Perkelahian antara Surya dan anak buah lawan judinya itu masih berlangsung.
luky berhasil melarikan diri bersama kopernya sedangkan Surya yang berhasil melumpuhkan anak buah lawannya itu harus melawan si ketua.
Surya yang memasang kuda-kuda itu menjentikkan jarinya, menantang si ketua untuk maju melawannya.
"Udah kalah enggak mau terima! Cemen lo!" ejek Surya.
"Halah, banyak bacot lu!" jawab si ketua yang kemudian melemparkan kursi kayu pada Surya dan Surya menghindari itu.
Dan dengan cepat si ketua itu menendang dada Surya saat Surya sedang lengah.
"Uhuk!" Surya terbatuk saat merasakan dadanya tersentak dan Surya dengan gesitnya menahan tinju dari si ketua.
Surya membalas dengan memelintir tangan ketua lalu menendang bokong si ketua sampai pria kekar itu tersungkur.
Surya mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Setelah keluar dari tempat judi tersebut, Surya langsung main ke motor seseorang yang sedang parkir di tepi jalan.
"Jalan, nanti gue bayar lo!"
"Gue lagi telepon pacar, ganggu aja!"
"Mau duit kagak buat pacar lo!"
Dan dari sambungan telepon si pria bermotor itu terdengar kalau pacarnya menyuruh untuk mengantarkan Surya karena mendengar ada bayaran.
Dan Surya meminta cepat pada si pemuda itu karena anak buah si ketua sudah kembali mengejarnya.
"Itu dia!" kata anak buah si ketua seraya mengusap dadanya yang masih terasa sakit.
Si pemuda pun segera menancap gas dan singkat cerita berhasil membawa Surya melarikan diri, Surya kembali ke kosnya dan di sana sudah ada Luky yang sedang menunggu.
"Gila, gue enggak mau ikut lagi! Hampir mati gue gara-gara ikut lo judi!"
"Liat dulu uangnya!" kata Surya seraya menarik koper yang ada di ranjang. Setelah melihat uang yang banyak, mata keduanya berubah menjadi hijau.
"Nanti malam kita bisa senang-senang!" kata Luky dan Surya mengiyakan, Surya mencium uang itu dan membayangkan ada dua wanita yang menemaninya di sisi kanan dan kiri. Untuk saat ini, boleh saja Surya mandi uang, tetapi, kekayaan yang didapat dengan cara yang tidak halal itu pasti akan segera hilang.
****
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan menegangkan, sekarang, Vio dan Adiba sudah sampai di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, keduanya segera memesan taksi dan menuju ke hotel yang sudah Adiba pesan sebelumnya.
Sebelum jalan-jalan, Adiba dan Vio memutuskan untuk istirahat lebih dulu.
"Liat deh, kita main di pantai seru kali, ya!" ajak Adiba.
"Boleh," jawab Vio seraya menjatuhkan dirinya ke ranjang empuk.
Matanya terpejam dan masih teringat dengan Surya.
"Kira-kira dia di mana ya, Ba?" tanya Vio.
"Dia siapa?"
"Mas Surya, seengaknya kalau ketemu aku pengen ninju dia! Tangan aku udah gatel banget, Ba!" kata Vio.
"Entah, coba aja lacak, sewa detektif!" saran Adiba yang sedang sibuk menyiapkan kameranya.
"Sayang duitnya!" jawab Vio masih dengan posisi sama, Vio sangat menikmati posisi itu sampai tidak sadar kalau Adiba memotretnya.
****
Di salon, Rosi sedang duduk memperhatikan Sarah yang sedang mengajari karyawan barunya.
Sesekali, Sarah melirik pada Rosi yang terlihat tidak memiliki semangat.
"Tumben kamu loyo? Kenapa?" tanya Sarah dengan kembali fokus ke pekerjaannya.
"Bete, Darren liburan tapi enggak ngajak!" jawab Rosi dengan lemasnya.
"Kenapa kamu enggak ikut? Biasanya nempel terus kaya perangko!"
"Darren pergi sama keluarganya, mamah sendiri kenapa sekarang enggak ngejar Om Sam lagi?"
"Capek, di cuekin terus! Hati mamah lama-lama bisa merasakan sakit!"
Ibu dan anak itu saling bercerita dan ternyata nasibnya sama, berbeda dengan ibunya yang memang terang-terangan mengatakan cinta, Rosi lebih memilih mencari aman dan akan menunggu Darren menyadari kalau ada Rosi yang selama ini mencinta.
"Lebih baik kamu ungkapin sama dia, dari pada udah nunggu lama eh taunya dia naksir yang lain, kan kasian kamu!"
