Terhitung sudah dua minggu berlalu sejak Haris membawa Esme dan Alice tinggal di rumahnya. Sejak itu pula, pria itu tidak pernah lagi tidur bersama Raina. Haris lebih memilih untuk tidur dengan istri simpanannya itu dibandingkan dengan istri sahnya, Raina. Membuat wanita itu sengsara.
Raina yang tidak pernah menyangka jika sang suami berubah seperti saat ini. Janji Haris yang dia ucapkan sewaktu membawa wanita itu dan anaknya ke rumah, bahwa dia akan berlaku adil kepada mereka berdua, nyatanya hanya isapan jempol belaka. Tidak hanya dia mengabaikan Riana, tetapi juga lebih sering berpihak pada Esme saat terjadi perdebatan di antara mereka berdua.
Hal ini membuat hati Riana terluka. Dia membenci mereka. Terutama Haris dan wanita ****** itu, yang datang hanya untuk menghancurkan rumah tangga mereka.
Di kamar Esme, Haris sedang berpamitan pada wanita itu bahwa dia akan tidur dengan Raina malam ini.
"Esme, dia juga istriku. Jadi aku akan berusaha bersikap adil pada kalian berdua. Jadi malam ini aku akan tidur dengan Raina di kamarnya," bujuk Haris dengan lembut.
Tetapi Esme tidak ingin hal itu terjadi. Jadi dengan segala cara dia mencegah pria itu untuk pergi dari kamarnya dan menemui istri pertamanya itu.
"Tidak bisakah kamu tinggal di sini malam ini, Sayang? Aku sangat merindukan kamu," ucap Esme dengan seduktif.
"Tidak bisa, Esme. Riana sudah menungguku di kamarnya. Kau tahukan, aku juga mencintai kalian berdua." Haris mencoba memberi pengertian pada Esme yang merajuk di tempat tidur. Pria itu duduk di depan Esme yang memalingkan wajahnya menghindar dari Haris.
"Tapi aku masih rindu padamu," Rajuk Esme dengan cemberut.
Dirasakan olehnya tangan pria itu mengelus lembut rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Jangan cemberut seperti itu. Nanti cantiknya hilang," goda Haris menowel hidung mungil Esme.
Karena Esme tidak kunjung tersenyum, jadi Haris menarik tubuh wanita itu ke arahnya. Haris memeluk Esme dan mencium kening wanita itu dengan sayang.
"Jangan marah … aku janji, besok akan membawamu berbelanja. Kau bisa membeli apapun yang kau mau," ucap Haris akhirnya berjanji menemani Esme besok.
Wajah wanita itu segera berbinar dengan cerah. "Benarkah? Kau tidak bohong bukan?" seru Esme bahagia.
"Tentu saja. Kapan aku berbohong padamu." Haris terkekeh geli melihat istrinya itu seperti anak kecil. Tidak ingatkah Esme, jika anaknya kini telah tumbuh menjadi seorang gadis sekarang? Kenapa dia malah bertingkah seperti anak kecil. Tetapi Haris tetap mencintai wanita itu.
Melihat Esme yang sudah tidak cemberut lagi, lalu Haris berbalik dan hendak beranjak dari tempat tidur itu. Tetapi tiba-tiba Esme melompat ke arahnya.
Kedua tangan wanita itu bergerilya di tubuh Hary. Esme memeluk Haris dari belakang. Mencoba menahan pria itu pergi dengan menyandarkan kepalanya di punggung tegap pria itu.
"Cukup Esme! Bukankah aku sudah bilang, jika aku memiliki dua istri. Jadi kamu juga harus tahu bagaimana berperilaku sekarang! Jangan sampai aku murka!" sergah Haris yang mulai gerah karena Esme terus merengek di telinganya dan menjelekkan Raina di depannya.
Haria akhirnya emosi. Dengan tegas dia menolak Esme. Pria itu menepis tangan Esme dengan kasar hingga wanita itu terdiam di tempatnya karena terkejut.
Haria mendesah lelah saat melihat wanita itu meneteskan air mata kesedihan. Haris kembali memeluk Esme dan berbisik pada wanita itu dengan sayang.
