Sam pun mengiyakan permintaan Vio, pria yang sudah rapih dengan setelan kemeja dan jasnya itu menjawab dengan menganggukkan kepala.
Merasa senang, dengan mata yang berkaca Vio mengucapkan terimakasih. Ia tidak mengira kalau pria yang sudah berumur dan terkesan menyebalkan itu bisa berbaik hati.
Vio pun membuka pintu mobil itu kembali, tetapi, ternyata sudah Sam kunci.
"Biar gue antar! Sekalian berangkat kerja, di mana alamat rumah lu?" tanya Sam seraya memarkirkan mobil.
"Mungkin aki-aki ini takut kalau aku bohong!" batin Vio.
Lalu, Vio pun mengatakan di mana alamat rumahnya.
Di perjalanan, Vio merasa malu karena suara keroncongan dari perutnya itu terdengar keras.
Vio memalingkan wajahnya, ia melihat kearah kaca mobil, Vio malu pada Sam sedangkan Sam sendiri tak menghiraukan suara keroncongan itu.
Setelah hampir 45 menit, Sam dan Vio sudah sampai di depan rumah sederhana, terlihat ada seorang pria yang mungkin seumuran dengan Vio baru saja kembali yang entah dari mana.
"Dia laki lu?" tanya Sam pada Vio seraya dagu menunjuk pada pemuda tersebut.
"Iya," jawab Vio singkat.
Vio pun membuka pintu mobil lalu turun. Tidak lupa Vio mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih, Pak."
"Hmm," jawab Sam. Setelah itu, Sam pergi dan melanjutkan perjalanannya ke kantor.
Melihat pasangan muda itu, membuat Sam teringat dengan dirinya yang dulu menikah muda. Ia juga teringat dengan mantan istrinya yang sekarang entah di mana, Sam tak mau tau lagi tentangnya.
Baginya yang telah pergi sudah seharusnya untuk dilupakan.
****
Di rumah sederhana Vio.
Vio membuka pintu rumahnya, ia melihat suaminya sedang duduk santai di sofa ruang tamu dengan menyulut rokoknya.
"Kamu udah pulang?" tanyanya tanpa melihat ke arah Vio.
"Mas, aku udah enggak sanggup lagi, aku mau kita cerai!" kata Vio yang masih berdiri di pintu.
"Kita enggak akan pernah cerai!" jawabnya seraya menatap Vio.
"Kenapa? Kamu takut enggak bisa makan tanpa aku?" tanya Vio, air matanya sudah menggenang, selama ini ia rela diperlakukan seperti apapun oleh suaminya, tetapi, malam tadi Surya telah melampaui batas, ia tega menjadikan istrinya untuk membayar hutang karena kalah judi.
"Udah berani melawan, kamu?" tanya Surya, suami dari Viona. Lelaki itu berdiri menatap, menantang pada wanita yang selama ini dianggapnya lemah.
Vio tak menjawab apapun lagi, ia segera pergi ke kamar, pertama, Vio memakai jaketnya lalu segera mengemasi barangnya.
"Kamu enggak akan kemana-mana!" ucap Surya seraya menahan tangan Vio.
Vio menatap Surya penuh benci, cinta yang dulu ada, kini seolah hilang karena rasa kecewa yang telah diterimanya.
"Lepas! Setelah kamu buang aku, kamu masih menahan aku? Enggak punya malu!" kata Vio seraya melepaskan tangan Surya dari tangannya.
Vio melanjutkan mengemasi barangnya dan Vio harus kembali berhenti saat tangan Surya menampar pipinya.
Perih, bukan hanya luka batin yang Surya berikan. Tanpa mengatakan apapun, Vio kembali melanjutkan mengemasi barangnya dan itu membuat Surya semakin kesal karena Vio mengabaikannya.
"Viona!" bentak Surya tepat di depannya.
Viona yang sudah habis kesabaran pun menjatuhkan tasnya ke lantai. Gadis yang sudah berderai air mata itu menatap datar pada suaminya.
"Apa? Aku enggak budeg! Enggak usah pakai teriak!"
Dan Surya pun mengambil tas Viona, memasukkannya kembali ke lemari.
"Kamu itu aneh ya, Mas! Aku pergi enggak boleh! Aku bertahan kamu siksa! Aku minta cerai juga enggak mau! Kamu itu maunya apa sih?" tanya Vio dengan nada yang mulai sedikit tinggi.
