Aki-Aki Jutek

"Terserah kalau kamu enggak percaya!" kata Sam dan Darren pun tetap berlalu.

Sam melangkahkan kakinya ke belakang, memanggil bibi untuk mengurus gadis yang baru saja dibawa pulang olehnya.

Merasa lelah, Sam pun segera ke kamar, pria yang masih rapih mengenakan kemeja hitam dipadukan dengan celana krem itu langsung menjatuhkan diri di ranjang empuknya.

Tak membutuhkan waktu lama, Sam pun segera terlelap dalam tidurnya.

****

Di ruang tengah.

"Jahat kamu, Mas," lirih gadis yang terbaring di sofa, kini penampilannya sudah tidak lagi seksi, bibi menggantikan pakaian basahnya menggunakan dasternya.

"Siapa yang jahat?" batin bibi seraya mengompresnya.

"Apa dia dicampakkan sama tuan? Buktinya, dia enggak dibawa ke kamar." Bibi masih membatin.

"Salah enggak ya, ku pakaikan dia daster? Ah... kalau dia pacar tuan enggak mungkin ditaruh di sofa gini, pasti dibawa ke kamar atau kamar tamu," ucap bibi dalam hati, ia terus mengompresnya.

Keesokan harinya, bibi yang tertidur di lantai dengan kepala yang disandarkannya ke sofa itu bangun sebelum subuh datang.

Kebetulan, demam dari gadis yang masih tertidur itu sudah turun dan bibi pun meninggalkannya untuk mulai melakukan tugasnya.

Tidak lama kemudian, gadis yang belum diketahui namanya itu membuka mata, ia terkejut saat mendapati dirinya sudah berganti pakaian. Pikirannya pun menjadi kesana-kemari, ia mengira kalau dirinya sudah dinodai oleh pria yang semalam membawanya.

"Aku enggak akan memaafkan kalian!" batinnya, mulutnya mengerucut, hatinya menyimpan kebencian pada seseorang yang telah menjualnya.

gadis berambut lurus panjang sebahu itu bangun dan mulai melangkahkan kakinya, belum juga meninggalkan ruang tengah, ia harus menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara pria yang semalam menukarnya dengan cek.

"Mau kemana lu?" tanya Sam dengan datar, Sam memperhatikannya dari lantai atas.

"Sudah impas! Bapak sudah menyentuh saya berarti saya boleh keluar dari rumah ini!" jawab si gadis seraya menatap Sam, matanya berkaca, ia mengira kalau dirinya sudah ternoda.

"Pede banget lu! Apa jangan-jangan lu ngarep gue sentuh? Sori... gue udah tobat!" jawab Sam seraya berjalan menuruni tangga, tangannya berada di saku celananya.

Sesampainya di lantai bawah, Sam memperhatikan gadis tersebut dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, ia terkekeh melihat penampilan gadis itu yang mengenakan daster berukuran besar.

"Kenapa? Apa yang lucu?" tanya gadis itu seraya menyilangkan tangannya di dada, ia menyadari kalau dirinya tidak mengenakan bra dan ia melihat kalau mata Sam sempat melirik ke arah dadanya.

"Lepek banget gitu enggak ada rasa!" ejek Sam dengan santainya.

"Dasar pria gampangan! Genit! Mesum!"

"Terserah mau bilang apa! Sekarang lu harus jadi asisten gue sampai utang lu lunas!"

"Utang? Kapan saya utang sama bapak? Bukannya itu kemauan bapak sendiri yang ngasih cek sama bandot itu!"

"Astaga, ternyata gadis ini seperti rubah! Siapa namamu? Biar enak gue manggil lu!" tanya Sam yang masih berdiri di depan gadis tersebut.

"Enggak penting siapa nama saya yang penting saya mau pulang, terimakasih bapak udah mau ngasih cek sama bandot itu!" jawabnya seraya melangkahkan kakinya.

Namun, langkahnya terhenti saat Sam menahan lengannya.

"Jangan-jangan lu sama bandot itu sekongkol buat dapetin cek? Setelah dapat lu mau pergi gitu aja! Lu lupa semalam bilang mau bayar sampai lunas dengan cara mencicil? Dasar bocah, labil banget!" kata Sam seraya mengencangkan tangannya dan itu membuatnya kesakitan.

"Aduh, sakit. Lepas!"

"Siapa nama lu?" tanya Sam sekali lagi.

"Vio! Panggil aja Vio! Tolong ini lepas, sakit!"

