Akhirnya, mau tak mau Rosi ikut pulang malam ini juga.
"Ren, masa gitu aja ngambek, sih!" protes Rosi seraya menatap Darren yang sedang fokus mengemudi.
Dan sebenarnya, Darren juga memiliki alasan lain, ia teringat dengan Sam.
Ia kesal membayangkan Sam yang dengan mudahnya bercinta dengan wanita mana saja yang dibawanya.
Sedangkan yang Darren mau adalah ibunya, Darren ingin Sam mencari Husna.
"Ren, kok diem? Lo marah juga sama gue?"
"Enggak!" jawab singkat Darren.
"Ren, kita cobain, yuk!" ajak Rosi dan Darren tidak mengerti apa maksudnya.
"Cobain apa?"
"Ciuman, kaya Akmal sama Salsa," lirih Rosi dan seketika Darren menginjak Rem mobilnya. Karena berhenti mendadak tentu itu membuat Rosi hampir terbentur.
Untung saja, tidak ada kendaraan lain di belakang mobil Darren.
"Dih, lo waras, ya? Harusnya lo itu jaga kesucian lo buat suami nanti! Masa sama temen aja mau begitu!" kata Darren seraya menatap Rosi.
Dan yang ditatap pun cengengesan,
Rosi menggaruk tengkuknya.
"Kan gue demen sama lo, Ren!" batin Rosi.
Setelah itu, Darren kembali melajukan mobilnya.
Di perjalanan, Rosi yang merasa bosan itu memutar musik.
Keduanya membicarakan banyak hal, termasuk tugas kuliah dan itu membuat Rosi menjadi bosan lalu memilih untuk tidur.
****
Setelah beberapa jam kemudian, sekarang, Darren dan Rosi sudah sampai di depan rumah.
Darren membangunkan Rosi yang tertidur.
"Ros! Udah sampai. Bangun!"
Dan Rosi masih memejamkan mata, ia seolah enggan membuka matanya dan kembali lagi Darren membangunkan.
"Ros, udah sampai!" Dan lagi, Rosi masih memejamkan mata.
"Astaga, ini manusia apa kebo, sih?" protes Darren.
Ia tak mau membuang waktunya, pria berbadan kurus itu pun turun dari mobil dan memanggil satpam di rumahnya.
"Pak, tolong bangunkan Rosi! Kalau enggak mau bangun juga, gendong aja terus antar pulang!" perintah Darren seraya memberikan kunci mobilnya.
Satpam pun mengiyakan, ia berjalan kearah mobil Darren yang terparkir di depan rumah. Baru saja akan membangunkan Rosi dan Rosi sudah membuka matanya.
"Ya ampun, cuek banget sih," batin Rosi, ia mengusap dadanya, mencoba untuk tegar dan sabar demi mendapatkan hati Darren.
"Usaha gue gagal, kenapa, ya. Susah banget buat deketin Darren! Dia juga, Enggak ada romantis-romantisnya, orang mah gendong kek, terus anterin pulang gitu!" gerutunya dalam hati, Rosi segera turun dengan sendirinya, bibirnya mengerucut.
Di kamar Darren, pria muda nan tampan itu sedang melepaskan jaketnya, ia ingin mengetahui wajah ibunya, tetapi, Sam tidak mengizinkan bagi siapapun untuk menunjukkan foto Husna.
"Kenapa papi begitu benci sama mami? Sampai Darren enggak pernah tau wajah mami." pertanyaan itu selalu ada di benaknya, setiap bertanya, Darren tidak pernah mendapatkan jawabannya karena Sam sama sekali tidak ingin membahas Husna.
Begitu juga dengan Sarifah, Sarifah sendiri tidak tau apa salah Sam sehingga Husna pergi dari hidup anaknya.
Itulah jawaban yang selalu diberikan oleh Sarifah.
Darren yang berdiri di depan cermin itu menatap wajahnya, ia merasa tidak mirip dengan Sam dan mulai berpikir kalau dirinya mirip dengan ibunya.
"Mungkin aku mirip mami," gumam Darren.
Setelah itu, Darren pergi ke kamar mandi, ia menggosok gigi, mencuci wajah, tangan dan kakinya.
Selesai dengan itu, Darren segera mendarat di ranjang empuknya. Ia berbaring dengan tengkurap, menelusup kan wajahnya di bawah bantal.
Pria yang selalu merindukan mami nya itu mulai memejamkan mata. Berharap dirinya akan memimpikan Husna.
****
Keesokan paginya, Vio yang kelelahan itu merasa malas membuka mata, jika bukan karena untuk melunasi hutangnya pada Sam, ia ingin bermalas-malasan hari ini.
Dengan terpaksa, Vio pun bangun, ia pergi mandi dan terasa sangat dingin pagi ini, bahkan sampai merinding, bulu halusnya berdiri tegak.
