Alice baru saja sampai di kantor tepat pukul 07.30. Ia mengisi daftar kehadiran, lalu mulai berjalan ke arah loker kantor untuk menaruh tasnya di sana. Hatinya benar-benar tidak tenang dan merasa ingin pergi jauh dari sini.
Saat hendak meletakkan tas, dua orang lelaki lewat di belakangnya. Salah satunya mengenakan setelan jas hitam dan wanginya tertinggal di belakang. Alice langsung menunduk menyadari bahwa harum itu berasal dari minyak wangi khas Mike yang selalu digunakan setiap hari. Alice tahu karena biasanya ia selalu menunggu kehadiran Mike di kantor, tetapi saat ini untuk melihatnya saja Alice tak sanggup karena terlampau sangat takut oleh tatapan Mike yang membunuh.
Bersama karywannya entah akan ke mana Mike berjalan. Namun yang pasti salah satu tugas manager adalah memastikan terpenuhinya standar K3 sesuai peraturan perundang-undangan.
“Apakah ada kegiatan lain yang belum saya kerjakan? Saya khawatir telah melewatkan hal penting. Saya telah mengatur tim untuk mengawasi tata kelola taman yang sedang digarap, nanti saya minta padamu untuk melaporkan segala bentuk pengeluaran yang dimulai besok,” pinta Mike dengan raut wajah yang sangat serius.
Sang asisten mengangguk, “Baik, Pak. Akan saya lakukan. Saya juga ingin memberitahukan Bapak bahwa saya sudah menghitung biaya belanja bulan ini. Nanti saya serahkan ke meja Bapak. Apakah Bapak ada waktu untuk memeriksanya? Dan untuk hari ini ada beberapa jadwal yang harus Bapak lakukan, yaitu yang pertama menginformasikan kembali info kepariwisataan lokal di sekitar penginapan dan yang kedua mengawasi pelatihan staf baru.” Asisten Mike berkata seraya menatap jadwal pada tablet di tangannya.
Mendengar ucapan itu Mike berbalik, dia menyeringai ke arah Alice yang terlihat masih memasukkan tas di dalam loker miliknya. Ia terlihat memasukkan barang-barang miliknya dengan sangat hati-hati seperti seseorang yang berdiri di antara pajangan yang terbuat dari kaca di pasar swalayan.
“Untuk pengawasan pada pemilihan SDM terhadap staff baru, limpahkan pada Alice. Biarkan dia yang mengawasi dan mendata siapa saja yang berhak menjadi bagian dari Praja Hotel. Kemudian berikan dia tugas untuk melakukan riset ulang tempat pariwisata di sini, ada beberapa pariwisata yang baru dibuka dan itu bisa ditambahkan pada list saat pemberian info nanti. Kemudian yang ketiga, katakan padanya untuk mengawasi kafe, bar, dan restoran dan hall untuk konferensi. Terakhir, berikan data padaku secepat mungkin mengenai perkembangan-perkembangan itu,” ujar Mike, kemudian tersenyum miring ke arah Alice.
Alih-alih melawan dan mempertanyakan kenapa Mike tiba-tiba memberikan banyak pekerjaan padanya, Alice hanya terdiam dan tak membantah apapun yang Mike katakan terhadap asistennya.
“Maaf, tapi—“
“Daripada kamu menghabiskan waktu untuk mempertanyakan alasan ini, lebih baik kamu cepat katakan padanya dan berikan laporan pada saya secepatnya karena saya sangat membutuhkan itu.” Setelah mengatakan itu, Mike langsung pergi dan di sana hanya tersisa Alice yang masih bertanya-tanya tentang sistem pekerjaannya yang sudah berubah.
“Alice, kemarilah!” pinta asisten Mike.
Alice melangkah, ia berjalan ke arah asisten tersebut, lalu berdiri di depannya seraya memegang id card yang biasa digunakan untuk bekerja. “Apa yang harus saya lakukan terlebih dahulu?” tanya Alice.
“Alice, terus terang saya masih bingung dengan keputusan yang dikatakan oleh Pak Mike, karena beberapa hal yang diucapkannya bukan tugas kamu, tapi saya tak bisa melemparkan tugas ini pada orang lain ataupun pada saya sendiri karena masih banyak kerjaan yang harus saya lakukan selain di sini. ada pertemuan yang harus saya datangi, jadi saya minta tolong padamu untuk melakukan tugas ini,” ujarnya seraya memberikan buku catatam pada Alice.
