Demi menjaga kesehatan dan kewarasannya, Vio mengambil telepon yang berada di meja ruangan tersebut, ia meminta pada salah satu karyawannya untuk membelikan nasi rendang di rumah makan padang yang berada di seberang jalan.
Tidak menunggu lama, nasi padang pun telah datang, Vio melahap habis satu bungkus nasi tersebut.
Setelah kenyang dan merasa sedikit tenang, wanita yang masih acak adul itu segera pergi mandi, ia tidak ingin berlarut memikirkan Surya apa lagi sampai membuatnya stres.
Tetapi, walau sudah berusaha seperti apapun, Viona tetap merasa sedih dan tak semangat menjalani hari.
Senyum di bibirnya saat bekerja hanyalah palsu untuk menutupi kesedihannya, ia merasa kalau tidak perlu semua orang tau tentangnya, tentang apa yang sedang dirasakannya.
Setelah rapih dan cantik dengan make-up yang natural, sekarang Vio sudah duduk di meja kasir.
Ia merasa sedikit tenang karena tidak harus lagi mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk Surya, ia hanya perlu mencuci mobil sampai hutang itu lunas. Vio pun menarik nafas dalam.
Vio juga berpikir untuk mengurus perceraiannya dan ingin secepatnya terlepas dari pria tak berguna itu.
****
Di kantor Sam.
Pria yang sedang fokus bekerja itu kedatangan calon menantu yang selama ini tak berhasil merebut hati anaknya, dia adalah Rosi, teman kuliah Darren yang tergila-gila pada anaknya.
"Om, ayo dong. Jodohin Rosi sama Darren, Rosi cinta sama anak om," kata Rosi yang sedang duduk di kursi depan Sam.
"Om enggak bisa begitu, hati enggak bisa dipaksakan, kalau Darren enggak mau jadi pacar kamu, gimana kalau om saja yang menggantikannya? Om juga enggak kalah tampan sama dia!" kata Sam seraya tetap menatap ke laptopnya, tentu saja, Samantha mengatakan itu hanya untuk meledek Rosi agar berhenti merengek.
Telinganya sakit setiap Rosi datang ke kantor meminta ini dan itu pada dirinya.
Dan sepertinya usahanya berhasil, Rosi akan selalu takut apabila aki-aki yang ada di depannya itu sudah mulai narsis.
"Om enggak asik! Kalau gitu Rosi enggak merestui hubungan om sama mamah!" Setelah mengatakan itu, Rosi pun bangun dari duduknya, ia pergi dari kantor Sam.
"Anak sama emak sama-sama merepotkan!" kata Sam seraya menatap kepergian Rosi.
Dan di luar ruangan Sam, Rosi merasa merinding, ia baru saja membayangkan apabila berkencan dengan lelaki setua Sam.
"Yang gue mau kan anaknya, kok bapaknya yang narsis!" kesal Rosi seraya melanjutkan langkah kakinya.
Sementara itu, Sam tidak akan pernah mau atau berniat menjodohkan Darren, ia ingin Darren mencari sendiri kebahagiaannya.
Bahkan, selama ini Sam begitu membebaskan Darren, ia tidak ingin melarang atau membatasi setiap pergerakan anaknya selama itu di jalan yang benar.
Dan Sam juga tidak melarang kalau Darren selama ini lebih nyaman tinggal bersama neneknya.
****
"Ren, kapan datang?" tanya Sarifah, nenek Darren. Wanita yang rambutnya sudah memutih itu ikut duduk di sofa ruang tengah.
Dan Darren yang sedang bermain game online seraya berbaring itu menjawab tanpa melihat kearah neneknya, "Baru aja, Nek. Darren enggak betah tinggal sama papi, tobatnya bohongan, cuma janji doang!"
Sarifah, ibu dari Samantha pun menyarankan Darren mencarikan jodoh untuk papinya.
"Males, nanti udah dikenalin cuma main-main doang, kan Darren enggak enak sama orangnya."
Sarifah pun hanya bisa menarik nafas dalam, bahkan ia sendiri sudah menyerah untuk anaknya yang seperti tua-tua keladi, semakin tua semakin jadi.
****
Siang ini, Vio mencari pengacara untuk mengurus perceraiannya. Sementara itu, pria yang akan digugat tersebut tidak menyangka kalau Viona benar-benar akan meminta cerai.
pria yang hidupnya tak berguna itu sedang menunggu Vio untuk kembali pulang. "Aku yakin dia pulang! Enggak mungkin enggak pulang, dia kan cinta sama aku, buktinya dia ngajak nikah padahal tau kalau aku ini pengangguran," gumam Surya seraya berbaring di kamar, ia sedang bermain game online.