Tak berlama-lama, Vio segera bersiap, ia mengenakan jaketnya lalu memesan ojol dan tidak membutuhkan waktu lama, sekarang, Vio sudah sampai di depan rumah Sam.
"Tumben kesiangan, mbak?" tanya satpam yang membukakan pintu pagar.
"Iya, lagi kurang enak badan, pak," jawab Vio.
"Kalau begitu minta ijin aja sama tuan, pasti di kasih libur," usul satpam seraya menutup pintu pagar kembali.
"Emang bakal diijinin, dia kan nyebelin. Nanti ngoceh lagi dia," batin Vio.
"Enggak usah, pak. Saya udah minum obat, pasti sebentar lagi sembuh."
Setelah itu, Vio pun segera berjalan ke garasi mobil dan segera mencuci mobil Sam.
Vio yang sedang mencuci mobil itu tiba-tiba saja penglihatannya menjadi kabur dan lama-lama jadi gelap.
Vio tak sadarkan diri dan untung saja ada Darren yang keluar dari pintu samping, dengan sigap Darren menangkap tubuh mungil Vio.
Darren sempat terpana dengan ke Ayuan wajah Vio saat tak sengaja menatapnya.
"Pacar papi cantik juga," batin Darren.
Ya, Darren mengira kalau Vio adalah sama seperti Sarah yang rela akan melakukan apa saja untuk mendapatkan hati Sam.
Darren tersadar dari lamunannya saat merasakan hawa panas dari tubuh Vio. Darren yang berniat lari pagi itu harus membopong Vio lebih dulu, Darren membawanya ke ruang tengah dan membaringkan Vio di sofa panjang.
Lalu, Darren meminta pada bibi untuk memanggilkan dokter. Bibi pun menurut.
"Ini, kan... perempuan waktu itu, kok hobi banget pingsan," ucapnya dalam hati.
Dan Sam yang baru saja bangun itu melihat Darren ada di rumah, ia merasa senang, tetapi ada pertanyaan di hatinya, karena setahu Sam, Darren sedang bersenang-senang di puncak.
"Loh, kamu udah pulang?"
"Dari semalam," jawab Darren seraya melihat ke arah Sam yang sedang menuruni tangga.
Sesampainya di lantai bawah, Sam baru sadar kalau ada Vio yang terbaring di sofa.
"Kenapa dia?" tanya Sam pada Darren.
"Kenapa tanya Darren, kan dia pacar papi," jawabnya.
"Siapa? Papi ini single, itu kan permintaan kamu," kata Sam.
"Terus, buat apa dia rela capek-capek nyuci mobil papi tiap pagi?"
"Ada perjanjian diantara kami," jawab Sam seraya duduk di sofa, ia menyetel televisi, menonton berita pagi ini.
"Ya udah, Darren mau lari dulu," kata Darren yang kemudian pergi dari ruang tersebut.
"Hmm," jawab Sam dengan mata tetap menatap layar televisi.
****
Sementara itu, di rumah Vio, Surya sudah mencari pembeli rumah. Ia yang mencuri surat-surat berharga Vio menjual rumah peninggalan mertuanya itu dengan harga murah supaya cepat terjual.
Adiba mengetahui itu, tak sengaja gadis yang seumuran dengan Vio melihat saat sedang mencari sarapan.
"Kok rumah Vio ramai, ya? Apa Vio udah udah pulang? Tapi aku enggak kenal siapa mereka, kenapa ada di rumah Vio?" ucapnya pada diri sendiri.
Adiba yang sedang mengendarai motornya itu menepi, ia mencari tau pada tetangga dekat Vio.
"Oh, itu. Bukannya Mbak Vio jual rumah, ya? Kata Mas Surya mereka mau pindah rumah," jawab tetangga depan rumah Vio.
"Oh, begitu, makasih ya, bu," ucap Adiba dan setelah itu, Adiba segera menghubungi Vio.
Panggilan darinya sama sekali tak terjawab.
"Kemana sih nih anak! Penting juga!" gerutu Adiba dan setelah itu, Adiba mencoba mencari Vio ke kosnya.
Bersambung.
Dapatkah Vio mempertahankan warisan ibunya?
Jangan lupa like, komen, difavoritkan juga bintang limanya, ya. Hehe... si author ini banyak banget maunya, ya🤭, iya dong... biar makin semangat uppnya 🙈.
Dukung karya ini juga dengan cara vote gratis atau giftnya, maafkan typo yang meresahkan ✌✌ sampai jumpa di episode selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Sama Aja kan mafia tanah surya bisa dipenjara dengan berlapis lapis. hukum
2023-04-02
0
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Kan belum nikah Rossi .. Smoga saja Darren jodoh kamu
2023-04-02
0
⸙ᵍᵏTITIAN
dasar suami gak ada otak
2022-11-24
0