Vio berpikir, apakah harus mengambil pinjaman ke bank, tetapi tidak ada yang bisa dijadikan jaminan.
Demi rumah itu, Vio menyanggupi. Ia meminta waktu untuk mencari uangnya lebih dulu.
Dalam hati, ia bingung akan mencari kemana, sempat terlintas nama Sam di kepalanya.
Tetapi, Vio tidak yakin kalau Sam akan meminjamkan uang. Vio juga berpikir, akan berapa lama ia mencuci mobil Sam apa bila hutangnya bertambah. Baru beberapa hari saja sudah masuk angin, lalu bagaimana dengan puluhan tahun?
****
Sekarang, Vio sudah berada di toko, ia juga baru ingat kalau tokonya sudah jatuh tempo. Ia harus membayar sewanya.
Vio mengecek saldo di rekening dan itu sudah lebih dari cukup.
Vio berpikir kalau uang sewa ruko itu akan ia gunakan lebih dulu untuk membayar rumahnya, tetapi, uang sewa itu masih kurang jauh, sangat jauh.
"Setan kamu, Mas!" kata Vio dalam hati.
Sementara itu, Sam yang sudah beberapa hari tak melihat Vio menyusul Vio ke rumahnya.
Yang ia dapati adalah penghuni baru. Membuat Sam mengira kalau Vio melarikan diri.
"Sial, kecil-kecil ternyata rubah!" ucap Sam seraya kembali masuk ke mobil.
Ia melanjutkan perjalanannya dan tak sengaja melihat Adiba yang baru saja pulang bekerja, terlihat Adiba sedang membuka pagar rumahnya.
Sam menepikan mobilnya lalu turun menghampiri Adiba.
"Selamat sore si cantik Adiba," sapa Sam dari belakang.
Adiba sangat mengenal suara itu dan segera berbalik badan. Masih dengan seragamnya yang ternyata Adiba bekerja di salah satu bank swasta, Adiba membalas sapaan itu.
"Sore, Om... ganteng," jawab Adiba dengan suara lirih diujung kalimatnya.
Sam memberikan senyum lalu langsung bertanya pada Adiba mengenai Vio.
"Kamu tau di mana teman kamu? Sudah beberapa hari dia enggak datang ke rumah."
"Ke rumah siapa?" tanya Adiba yang tak tau maksud Sam. Tersadar kalau keduanya masih berdiri di luar pagar dan itu membuat banyak orang yang melihat dan penasaran Adiba pun mengajak Sam untuk berbicara di dalam.
Banyak yang bertanya-tanya, siapa Sam dan untuk apa ke rumah Adiba, pertanyaan itu wajar bagi sebagian orang karena selama ini Adiba tidak pernah membawa teman prianya ke rumah.
Sam tidak menolak dan di rumah Sam mendapatkan pertanyaan dari Ibunya Adiba. "Kamu siapa? Kenal dimana? Dan ada perlu apa?"
Sam merasa kalau dirinya sedang apel di rumah pacarnya padahal hubungan di keduanya hanya teman.
"Bu, Om ini teman Diba sama Vio," kata Adiba, setelah itu, Adiba mempersilahkan Sam untuk duduk.
Ibu Adiba pun menganggukkan kepala lalu kembali ke belakang, ia mengambilkan minuman untuk tamu anaknya.
"Terimakasih, Tan... eh, Kakak," kata Sam. Hampir saja Sam memanggil Ibu Adiba itu tante, padahal, umur keduanya sepertinya tidak jauh.
Ibu Adiba membalas dengan senyum lalu pergi meninggalkan Adiba dan Sam.
****
"Vio udah enggak tinggal di rumah itu lagi, Om," kata Adiba. Wanita berambut pendek sebahu itu mulai menjelaskan.
"Kabur kemana dia?" tanya Sam seraya menatap Adiba.
"Enggak kabur, kok. Kan masih ada di sini, nanti Diba kasih alamatnya, tapi om jangan marahin dia, ya. Kasian Vio, di lagi ada masalah," kata Adiba. Setelah itu Adiba mempersilahkan Sam untuk meminum teh hangatnya.
Sam meminum teh hangat tersebut dan tanpa Sam pinta menjelaskan masalah apa yang sedang menimpa Vio, Adiba sudah menjelaskannya sendiri.
"Vio ditalak sama suaminya lewat chat, udah gitu suaminya kabur setelah menjual rumah, apes Vio dapat suami modelan kaya gitu!"
Hampir saja Sam tersedak saat mendengarnya.
"Pelan-pelan, Om," kata Adiba.
Sam menganggukkan kepala.
"Suaminya itu yang kribo, kan? Jelek itu?" tanya Sam seraya meletakkan cangkir ke meja.
