Bab 8

tok...tok...tokk...

brakkk...brakkk...

Suara gedoran rumah membangunkan aruna.

"ya tuhan, aku ketiduran disini" aruna membuka matanya.

Berjalan lirih membuka pintu rumah menghentikan suara berisik.

"lama banget aruna" danis terlihat begitu marah.

"danis, inikan masih subuh" ucap aruna sambil menguap.

"kemasi seluruh pakaianmu, ayo pindah ke kontrakan baru" danis masuk ke dalam kamar mandi.

Aruna yang masih mengantuk langsung tersadar.

"pindah kemana? Apa maunya?" gerutu aruna lirih.

"aruna, ayoo atau kita tinggal beda rumah" danis meninggikan suaranya setelah keluar dari kamar mandi.

"iya sebentar, memangnya mau kemana? kalau kita pindah, sayang dong! Aku udah bayar rumah kontrakan ini 2 tahun" aruna berjalan ke kamar.

"kan kamu bisa sewain ke orang lain, barang2nya aja nanti diangkut, pada masih baru kan" ucap danis mulai mengeluarkan seluruh bajunya dari almari.

Padal saat pindahan aruna dengan rajin memasukan baju2 danis dan menatanya ke dalam almari, kini dengan seenaknya danis memberantakan semuanya.

"tapi kenapa harus pindah?" tanya aruna meskipun tak ada pilihan lain selain ikut menyiapkan baju2nya.

"Jangan bawel bukan cuma kamu yang punya uang!!! Jangan rendahkan aku aruna" danis lebih dulu memasukan baju kedalam tasnya daripada aruna.

"memangnya kamu kerja apa? Beneran jadi simpenan, ngeri amat!! Udahlah danis, gakpapa kamu numpang hidup asal masih dijalan lurus, balik aja ke percetakan" jawab aruna agar danis berubah pikiran.

"terserah pikiranmu apa! jangan lupa, nanti malam" danis tertawa mengejek

"apa danis? maaf aku lagi halangan" ucap aruna berdusta.

"tidak masalah aku bisa menunggu, satu minggu lagi kan, jangan cari alasan lain, melayani suami itu wajib, belajarlah agama" danis senang melihat wajah aruna memucat mendengar gertakannya.

"kalau mau memberi nafkah batin beri juga nafkah lahir" aruna menantang danis, memangnya sebanyak apa uang danis batin aruna.

"kau menantangku, 5juta perbulan untukmu cukup kan, usahamu sudah berkembang aruna, memberi nafkah untukmu hanya formalitas tak benar2 membutuhkan nominal yang selayaknya" padahal uang danis lebih dari itu.

"oke danis, tak masalah 5juta perbulan kirim ke rekeningku setiap tgl 1" jawab aruna tetap antusias, setidaknya suaminya sudah mau berusaha.

"kirimkan saja nomormu" dengan sombongnya danis mengiyakan permintaan aruna.

"tapi aku harus tau apa pekerjaanmu, kalau kau jadi simpanan, amit2 mending tak usah kau beri aku nafkah" aruna meragukan danis

"sudah jangan banyak bicara, ayoo!! Sudah masuk kan, kita pergi pakai mobilmu" danis membantu aruna mendorong koper.

Aruna mengambil kunci mobil, menatap setiap sudut ruangan. Malam ini aruna bisa tertidur tanpa cemas menunggu danis, aruna sudah mulai beradaptasi dan nyaman dikontrakan kecilnya, sayang danis bersikeras ingin pindah.

Aruna mengunci pintu rumah, danis memasukan tas dan koper aruna kedalam mobil.

***

Aruna dan danis memasuki perumahan yang bisa dikatakan elit. Mata aruna terbelalak, bagaimana bisa danis membawanya ke sebuah rumah yang tampak 5x lebih besar dari kontrakannya.

Mobil danis terhenti, aruna berusaha menyembunyikan keheranannya.

"aruna, buka pagarnya" ucap danis lantang

"memangnya harus aku, bukankah tenagamu lebih besar" jawab aruna enggan turun.

"aruna, seorang istri harus patuh terhadap suami, ayo! Buka pagarnya" kali ini aruna turun dan membuka pagar.

Dengan cepat danis memasukan mobil aruna ke pelataran parkir. Usai memarkirkan mobilnya. Danis mengeluarkan tas dan koper pakaian mereka.

"ini kunci rumahnya, kamu buka dulu aku akan masukan kopermu dan tas ini kedalam rumah" danis menyerahkan kartu rumah

Aruna hanya mengangguk, dan menerima kartu yang diberikan danis. Kakinya mulai melangkah dan membuka rumah yang nampak jauh lebih mewah dari kontrakannya.

"danis, sejak kapan kamu sewa rumah ini" tanya aruna setelah berhasil membuka pintu.

"minggir akan kumasukan ini dulu" jawab danis membawa koper dan tasnya kedalam rumah.

"danis" aruna masih menunggu jawaban.

"dengar aruna, ada 3 kamar dirumah dan kau bisa pilih satu yang akan kau tempati" jawaban danis membuat bola mata aruna menatap seluruh ruangan.

Rumah ini lumayan besar lalu bagaimana jika danis tak pulang, mana bisa aruna tidur sendiri.

"aku, akan pilih kamar paling depan" jawab aruna terbata.