Tetapi, sampai sore, Surya tidak mendapati istrinya itu pulang, bahkan Surya yang biasa di perlakukan seperti raja itu harus bangun untuk membeli makan sendiri.
Pria yang kusut karena belum mandi dari pagi itu berjalan ke warung kopi, ia memesan mie instan di sana.
Surya yang sedang menyantap mienya mulai risau karena tidak ada tanda-tanda akan kembalinya Vio ke rumah.
"Apa dia beneran? Kan aku juga enggak mempermasalahkan kalau dia udah disentuh sama tuh orang, harusnya dia berterimakasih dong sama aku karena aku udah nerima dia apa adanya!" kata Surya dalam hati.
Selesai dengan makan sorenya, Surya membuka dompet dan ternyata uangnya hanya tersisa tujuh ribu rupiah, Sedangkan Surya harus membayar sebanyak lima belas ribu.
"Bang, kurangnya nanti ya," kata Surya seraya meletakkan uang tersebut di atas etalase. Tanpa menunggu jawaban dari si penjual, Surya pergi begitu saja dari warkop.
Surya yang sedang mengendarai motornya itu berpikir untuk membujuk Viona, berharap kalau Viona akan mau kembali.
Benar saja, Surya membawa motornya ke toko Viona.
"Selamat sore," sapa karyawan Vio saat melihat Surya masuk ke toko.
Surya tak menjawab sapaan tersebut, pria yang mengenakan celana jeans compang-camping itu berjalan menuju ke lantai atas.
Tetapi, Surya tidak menemukan istrinya.
"Kemana dia? Apa jangan-jangan dia pergi kencan sama cowok semalem?" tanyanya pada diri sendiri. Surya yang berkacak pinggang itu pun keluar dari ruangan Viona.
Ia bertanya pada karyawan Vio yang sedang sibuk membungkus paket.
"Kamu, lihat istri saya?"
Yang ditanya pun menggelengkan kepala.
"Jangan bohong kamu!"
"Bener, pak. Kami enggak tau di mana Bu Vio, Bu Vio enggak bilang mau pergi kemana tadi," jawab salah satu karyawan Vio.
"Sial, ke mana dia, pergi sama siapa," gumam Surya yang masih berdiri di tengah ruangan toko Vio.
Surya mengira kalau Vio pergi ke makam ibunya, ia pun mencoba mencari ke makam. Sayangnya, Surya tidak juga menemukan Vio.
Mencari kesana-kemari dan tak menemukannya, Surya pun memutuskan untuk pulang, berharap kalau Vio sudah berada di rumah.
****
Di kantor Sam.
Sore ini, pria itu yang merasa lelah memilih untuk pulang. Tidak seperti biasanya, ia akan berkumpul bersama dengan teman-temannya sampai larut malam.
"Pijit plus-plus enak ini!" kata Sam seraya bangun dari duduknya.
Pria itu mengambil jasnya yang sedari tadi menggantung di sandaran kursi.
Dan benar saja, Sam merogoh saku celananya, pria tampan itu berniat menghubungi tempat pijit langganannya.
Tetapi, tiba-tiba saja jarinya seolah berat untuk digerakkan.
Ia teringat dengan janjinya pada Darren. Darren mengkhawatirkan Sam, ia takut kalau Sam akan sakit apa bila tidak mau berubah menjadi lebih baik.
"Ini semua demi kamu, nak!" kata Sam seraya kembali menyimpan ponselnya.
Dengan santai, Sam berjalan keluar dari ruangan dan berjalan menuju lift.
Sekarang, Sam sudah sampai di parkiran, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Setelah beberapa menit, sekarang Sam sudah sampai di rumahnya.
Ia harus kembali menarik nafas saat melihat Sarah sudah menunggunya di rumah.
"Ngapain?" tanya Sam seraya berjalan meninggalkan Sarah yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Nunggu kamu, kamu udah makan belum?" tanya Sarah seraya berjalan mengikuti Sam.
"Tolong, jangan masak di sini, kasihan bibi harus repot nambah kerjaan!" kata Sam.
"Enggak kok, aku mau ngundang kamu buat makan malam di rumah, mau ya!"
"Astaga, apa gue harus harus bilang kalau gue enggak suka masakannya!" batin Sam.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen setelah membaca ya, guys.
Dukung juga karya ini dengan bintang lima, vote/giftnya, terimakasih ☺.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Jujur aja Sam , Daripada drama suka loh 🤣🤣🤣
2023-03-30
1
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Bagus papa Sam aku setuju cinta ngga bisa dipaksakan .... Kamu terobsesi doang Rosie
2023-03-30
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
Oalah kirain sudah tobat ternyata masih suka pijat plus" to hhhh...efek apa tu sampai Sam kayak gitu
2022-11-22
1