"Om pernah lihat suaminya?"
Sam menganggukkan kepala.
"Sebenernya sih Surya enggak jelek-jelek amat, tapi kelakuannya yang Fir'aun," kata Adiba.
"Hhmmm." Sam menarik nafas, baginya, dirinyalah yang tampan yang lain jelek.
Tak berlama-lama, Sam meminta alamat Vio yang baru pada Adiba.
"Tapi, Diba takut Vio ngambek, Diba tanya Vio dulu, ya!" kata Adiba seraya meraih tas yang ada di sampingnya, Diba mengambil ponselnya.
"Jangan, biar kejutan aja! Om yakin Vio enggak akan marah! Kalau marah biar Om yang tanggung jawab!"
"Bener?" tanya Adiba seraya menatap Sam.
"Ada hubungan apa diantara mereka, ya?" tanya Adiba dalam hati.
"Malah bengong!" kata Sam seraya melambaikan tangan di depan wajah Adiba.
"Ah... iya, Diba lupa!"
Setelah itu, Adiba memberikan alamat Vio pada Sam.
"Ok, makasih banyak!" kata Sam, setelah itu, Sam pamit pada Adiba dan ibunya yang sedang duduk di ruang tengah seraya menonton televisi.
Adiba mengantar Sam sampai ke pintu.
Baru saja Sam pergi, ibunya sudah bertanya banyak hal pada Adiba.
"Siapa? Kayanya bukan orang biasa!"
Ibu Adiba ikut memperhatikan mobil Sam sampai tak terlihat.
"Teman Diba sama Vio, entah Vio kenal di mana sama om itu, tapi orangnya baik kok, bu."
Setelah itu, Adiba meninggalkan ibunya yang masih berdiri di pintu, Adiba merasa gerah dan ingin segera bertemu dengan air.
****
Di perjalanan, Sam memikirkan Vio, ia merasa kasihan padanya.
"Lah, ngapain juga gue mesti kasihan, sodara bukan, pacar apalagi," gumam Sam.
Setelah hampir beberapa menit, sekarang, Sam sudah sampai di rumahnya.
Pria itu di sambut oleh Sarah yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Sore, Mas."
"Sore," jawab Sam.
"Kamu enggak ada kerjaan apa? Jam segini udah dimari aja!" protes Sam.
"Loh, seharusnya kamu senang dong, Mas. Pulang kerja ada yang menyambut, ini minumnya," kata Sarah seraya mempersilahkan Sam untuk duduk.
"Kalau disambut sama istri, baru gue seneng, lah lu siapa? Kaya kurang kerjaan aja, heran gue!" kata Sam.
"Makanya, cepetan bawa aku ke KUA dong, biar cepet jadi istri kamu, Mas!" kata Sarah yang terus mengikuti Sam dari belakang.
Bahkan sampai mengikuti Sam menaiki tangga.
"Astaga, dengar ya Sarah! Kalau aku mau nikah lagi pasti lihat-lihat orangnya!" kata Sam seraya berhenti dan Sarah hampir menabrak Sam.
Mendengar itu, Sarah mulai memperhatikan penampilannya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Menurutnya, penampilannya sudah oke.
Mengenakan dress ketat sehingga lekuk tubuhnya itu terlihat jelas, berharap Sam akan meliriknya, tetapi tidak dengan kenyataannya.
Sam adalah tipe pemilih untuk menjadikan seorang wanita sebagai pasangannya dan Sarah bukanlah tipenya.
****
Semakin hari, Vio semakin kurus, wajahnya pucat bahkan Vio sangat malas untuk menggunakan make-up.
Dirinya ingin masalah dalam hidupnya itu selesai segera supaya tidak menjadi beban pikirannya.
Lalu, Vio berpikir, apakah dirinya harus ikhlas atas apa yang sudah terjadi dan Vio yakin kalau Surya akan mendapatkan karmanya.
Tetapi, untuk mengikhlaskan rumah yang penuh kenangannya bersama almarhumah ibunya itu sangatlah berat, di rumah itu Vio dibesarkan penuh kasih sayang oleh ibu dan ayahnya.
Vio menjatuhkan kepalanya di meja kasir, terasa sangat berat beban hidup dan pikiran yang sedang dideritanya.
Tiada tempat untuk berbagi.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen ya ☺. Difavoritkan juga ⭐⭐⭐⭐⭐... 😁😁
Sampai jumpa di episode selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Smoga Sam mau membantu dirimu
2023-04-02
0
⸙ᵍᵏTITIAN
sabar vio pepata bilang orang sabar itu pasti kesel
2022-11-24
0
@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠
yang sabar ya vio..
2022-11-23
1