Patah Hati

Vio yang berbaring itu merubah posisinya menjadi duduk.

"Kamu enggak pernah patah hati, mana tau rasanya, jadi bisa ngomong gitu," jawab Vio masih dengan menatap layar ponselnya.

"Kata siapa, aku juga pernah patah hati, dulu banget tapi," jawab Adiba yang sedang merasa bosan. Bosan karena merasa hanya pindah tempat tidur saja.

"Ya ampun, Vi. Jauh-jauh dari Jakarta, sampai sini kok cuma tiduran aja!" protes Adiba dan Vio yang merasa lapar pun bangun, ia mengambil jaketnya lalu keluar dari kamar.

"Mau kemana?" tanya Adiba seraya memperhatikan Vio.

"Katanya bosen, ya udah ayo jalan," kata Vio yang kemudian berjalan lebih dulu.

Adiba pun menyusul, keduanya berjalan kaki menikmati keindahan Bali di malam hari.

Mengikuti langkah kaki yang membawa mereka ke tepi pantai.

Di sana, Vio melihat pria yang tak asing lagi, pria itu adalah Sam yang sedang duduk di pantai, menatap laut di temani dengan sebotol minuman.

Vio dan Adiba pun menghampiri.

Keduanya duduk di samping Sam. Sam melihat kearah kirinya. Terlihat Vio ikut menatap laut.

"Lu kalau ada masalah memilih untuk bercerita atau dipendam?" tanya Sam yang kemudian kembali menatap laut.

"Cerita," jawab Vio tanpa melihat Sam.

"Dengan bercerita, setidaknya dapat mengurangi sedikit beban," lanjut Vio.

"Tapi... kenapa dia enggak pernah cerita apapun sama gue? Apa gue enggak bisa mengurangi sedikit bebannya?"

Adiba yang duduk di sebelah Vio ikut melihat ke arah Sam. Keduanya tidak tau apa yang sedang Sam bicarakan.

Vio dan Adiba hanya mendengarkan.

Sam yang terlihat sangat sedih itu bangun dari duduknya, membawa botol minumannya lalu melemparnya jauh seraya berteriak.

"Kenapa gue bodoh! Kenapa gue enggak coba buat cari dia!" teriak Sam yang terus meracau.

Sam berjalan meninggalkan Vio dan Adiba dan Sam yang sudah mabuk itu sempoyongan, tidak lama kemudian Sam pun terjatuh.

Vio dan Adiba saling menatap, lalu keduanya bangun dari duduk, berjalan menghampiri Sam yang sudah tergeletak di atas pasir.

Vio dan Adiba berjongkok di sisi kanan dan kiri Sam.

"Gimana, kita tinggal aja?" tanya Vio pada Adiba.

Adiba yang merasa tidak tega pada Sam itu mengusulkan untuk menghubungi keluarganya.

"Gimana caranya, kenal juga enggak, nomer HP juga enggak ada," jawab Vio seraya menatap Adiba, lalu, Vio teringat dengan akun Sarifah.

Vio pun mengeluarkan ponselnya dari saku celana untuk mengirim pesan pada akun tersebut.

Sarifah yang memang sedang memikirkan Sam itu membuka ponsel, berniat untuk menghubungi anaknya dan saat itu juga melihat notif pesan dari Vio.

Sarifah memilih untuk menomor duakan pesan tersebut, dalam pikirannya memikirkan Sam yang belum kembali, Sarifah menghubungi Sam dan membuat ponsel Sam yang berada di sakunya itu berdering.

Vio merogoh saku itu, terlihat nama 'Ibuku Sayang' yang memanggil, lalu, Vio segera menerima panggilan tersebut.

"Sam, di mana kamu, udah malam kenapa belum kembali?" tanya Sarifah dan Vio menjawabnya di mana mereka berada.

"Loh, kok suara perempuan?" tanya Sarifah.

"Ini saya, Vio."

"Astaga, ya sudah, tolong jaga anak saya dulu sebentar, sebentar lagi cucu saya jemput!" kata Sarifah dan Vio pun mengiyakan.

Sarifah yang sedang duduk di sofa kamarnya itu bangun dari duduk, ia memanggil Darren yang sedang bermain game online.

"Bentar, Nek. Tanggung," jawab Darren dengan mata yang terus memperhatikan layar ponselnya.

Sarifah yang berdiri di pintu kamar Darren itu pun masuk ke kamar cucunya, ia mengambil ponsel Darren dan Darren memprotesnya.

