"Gue nyesel ikut lo, di mana ada lo pasti ada keributan, gue ikut susah, gue mau balik!" kata Luky yang ternyata sudah mengemas barangnya.
"Enggak setia kawan lo!" protes Surya seraya menatap Luky yang sudah keluar dari kamar kos.
"Dari pada ikut kena apes!" jawab Luky seraya menutup pintu dan benar-benar pergi meninggalkan Surya.
****
Sam dan keluarganya itu sudah sampai di villa. Darren mengantarkan neneknya ke kamar untuk istirahat.
"Selamat istirahat, Nek!" kata Darren, setelah itu, Darren menutup pintu kamar Sarifah.
"Darren, sikap kamu mengingatkan nenek pada Samantha muda, Sam yang baik dan selalu memikirkan orang lain," kata Sarifah yang sedang duduk di tepi ranjang, menatap pintu yang baru saja tertutup.
"Husna, kemana kamu pergi, lihat suamimu, dia telah berubah karena kehilangan kamu!" kata Sarifah dalam hati.
****
Walau sudah berumur ternyata tidak membuat semangat seorang Sarifah termakan usia, wanita berambut putih itu mengajak anak dan cucunya kuliner di malam hari.
Sam yang sudah menunggu lama membuka pintu kamar Darren, terlihat, Darren sedang melakukan video call bersama Rosi.
"Udah ditunggu, cepat!" kata Sam yang berdiri di pintu.
"Ok," jawab Darren pada Sam.
"Jangan lupa oleh-oleh buat gue!" kata Rosi.
Dan Darren menjawab, "Kalau ingat!"
Setelah itu, Darren pun menyudahi video call tersebut.
Di Jakarta, Rosi merasa penasaran dengan wanita yang baru saja Darren ceritakan.
"Siapa, ya? Secantik apa sih dia sampai bisa bikin Darren meliriknya!"
Rosi pun mulai mengacak rambutnya, ia takut Darren akan jatuh ke pelukan wanita tersebut.
"Aaaaaa!" Rosi berteriak, pasalnya, selama ia mengenal Darren tidak pernah sekalipun Darren menceritakan perihal wanita.
"Ros! Kamu kenapa?" tanya Sarah yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
Rosi tak menjawab, gadis cantik itu menelusupkan kepalanya ke bawah bantal. Hatinya sakit saat Darren menceritakan wanita lain.
****
Di Vila, Darren yang menghampiri keluarganya itu menangkap kunci mobil yang melayang ke arahnya, Sam yang melemparkannya, menyuruh Darren yang mengemudikan mobil tersebut.
Bukan membawa ke restoran mahal, Darren membawa Sam dan Sarifah ke kedai kecil.
"Yakin makan di sini?" tanya Sam pada Darren.
"Yakin," jawab Darren.
Setelah itu, semua orang turun dan mulai mencari tempat duduk.
Sarifah memesankan makanan khas Bali yang tersedia di kedai tersebut untuk semua orang.
"Pih, papih kenal cewek itu dimana?" tanya Darren di sela-sela menunggu pesanannya datang.
"Siapa? Cewek yang mana? Papih kenal banyak cewek," jawab Sam seraya memainkan ponselnya.
"Yang langganan cuci mobil papih," jawab Darren seraya menatap Sam.
"Oh, Vio."
Mendengar itu, Sarifah menepuk tangan Sam membuat ponsel yang sedang dipegangnya itu terjatuh ke meja.
"Dih, Bu. Main tabok aja!" protes Sam.
"Alasan apa kamu nyuruh Vio mencuci mobil?"
"Dia kerja sama Sam, buat lunasin hutangnya, Ibu kenal di mana? Jangan terlalu belain dia, kita enggak kenal dekat, kalau dia ternyata penipu seperti suaminya gimana?" kata Sam seraya menatap Sarifah juga Darren bergantian.
Tidak lama kemudian pesanan pun datang dan obrolan tidak berhenti sampai di situ, Sarifah tetap membela Vio.
Baginya, Vio adalah wanita kuat, bekerja keras untuk hidupnya.
"Dari mana nenek tau?" tanya Darren seraya melahap ayam betutunya.
"Nenek penggemar beratnya, suka lihat dia live di sosial media," jawab Sarifah seraya menatap Darren.
"Pantes belain terus!" gumam Sam yang sama juga sedang menikmati makan malamnya.
Selesai dengan makan, Sam yang berniat membayar itu ternyata melupakan dompetnya.
"Sebentar, papi ambil dompet dulu di mobil," kata Sam seraya bangun dari duduk.
Sam berjalan ke arah mobilnya parkir dan saat itu juga Sam tertabrak oleh seorang pemuda yang sedang di kejar oleh seorang wanita.