"Menurut mamah gitu, ya?"
"Iya lah, kalau di tolak bisa belok kanan atau kiri, kan! Cari yang lain!"
"Ikh, mamah. Doanya jelek banget, Rosi cuma mau Darren, mah!"
"Jangan merengek! Kalau bisa beli di toko udah mama belikan!"
Rosi pun terdiam, memang benar apa ucapan mamahnya, seandainya cinta Darren dapat dibeli, sudah pasti Sarah akan membelinya untuk anak semata wayangnya.
****
Tak terasa, hari sudah sore, Viona dan Adiba sudah siap untuk berkeliling kota.
Janda dan gadis itu keluar dari kamar hotel dan segera turun ke lantai bawah.
Adiba dan Vio pergi berkeliling kota dengan menggunakan andong/dokar.
"Ya elah, kalau naik kaya ginian sih di Jakarta juga banyak kalau sore!" batin Vio seraya memperhatikan jalan sekitar.
Tak sengaja, dari kejauhan, Vio melihat pria berambut keriting sedang berjalan kaki di trotoar, Vio mengira kalau dirinya seperti melihat Surya karena tidak berhenti memikirkan pria itu.
Tetapi, setelah semakin dekat dan dokar itu melewati Surya, ternyata itu adalah benar Surya.
Vio pun meminta pada kusir itu untuk berhenti.
"Ada apa, Vi?" tanya Adiba seraya menatap Vio.
Tak menjawab, Vio segera turun dan Adiba yang menyusul Vio itu tertahan karena harus membayar dokar tersebut lebih dulu.
Vio berjalan dengan cepat seraya mengikat rambutnya yang terurai, tangannya sudah menyiapkan tinju untuk Surya.
Dan Surya yang sedang berjalan kaki bersama Luky itu menghentikan langkah saat melihat Vio ada di depan matanya.
Surya melihat tatapan penuh kebencian dari Vio yang berjalan cepat ke arahnya.
"Kita putar balik!" kata Surya mengajak Luky menghindari Vio.
"Kenapa dia di sini, sih?" tanyanya pada diri sendiri.
"Mana gue tau!" jawab Luky yang setia menemani Surya.
"Gue enggak nanya sama lo!" ketus Surya.
Dan Surya menghentikan langkah kakinya saat bahunya ada yang menahan.
Surya berbalik badan dan seketika Surya mendapatkan tinju dari Vio.
Bugh! Vio meninju dengan kekuatan supernya sampai tangannya sendiri merasakan sakit.
"Apaan sih, main pukul aja!" protes Surya seraya mengusap ujung bibirnya.
Dan Vio yang sudah menangis itu kembali meninju Surya. Bagaimana tidak menangis, melihat Surya membuat Vio teringat semua perilaku buruknya.
"Kembalikan rumah ibuku!" ucap Vio seraya mencengkeram merah kaos Surya.
Ya, itulah Vio, tipe wanita yang mampu melawan walau diiringi dengan air mata.
Dan Surya yang merasa dipermalukan oleh Vio itu mencengkeram mulutnya.
"Berani kamu sama aku, hah!" bentak Surya seraya mendorong Vio.
Vio yang sangat kesal dengan Surya itu menendang burung Surya menggunakan lututnya dan itu membuat para penonton ikut merasa ngilu saat melihat adegan live tersebut.
"Uuuuuuhhk!" desis Luky dan orang-orang yang sedang berkerumun.
"Hajar, Vio! Jangan kasih ampun!" sorak Adiba memberikan semangat.
Dan kali ini, Surya menarik rambut Vio, ia ingin memberikan pelajaran.
"Jangan ikut campur! Ini urusan rumah tangga!" kata Surya pada Luky dan Adiba yang menghalangi jalan Surya dan Vio.
Vio menggunakan kesempatan itu untuk menggigit lengan Surya sampai berdarah.
"Setan!" teriak Surya seraya melepaskan tangannya dari rambut Vio.
Surya yang kesakitan itu sudah tidak dapat bersabar lagi, pria keriting berkulit sawo matang itu mengangkat tangan untuk menampar mantan istrinya.
Dan sebelum tangan itu mendarat di pipi mulus Vio, Sam yang ternyata berada di tempat yang sama itu menahan tangan Surya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Ringan tangan banget SUrya ... Bagus Sam hajar aja duel laki Sam laki kan
2023-04-02
0
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Kalau berjodoh ngga akan kemana kok tenang aja
2023-04-02
0
@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠
tinju, jotos, tendang sampek guling²..😑
2022-11-30
1