Tak mendengarkan pintanya, justru Sam menyeret Vio ke garasi mobilnya. Sam menyuruh Vio untuk mencuci mobilnya yang semalam kehujanan.

"Pak, serius? Ini masih gelap loh, suara orang tadarus di masjid aja masih kedengeran, masa saya disuruh nyuci mobil!" protes Vio seraya mengibaskan tangannya dari cekalan Sam.

"Serius lah!" jawab Sam seraya mengambilkan peralatan mencuci mobilnya yang ada di dekat kran air di garasi tersebut.

"Cuci yang bersih, jangan sampai lecet! Lecet utang lu tambah banyak!" kata Sam seraya berkacak pinggang.

Vio pun mengerucutkan bibirnya dan Vio pun kembali bertanya pada Sam.

"Beneran bapak enggak sampai ngapa-ngapain saya? Kan saya rugi kalau ternyata semalam bapak apa-apakan saya, rugi di pakai iya, nyuci mobil juga iya!"

"Gue tau... lu bukan gadis ya? Makanya lu enggak tau udah di pakai apa belum?"

"Emang bukan gadis, kenapa? Masalah?"

"Aneh, jaman sekarang kok bangga banget buka aib sendiri!" ucap Sam seraya menggelengkan kepala. Tangannya berada di pinggang.

"Kenapa aib, ini pasti si bapak yang mikirnya kejauhan! Helo... pak. Saya udah menikah, apa menikah itu aib?" tanya Vio seraya menatap Sam dengan wajah mengejek.

"Halah, enggak penting! Sekarang lu cepet cuci mobil gue! Lu kerja sama gue sampai semua utang lu lunas!" kata Sam seraya pergi meninggalkan Vio.

Mau tak mau Vio pun akhirnya menuruti perintah Sam. Dengan perut yang keroncongan, Vio mencuci mobil itu sampai mengkilap.

Setelah selesai mencuci, Vio pun dikagetkan oleh suara pria muda yang tak lain adalah Darren.

"Mau-maunya lo nyuci mobil bokap gue! Gue ingetin ya, jangan terlalu cinta sama aki-aki itu, banyak ceweknya!" ucap Darren seraya masuk ke mobilnya sendiri yang terparkir di samping mobil Sam.

Vio hanya mendengarkan dan memperhatikan Darren yang mulai memarkirkan mobilnya.

"Anak sama bapak sama aja! Sukanya salah paham!" ucap Vio seraya membereskan peralatan mencuci mobilnya.

"Akhirnya, kelar juga!" kata Vio yang berkacak pinggang di depan mobil itu dan ternyata di belakangnya sudah ada Sam yang siap untuk bekerja.

"Pinter juga lu nyuci mobil!" kata Sam seraya berjalan melewati Vio.

Sam pun segera masuk ke mobil dan Vio segera mengikuti Sam. Ia duduk di sampingnya seraya menyilangkan tangan di dada, Vio melakukan itu karena Sam kembali melirik ke arah dadanya lagi.

"Ngapain?" tanya Sam tanpa melihat Vio.

"Begini, Pak. Saya boleh menawar" tanya Vio seraya menatap Sam.

"Apa?"

"Astaga, ketus banget nih bapak-bapak!" batin Vio.

"Begini, ijinkan saya pulang, nanti setiap hari saya cuci kan mobil bapak, sampai hutang saya lunas, saya terima kalau seumur hidup saya harus mencuci mobil bapak, tapi tolong ijinkan saya pulang ya, pak." Vio memohon pada Sam dan apakah Sam akan menurutinya.

"Ada jaminan enggak kalau lu enggak akan kabur?"

"Astaga... Pak. Saya bukan pembohong, saya itu miskin enggak punya surat tanah buat dijadikan jaminan, pak."

"Kalau gitu gue enggak percaya! Cepat turun terus tanya sama bibi soal kerjaan selanjutnya, sana!" kata Sam seraya menatap datar Vio yang sedang memelas.

"Janji kalau saya bohong berani di sambar petir!" kata Vio seraya mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf v.

Bersambung.

Apakah Sam akan menerima tawar menawar dari Vio ini?

Jangan lupa like setelah membaca, ya. Dikomen juga 🤗.

Terimakasih yang sudah mendukung author dan karya ini.

Terpopuler

Comments

𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀

𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀

deren dendam kyknya sama bapaknya,

2023-04-04

2

Sri Ujji

Sri Ujji

kayak nya untuk saat ini Sam ga akan ngikut'n mau nya Viona..

2023-03-29

1

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐

Yampun Vio Lucu banget ....

2023-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!