"Nek, sebentar lagi, enggak ada lima menit paling."

"Ini lebih penting dari game. Papi kamu pingsan di pantai," kata Sarifah dan Darren pun segera turun dari ranjang.

"Ada-ada aja," kata Darren seraya memakai sandalnya.

Sarifah memberikan ponselnya.

"Ini, bawa ponsel nenek, Vio udah kirim lokasinya!"

"Apa? Kenapa mereka bisa bersama?" tanya Darren dalam hati, Darren pun menerima ponsel tersebut.

Darren bergegas menuju lokasi dan sesampainya di sana, terlihat Vio dan Adiba sedang duduk di samping Sam yang sedang teler.

Vio dan Adiba tidak menghiraukan Sam yang terus meracau, tetapi, dengan meracaunya Sam, keduanya dapat mengerti kalau pria itu sedang patah hati.

"Kamu ada temennya, Vi!" kata Adiba seraya menyikut lengan Vio dan Vio tak menjawab.

Darren yang sudah berada di belakang mereka itu mengeluarkan suaranya, "Ehem."

Membuat keduanya melihat ke belakang lalu bangun dari duduknya.

"Ini ponsel bapak kamu," kata Vio seraya mengulurkan tangan, memberikan ponsel Sam pada Darren.

"Terimakasih," ucap Darren seraya menerima, pria itu memberikan senyum pada Vio.

Setelah itu, Darren membantu papinya untuk bangun, Darren memapah Sam dan membawanya ke mobil.

****

"Vi, kayanya dia naksir sama kamu, deh!" kata Adiba pada Vio, keduanya melanjutkan langkah, mencari makan malam di kafe tepi pantai.

"Dia siapa?" tanya Vio seraya memasukkan tangannya ke saku jaket.

"Anaknya Om Sam, keliatan kok dari tatapan matanya, udah Vi, gebet aja biar kamu bisa move on!"

"Dih, pede banget lo!" kata Vio seraya menyikut lengan Adiba menggunakan lengannya.

Adiba pun merangkul Vio dan Vio melingkar lengannya di pinggang Adiba.

****

Setelah beberapa hari berlalu, sekarang, liburan telah selesai.

Vio dan Adiba sudah kembali ke Jakarta dan memulai aktivitasnya seperti biasa.

Memulai hari dengan semangat dan mencoba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi, Vio sudah kembali melalukan siaran langsung.

Kali ini, Vio mempromosikan pakaian bayi yang ada di tokonya, pakaian yang berbahan lembut, nyaman saat di gunakan dan dapat menyerap keringat dengan baik. Begitulah Vio mempromosikannya.

Berbeda dengan Vio yang semangat, di rumah mewah Sam, pria itu sama sekali tidak mau keluar dari kamarnya.

Dan apa yang sebenarnya terjadi pada Sam?

Darren sendiri merasa bingung, semenjak dari Bali, Sam tidak seperti biasanya. Pria itu menjadi diam dan lebih banyak menyendiri.

"Pi, Darren berangkat!" kata Darren yang berdiri di pintu kamar Sam dan Sam yang sedang berbaring memeluk guling itu tak menjawab.

Terlihat sekitar mata Sam sudah menghitam karena kurang tidur dan itu membuat Sarifah dan Darren merasa khawatir.

Sarifah sendiri sudah bertanya pada Vio yang terakhir kali bertemu dengan Sam sebelum Sam menjadi seperti itu. Tetapi, Vio sama sekali tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Vio menjelaskan kalau dirinya bertemu dengan Sam sudah dengan keadaan seperti itu.

Sam yang sedang memeluk Guling itu sesekali menangis lalu terdiam.

****

"Gimana papi kamu?" tanya Sarifah pada Darren yang sedang meminta tangannya lalu mencium punggung tangan Sarifah.

"Masih seperti itu, mungkin papi patah hati, Nek," jawab Darren.

Setelah itu, Darren berangkat kuliah bersama Rosi yang sudah menunggu di teras.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Berarti Darren yg duluan nyangkut sama Vio..Tapi Vio malah kepaksa nikah nikah sama teh celup..ckck..

2024-05-13

1

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

ceritanya menarik semangat

2023-01-22

0

@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠

@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠

kira² apa yg ditemuin sam ya saat ngikutin medina, smpek bikin dia patah hati..

2022-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!