Alice mengambilnya seraya tersenyum. “Tak apa, aku akan melakukannya dengan baik, Pak. Tapi bolehkah nanti aku bertanya beberapa hal yang mungkin tidak saya ketahui terkait laporan yang akan saya tulis nanti?” tanya Alice.
Sang asisten mengangguk. “Dengan senang hati saya akan membantumu sebisa saya. Tapi saya tidak akan memegang gawai 24 jam, jadi saya berharap kamu sabar jika saya tak langsung membalas pesanmu. Dan pastikan bahwa kamu hati-hati dalam menjalani tugas ini, cermati setiap apa yang kamu lihat dan riset dengan benar-benar, karena jika salah sedikit saja maka efeknya pada step selanjutnya. Jadi, pastikan bahwa kamu tidak keliru.” Ia mewanti-wanti, tampaknya belum percaya sepenuhnya pada Alice yang notabennya tak pernah melakukan tugas ini sebelumnya.
“Baik, jadi apa dulu yang harus saya lakukan?” tanya Alice. Sejujurnya ia sangat bingung dan takut jika tak bisa melakukannya dengan baik, ia takut menjadi pekerja yang tidak becus, tetapi ia harus melakukan ini bagaimanapun hasil akhirnya. Daripada menolak dan membuat Mike makin marah, pikirnya, lebih baik ia bekerja sebisanya apa yang diputuskan Mike untuknya.
“Mulai pukul sembilan hingga dua belas siang, kamu harus ke ruangan utrama. Di sana ada beberapa calon staff baru yang sudah lolos tahap tiga dan melakukan interview tahap empat. Ada dua orang yang bertugas di sana, kemudian akan ditambah kamu. Kamu yang akan memutuskan SDM mana yang tepat untuk menjadi bagian dari kami. Kamu harus mendata satu per satu dan memeriksa ulang CV mereka dengan jeli, setelah itu data dikumpulkan dan diperiksa kembali selama tiga hari, setelah itu kamu harus memberikan kabar pada mereka yang lolos,” jelas asisten tersebut dengan hati-hati.
Alice mengangguk paham. “Saya akan mencobanya dengan baik, lalu apa lagi yang harus saya lakukan?” tanya Alice lagi, seakan menantang dirinya sendiri untuk melewati jembatan terburuk yang sedang dilaluinya.
“Kemudian pukul satu nanti setelah kamu makan siang, silakan untuk memeriksa bar dan restoran. Pastikan bahwa—“ Asisten itu tak meneruskan ucapannya, ia menggaruk tengkuknya seraya menatap Alice dengan pandangan kasihan.
“Ada apa, Pak?” tanya Alice seraya memiringkan kepalanya, memperhatikan gerak-gerik sang asisten berusaha mencari jawaban dari raut wajahnya yang terlihat cemas. “Kenapa tidak dilanjutkan?”
“Alice sesungguhnya sulit untuk kamu lakukan karena bagianmu bukan di sini. Seharusnya beberapa hal dipegang oleh manager secara langsung, jadi mustahil saya memberikan tugas ini padamu. Tapi sudahlah, jalani untuk hari ini dulu. Selebihnya akan saya katakan tugas selanjutnya beserta tutorial agar kamu dapat melakukannya dengan mudah. Pokoknya untuk saat ini yang paling penting kamu pergi ke ruang utama dulu. Terima kasih, dan selamat bekerja.” Sang asisten langsung pergi.
Alice membaca ulang catatan di tangannya seraya berjalan menuju ruang utama yang telah ditugaskan padanya. Ada banyak daftar kegiatan yang harus ia lakukan dalam catatan di tangannya, tetapi sebagian besar tak dapat ia pahami karena cukup rumit. Alice mengembuskan napasnya mencoba pasrah.
“Aku pasti bisa melakukannya,” bisiknya pada diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Hani
harus kuat
harus bisa dan semangat
2022-12-04
1
Bunda dinna
Semangat Alice
2022-11-25
0