"oke! Aku akan tidur dikamar tengah, sebelum matahari meninggi kamu bikinkan aku sarapan, di kulkas sudah ada bahan makanan lengkap" danis membawa tasnya menuju kamar tengah.

Sementara aruna tak bersemangat, berjalan menuju kamar yang dipilihnya.

***

Aruna merebahkan tubuhnya, akhirnya bisa sedikit selonjoran dan pulang lebih cepat dari biasanya, hampir setengah hari dihabiskan waktunya untuk mengecek pemasaran. Sedang danis selepas sarapan tak terlihat batang hidungnya.

Baru saja ingin merenggangkan ototnya aruna mendengar suara langkah kaki masuk.

"danis, baguslah sudah pulang, langsung bersiap makan malam bersama karyawanku ya" aruna sumringah melihat danis berniat datang ke acara yang dibuat karyawannya, jika tidak mau ditaruh mana wajah aruna.

"jangan PD, aku memang datang tapi dengan seorang wanita yang selama ini membuatmu penasaran" jawaban danis menimbulkan tanya.

"siapa? Bos yang selama ini membayarmu mahal, apa pekerjaanmu?" tanya aruna.

"kita lihat saja nanti, perjanjiannya kan hanya aku datang"

"kau ini mau mempermalukan aku atau apa? Terserah mau bermain dengan wanitamu, tapi jangan ajak dia nanti malam" aruna mulai berkacak pinggang.

"rencanaku sangat cemerlang kan, semoga saja mamamu menyuruhmu pisah setelah melihat wanita yang aku pilih daripada kamu" danis terbahak.

"Bagaimana aku bisa menghargaimu, tingkahmu membuatku mual, awas saja jika membuat onar, aku habisi papamu!" aruna sangat kesal.

Danis sempat kaget mendengar jawaban aruna yang diluar dugaan.

"dasar sombong, akan kubuat kau menyesal menikah denganku" gerutu danis tak terdengar aruna.

Karena setelah menjawab danis aruna masuk kedalam kamar dan membanting pintu.

***

"mama...ma tolong buka mata ma" aruna tampak panik melihat mama linda pingsan setelah melihat danis datang bersama seorang wanita.

Wanita yang aruna juga tak mengenalnya, meskipun tak seperti yang aruna kira selama ini, gadis cantik dengan usia yang terlihat lebih muda darinya.

"imas, tolong ambilkan minyak" teriak aruna sambil memangis.

Dengan menikahi danis aruna ingin menunjukan dia mampu bahagia, Tapi semua tak sesuai rencananya.

Danis juga ikut panik dan menggendong mama linda ke sebuah sofa disudut ruangan.

Ingin rasanya aruna memaki2 danis yang membuat darahnya mendidih tapi mana mungkin ditengah banyaknya karyawan yang mengamati mereka, terlebih melihat mama linda pingsan reflek membuat semua karyawannya berkumpul.

"mama bangun ma" ucap danis tak kalah paniknya.

"sudah danis, kau bawa saja dia pergi daripada mama semakin parah" pinta aruna lirih membisikan ditelinga danis.

"itu tak mungkin aruna" jawab danis.

Mama sudah mulai tersadar setelah aruna mendekatkan minyak angin dihidung mamanya.

"ma, syukur mama siuman" aruna juga mengoleskan minyak ke tangan mama linda.

Ketika mama benar2 membuka mata, tatapannya masih tertuju pada wanita yang dibawa danis, dan kali ini mama linda tersedu. Membuat aruna dan danis tampak kebingungan.

"danis, siapa dia?" tanya mama linda dengan suara bergetar.

"celine kemarilah" ucap danis memanggil celine.

Dengan gaya bak seorang putri celine berjalan menuju mama linda, seluruh karyawan aruna juga terperanggah menatap celine.

"hei imas, cantik sih tapi apa iya dia pelakor?" tanya dewi dengan nada nyinyir.

"hust, jangan aneh2 deh siapa tau saudaranya" jawab imas.

"saudara kok bikin nyonya linda pingsan, belum juga satu minggu menikah sudah ada pelakor, gimana itu" kali ini merry ikut bicara.

"kalian ini ya jangan sembarangan ah, kasihan kan sama mba aruna" imas tidak suka dengan dugaan2 karyawan.

"justru kita kasihan sama mba aruna" deni masih berbisik2

"dasar mulut wanita,jangan bergosip kalau sampe mb runa dengar dipecat baru tau rasa kamu" ucap bambang mengingatkan.

Mendengar perkataan bambang seketika mereka terdiam.

"celine tante" ucap celine mengulurkan tangan memberi salam tante linda

"celine, kamu cantik sekali tante senang lihat kamu disini, apa hubungan kamu sama danis nak?" pertanyaan mama membuat aruna semakin bingung.

Kenapa justru mama bertanya dengan nada yang lembut.

"aku ada projek bikin single duet sama mas danis" entah mengapa aruna lega mendengar jawaban celine.

Setidaknya suaminya bekerja dengan cara halal.

"ayo aruna, kita lanjutkan makan malamnya, celine anggap tante mama kamu ya? Boleh kok kalau mau panggil mama" ucapan mama membuat aruna menatap sinis celine.

Bagaimana bisa mama menyuruh seorang wanita yang dibawa suaminya memanggilnya mama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!