"Jangan mentang-mentang bisa nyari duit sendiri kamu! Terus bisa seenaknya sama suami!" kata Surya seraya keluar dari kamar.
"Mas!" teriak Viona dengan kesalnya.
Wanita itu mulai merasa tertekan dengan hidupnya.
Vio pun terduduk di tepi ranjang. Tangannya mengusap wajahnya kasar.
"Tuhan," lirih Viona seraya tangan mengusap dadanya yang terasa amat nyeri.
****
"Brengsek! Siapa dia bisa pergi dari aku? mentang-mentang bisa nyari duit sendiri, ngeremehin suami!" gerutu Surya seraya keluar dari kamar.
Pria itu segera membuka nasi bungkus yang baru saja dibelinya. Ia makan dengan perasaan kesal, saking kesalnya, pria yang berambut keriting itu melempar nasi bungkus yang tak bersalah itu.
"Aaaaa!" teriak Surya dan suara teriakan Surya itu terdengar sampai ke kamar, Vio tak memperdulikan itu.
"Aku ingin jadi istri yang nurut, sholehah buat kamu, biar bisa masuk surga bersama nanti, tapi gimana mau masuk surga, kalau di dalam rumah yang seharusnya penuh kenyamanan dan kasih sayang antara kita saja enggak ada!" ucap Vio pada dirinya sendiri.
Vio pun bangun, ia bertekad akan pergi dari rumahnya, Vio kembali mengambil tasnya dan keluar dari kamar, ia berjalan melewati Surya yang sedang menatap kosong ke depan.
"Mau kemana kamu?"
"Pergi!"
"Sekali kamu keluar dari rumah ini, kamu enggak akan pernah diterima lagi!"
"Enggak salah? Ini rumah aku! Rumah warisan ibuku!" jawab Vio seraya berbalik badan.
Mendengar ucapan Vio membuat Surya kembali tidak terima, ia selalu merasa direndahkan oleh Vio.
Surya pun bangun dari duduknya, ia mendekati Vio yang masih menatapnya.
"Memang, memang seperti itu, kamu itu enggak pernah menghargai aku, mentang-mentang aku enggak kerja, enggak punya apa-apa, kamu bisa seenaknya rendahin aku gitu?"
"Emang pernah aku benar di mata kamu? Aku baik salah, apa lagi aku salah makin salah di mata kamu!" jawab Vio seraya menunjuk wajah Surya.
"Rumah tangga kita udah enggak bisa diselamatkan, aku menyerah! Aku pilih mundur! Dan kalau kamu enggak mau pergi dari sini biar aku yang pergi!"
Setelah mengatakan itu, Vio benar-benar keluar dari rumahnya sendiri, ia meninggalkan suaminya.
"Sial, kalau dia pergi, gimana sama hidup aku!" batin Surya seraya duduk di sofa ruang tengah.
"Tapi, mana mungkin dia akan melepaskan rumah ini, dia pasti kembali demi rumah ini!" ucap Surya dengan yakinnya.
****
Dan Vio memilih pergi ke tokonya. Ya, Viona memiliki toko juga menjual online barang dagangannya, Vio menjual perlengkapan untuk bayi dan balita
sesampainya di sana, Vio langsung naik ke lantai atas, bahkan ia mengabaikan sapaan karyawannya.
Dan semua karyawannya sudah terbiasa dengan sikap Vio yang seperti itu, sikap yang menandakan kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Vio menjatuhkan dirinya di sofa panjang, rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan itu diabaikannya, ia merasa lelah dan tak memiliki nafsu makan.
Matanya terpejam, ia teringat dengan kejadian semalam.
Tak seperti biasa, Surya menjemputnya ke toko, Vio mengira kalau Surya sudah berusaha merubah sikap arogannya. Tetapi ternyata, Surya menjemputnya karena kalah judi dan menjadikan Vio sebagai gantinya.
"Sakit hatiku, Mas! Untung aku ketemu sama bapak itu, kalau enggak, mungkin aku udah ternoda!"
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen ya 😊.
Dukung karya ini juga dengan vote/giftnya. Terimakasih banyak 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sri Ujji
semoga cepat berakhir penderitaan mu, viona
2023-03-30
1
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Laki laki busuk ... Kamu bisa kok kumpulin bukti kdrt dan kalau sudah terkumpul uang banyak gugat ke pengadilan Cerai
2023-03-29
1
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Vio akan kembali kerumah dengan bantuan Sam Dan Darren lah
2023-03-29
1