulutnya.
"kau mengenalku kan?" tanya danis.
"iya pak, mau bertemu mba aruna?" tanya imas mulai lancar bicara.
"ya, bisa antar ke ruangannya"
"silakan" imas mengantarkan danis keruangan aruna.
Danis mengikuti langkah imas menuju ruangan aruna.
"kau lihat, dia bawa buket? Pasti buat mba aruna, tebakanmu salah dewi. Berarti pak danis tak tertarik sama pelakor itu" ucap riri yakin.
"eh, jangan salah kamu ya? Itu cuman buat kamuflase supaya istrinya tak curiga juga bisa, tapi ya mba aruna kok bisa nemu suami ganteng begitu ya" dewi kembali menganga menatap punggung danis.
"aku mau makan kebelakang, nasi traktiran mba aruna udah dateng, ikut gak?" ajak riri.
"ayo, aku juga udah lapar" dewi mengelus perutnya.
***
Sampai didepan ruangan aruna, imas meninggalkan danis.
Danis sedikit ragu membuka pintu ruangan istrinya, masih terbayang jika aruna mengomel, dan membuang buket mahal yang dibawanya.
Danis memutar pelan gagang pintu didepannya.
Aruna kaget melihat kedatangan danis, matanya tertuju pada buket yang digenggam danis.
Jangan2 buket untuk celine, dan danis memamerkan padanya.
"kenapa kemari?" tanya aruna jutek, karena pikiran negatifnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments