******* serta lenguhan yang terdengar dari kamar membuat batin Raina semakin merana. Tidak ada istri yang secara sukarela membiarkan dirinya dimadu hingga harus tinggal bersama. Namun, Raina tidak memiliki daya untuk menentang Haris. Sebagai seorang istri dan ibu, Raina merasa dirinya terlalu lemah.
Bahu Raina yang bersandar pada dinding tidak jauh dari pintu kamar Esme merosot. Menangis terisak meratapi nasibnya yang menyedihkan. Rumah tangga yang selama ini berusaha dijaga dengan baik justru harus rusak karena orang ketiga.
Isakan Raina terdengar oleh Alice. Gadis itu juga baru keluar dari kamar karena merasa haus dan berniat untuk mengambil air minum ke dapur.
Langkah Alice terhenti tepat di belakang Raina yang belum menyadari kedatanganya. Samar-samar, suara ******* dari kamar Esme masih terdengar. Tanpa perlu banyak bertanya, Alice sudah tahu dengan sendirinya apa yang membuat Raina menangis pedih.
Alice juga merasakan hal yang sama. Jika saja boleh meminta, Alice pun tidak ingin terlahir dari rahim seorang simpanan. Namun, memang apa yang bisa dilakukan sekarang? Alice hanya bisa menerima dan sebisa mungkin tidak mengikuti jejak ibunya.
Alice memberanikan diri mendekat kemudian menyentuh bahu Raina yang berguncang.
Terkejut, Raina pun menoleh dan mendapati sosok anak tirinya memberikan tatapan sedih. Sayangnya, hal tersebut tidak lantas membuat kebencian Raina menguap.
“Tante. Atas nama Ibu, saya sungguh meminta maaf,” ucap Alice lembut. Dirinya tidak kalah malu mengetahui Esme sedang asyik memadu kasih di kamar. Sedangkan di luar, ada wanita lain yang mungkin merasa menderita.
Raina tidak menyahut. Dirinya hanya bangkit dan memandang kosong ke depan. Sedangkan ******* masih terus keluar dari dalam sana. Bahkan semakin lama semakin intens. Raina ingin sekali menutup telinga mendengar ada suara lain yang memanggil Haris begitu mesra.
“Saya berjanji, Tante. Saya akan membawa Ibu untuk segera keluar dari rumah. Bahkan jika perlu dari hidup Tante dan keluarga. Maaf jika kehadiran kami hanya menimbulkan masalah.”
Raina tetap bertahan dalam kebungkaman. Matanya yang masih basah oleh cairan bening berganti memandang Alice dingin. Baginya, permintaan maaf saat ini tidak lagi berarti di saat hidupnya sudah hancur berantakan.
“Tante, tolong beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Saya pastikan setelah ini baik saya maupun ibu saya tidak akan mengganggu hidup Tante lagi.” Alice masih berusaha memohon ampunan dari Raina. Bukan sekali dua kali Alice merasa marah pada kelakuan Esme yang seperti remaja labil, tetapi Alice juga tahu untuk tidak berlaku di luar batas.
Tanpa sepatah kata pun, Raina melangkah pergi meninggalkan Alice yang diam menunduk. Dirinya harus segera pergi sebelum kesabaran yang mati-matian ditahannya habis tak bersisa.
Jauh di dalam lubuk hati sebenarnya Raina sadar jika Alice berbeda dengan Esme. Gadis yang hanya terpaut beberapa tahun di bawah Mike itu memiliki perangai yang baik. Juga tidak terlihat seperti gadis murahan.
Hanya saja statusnya sebagai anak dari wanita yang sudah merebut Haris tidak cukup membuat Raina menaruh belas kasih. Tidak peduli jika Esme yang berbuat kesalahan, Alice tetap terkena imbasnya. Termasuk menjadi objek kebencian dari Raina dan Mike.
Raina kembali masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di ranjang. Menoleh pada bagian sebelah yang kosong lalu tersenyum kecut. Untuk apa tadi Haris tidur bersamanya jika di tengah malam menyelinap keluar untuk berbagi peluh dengan Esme? Toh, sedari berhari-hari lalu juga Haris sudah membiarkan Raina tidur sendirian.
Tidak berselang lama, Raina pun terlelap dengan sisa air mata yang belum kering sempurna. Fisik terutama mentalnya lelah terus dijatuhkan oleh sosok yang disebut sebagai suami.
Pagi datang dengan begitu cepat. Raina merasa tidurnya tidak terlalu nyenyak pada malam itu. Terbukti dengan badannya yang terasa sedikit pegal di beberapa bagian. Memang akhir-akhir ini, Raina tidak terlalu memerhatikan kesehatannya lagi.
Seusai mandi, Raina terdiam di depan pintu lemari yang terbuka lebar. Hingga pilihannya jatuh pada sebuah gaun berwarna putih dengan lengan balon. Raina sudah lupa mendapatkan gaun tersebut dari mana. Entah membelinya sendiri atau dibelikan oleh Haris. Namun, entah mengapa hari ini Raina begitu ingin memakainya.
Raina baru saja selesai menyisir rambut saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Seolah tahu dengan siapa yang datang, wanita itu pun segera keluar dari kamar.
“Dipanggil Tuan Haris untuk sarapan bersama, Nyonya.”
Salah satu pelayan menunduk hormat di depan pintu. Dirinya baru saja diperintah untuk memanggil Raina yang sedari tadi belum keluar dari kamar.
“Bawakan saja sarapanku ke sini. Bilang pada Tuanmu jika aku sedang ingin makan di kamar,” balas Raina.
Jujur saja, dia enggan berada di satu meja dengan Esme dan Alice. Terlebih melihat wajah Haris setelah apa yang suaminya itu lakukan semalam.
“Tapi, Nyonya ….”
Raina tidak memberikan kesempatan bagi pelayannya untuk membantah. Dia pun segera memotong.
“Bilang juga jika aku sedang lelah dan malas naik turun tangga. Dia pasti akan mengerti.”
“Baik, Nyonya.”
Pelayan tersebut segera undur diri untuk menyampaikan permintaan Raina sekaligus menyiapkan sarapan wanita itu.
Sedangkan Raina lekas menutup pintu dan berjalan menuju jendela. Memandang langit cerah di luar sana.
Ada kekosongan di hati Raina setelah kedatangan Esme dan Alice. Sungguh, jika bisa Raina ingin melepas Haris. Hidupnya terlalu mahal jika harus dihabiskan dengan lelaki bajingan seperti dia. Namun, ternyata rasa cinta yang dimiliki Raina juga tidak kalah besar.
Mereka bukan baru sehari dua hari tinggal bersama, tetapi sudah puluhan tahun. Wajah Harislah yang selalu muncul pertama kali di saat Raina membuka mata. Termasuk yang dilihat terakhir kali kala Raina hendak tidur. Mengubah segalanya dalam sekejap mata jelas bukan hal yang mudah.
Selain itu, Raina juga masih memikirkan perasaan Mike. Di luar masalah beristri dua, Haris cukup bisa menjadi role model yang baik bagi pertumbuhan putra semata wayang mereka. Raina tidak yakin hidupnya akan tetap baik-baik saja jika semisal dia memutuskan untuk berpisah dengan Haris.
Semalam bukanlah kali pertama Raina memergoki Haris dan Esme sedang bercinta. Mereka berdua terutama Esme amat sering menunjukkan perhatian lebih pada Haris, bahkan tidak canggung untuk bermesraan meskipun tahu pada saat itu juga ada Raina. Justru terlihat sengaja memantik rasa cemburu di benak Raina.
Mungkin dengan begitu Esme berharap Raina akan semakin mudah untuk melepaskan Haris. Ya, semuanya pasti tidak akan sulit jika saja cinta yang dimiliki Raina tidak terlalu dalam.
Sayangnya, saat ini Raina sudah berada di titik enggan mencari kebahagiaan baru. Entah itu bersama lelaki lain atau memilih hidup berdua saja dengan Mike. Wanita itu enggan mengakui jika dirinya sudah hancur jiwa raga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Hani
ga ngerti lagi sama kelakuan nya si semua udah tua ga sadar kalau apa yg dia perbuat itu salah dan ngerusak hubungan yg lain
2022-12-04
0
Bunda dinna
Alice yg berkali kali minta ma'af pada Raina atas kelakuan ibunya..Raina tak bisa mema'afkan tak juga membenci Alice..
Alice,Raina sama2 korban keegoisan orang2 sekitarnya
2022-11-28
0