"Copet!" teriak wanita itu seraya menunjuk si pemuda yang menabrak Sam.
Bukannya membantu wanita itu untuk menangkap si copet, justru Sam terdiam saat melihat siapa yang sekarang ada di depan matanya.
Di adalah Medina, adik dari Husna.
"Dina," ucap Sam.
"Mas Sam." Dina pun berbalik badan, ia seolah melupakan dompetnya yang baru saja berpindah tangan.
"Mau kemana kamu? Ada yang ingin ku tanya kan!"
Ya, walau Sam tidak ingin mengingat Husna lagi, tetapi ada rasa penasaran di hatinya, ia ingin mengetahui jawaban dari setiap pertanyaannya.
"Kita sudah tidak ada urusan," jawab Dina, wanita berusia 30 tahun itu tidak ingin menjelaskan apapun terkait dari pertanyaan Sam.
"Di mana Husna?" tanya Sam yang tak mengindahkan ucapan Medina.
"Ku harus jawab apa, mbak?" tanya Dina dalam hati. Wanita itu masih membelakangi Sam.
"Mba Husna pesan, kalau Mas Sam tidak perlu mencarinya lagi, karena percuma saja," jawab Medina seraya berbalik badan.
Wanita yang berpenampilan serba panjang dengan jilbabnya itu menjawab dengan sedihnya.
"Apa dia sekarang sudah bahagia dengan rumah tangga barunya?"
"Mas, kamu enggak tau apa-apa, tolong jangan berbicara jelek tentang Mbak Husna!" ucap Medina mengingatkan Sam.
Setelah itu, Medina pergi meninggalkan Sam yang masih menatapnya.
apa yang Medina ucapkan membuat Sam semakin penasaran.
Diam-diam, Sam yang ternyata masih ingin mengetahui di mana Husna itu mengikuti Medina.
****
"Di mana papi kamu?" tanya Sarifah pada Darren, keduanya sudah terlalu lama menunggu Sam.
"Jangan-jangan papi nyangkut sama cewek!" kata Darren.
Akhirnya, Darren yang membayar semua tagihan makan malam tersebut.
Setelah itu, Darren dan Sarifah kembali ke parkiran, keduanya melihat mobil sewaannya masih ada.
"Sudah, enggak usah urusin papi kamu yang enggak jelas, nenek mau naik andong saja!" ujar Sarifah dan Darren yang memang berniat menemani Sarifah jalan-jalan itu pun menurutinya.
****
Malam ini, Surya yang terpaksa harus kembali kota Jakarta itu baru saja mendapatkan tempat tinggal baru, ia berniat mencari makan malam, Surya yang akan menyebrang jalan itu sudah melihat kanan dan kirinya.
Merasa aman, tidak ada kendaraan dan Surya pun menyebrang, entah datang dari mana tiba-tiba saja Surya hampir tertabrak motor yang melaju kencang.
Jantungnya seolah berhenti berdetak, tenggorokannya terasa kelu dan badannya gemetar, hampir saja dirinya kehilangan nyawa.
Apakah ini karena sumpah serapah dari Vio?
Tanpa sadar, ternyata Surya mengompol. Surya pun memutuskan untuk kembali ke kos.
Setelah bersih-bersih, akhirnya Surya memilih memesan makanan online. Seraya menunggu, Surya yang ingin membeli kendaraan baru itu mencari referensi melalui ponselnya.
Dan pilihannya itu jatuh pada motor besar berwarna putih.
Sementara Surya sedang bersenang-senang, di Bali ada Vio yang kembali bersedih setelah kembali bertemu dengan Surya.
Merasa usahanya untuk menghibur Vio itu sia-sia, Adiba hanya bisa menarik nafas.
"Vi.Udsh dong jangan sedih terus. Kan kita niatnya mau senang-senang. Lupain Surya, yah!" ucap Adiba yang sedang berbaring di ranjang sementara Vio sedang menatap layar ponselnya.
Membuka sosial medianya.
Vio membaca komentar para pengikutnya dan tak sengaja melihat akun dengan foto profil Sarifah.
Tertulis kalau nenek itu menunggu Vio live lagi dan komentar terbarunya itu menyemangati Vio.
Vio pun merasa terharu karena banyak yang perduli padanya.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen ya, all. Semoga cerita receh ini dapat menghibur kaka pembaca semua ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Feeling ku mengatakan kalo Husna itu udah gak ada(meninggal)
2024-05-13
1
@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠
apa husna sakit ya trus gk ngomong sma sam biar gk jdi beban.. 🤔
2022-11-30
1
⸙ᵍᵏTITIAN
jangan2 husna sakit parah atau udah meninggal ya🤔
2022-11-26
2