"Maafkan aku. Aku salah karena telah membentakmu. Tapi kamu juga harus tahu, bahwa istriku bukan hanya kamu, Esme. Jadi mengertilah. Aku hanya ingin bersikap adil pada kalian berdua agar tidak ada yang merasa tersakiti," ujar Haris dengan lembut memberikan pengertian kepada Esme.
Esme tetap bungkam. Tetapi akhirnya wanita itu mengangguk kecil. Dia setuju membiarkan Haris setelah meminta Haris berjanji untuk tidak melupakan dirinya.
Haris tertawa geli. "Mana mungkin aku melupakan kamu, Sayang … buktinya kau saja sekarang ada di sini, bukan? Jadi jangan menangis lagi. Besok aku akan mengantarmu pergi berbelanja," ucap Haris meneguhkan janjinya kembali.
Sementara itu di dalam kamar Raina, wanita itu tengah berdiri sendirian menatap langit malam yang gelap dari balkon kamarnya. Hati wanita itu tengah sakit, saat membayangkan jika suaminya tengah berbagi canda dengan wanita lain di rumah ini sekarang. Dia tidak tahu haru bagaimana lagi menghadapi kenyataan pahit ini.
Kemudian dia merasakan sebuah pelukan dari arah belakangnya. Rupanya itu Haris yang baru saja kembali ke kamar Riana. Pria itu melihat sang istri tengah melamun sendirian di balkon kamarnya. Jauh di dalam hatinya, Haris merasa bersalah atas semua ini. Karena tak tega melihat kesedihan yang tergambar jelas di raut wajah cantik Raina, pria itu berjalan menghampiri Raina dan memeluknya dari belakang.
"Kenapa kau di luar seperti ini? Kau bisa sakit, Sayang," ucap Haris berbisik di leher wanita itu. "Apa yang sedang kau pikirkan, Raina?" Haris bertanya pada Raina setelah dia mengecup lembut wajah cantik istrinya itu.
Sementara itu, Raina tidak lagi merasakan kehangatan dari pelukan di tubuhnya yang dilakukan oleh pria itu. Dia justru merasa jijik saat membayangkan bahwa lengan itu sudah memeluk tubuh dari wanita lain selain dirinya. Dia juga jijik membayangkan Haris sudah berbagi ciuman dengan wanita lain.
Haris melihat jika Raina tetap diam seribu bahasa. Dia merasa heran dan mendongak, menatap lurus ke arah wajah Raina. Saat itulah dia melihat sorot mata Raina yang terluka tetapi juga dingin di sana. Di dalam hatinya pria itu mengigil, melihat tatapan yang tak pernah dia lihat dari sang istri.
"Raina, aku mencintaimu … selalu. Jangan pernah berpikir tentang hal lainnya. Aku tetap dan selalu mencintaimu Raina," lirih Haris berkata sembari memeluk tubuh wanita itu lebih erat.
Namun Raina tidak juga memberikan respon. Melihat ini, akhirnya Haris menyerah dan menyuruh wanita itu untuk pergi beristirahat.
"Jangan terlalu lama berdiri di luar. Ini sudah malam atau kau bisa jatuh sakit. Istirahatlah sekarang," ucap Haris dengan nada lembut.
Raina melepaskan diri dari pelukan pria itu dan berbalik hendak masuk ke kamarnya, tetapi tangannya ditangkap oleh Haris. Membuat dia berhenti melangkah.
"Aku mohon, Raina. Mengertilah akan posisiku. Aku sangat mencintaimu, tetapi aku juga mencintai Esme. Aku mencintai kalian berdua, Raina," kata Haris dengan nada memohon.
Raina memejamkan kedua matanya sebelum berkata pada Haris kemudian.
"Jika kau mencintaiku, maka kau tidak akan pernah berselingkuh dariku. Itu bukan cinta, Haris … karena cinta tidak mengenal kata berbagi, apalagi membawa pihak lain masuk ke dalam hati. Itu adalah egomu sendiri," ujar Raina tegas.
Setelah selesai mengatakan semua itu, Raina menghempaskan tangannya hingga pegangan tangan Haris terlepas dari tangan wanita itu. Kemudian Raina berjalan masuk ke dalam kamar dan berbaring di atas tempat tidurnya.
Haris menyusul untuk tidur bersama Raina. Keduanya hanya tidur tanpa melakukan apapun di ranjang yang sama. Sampai di tengah malam, saat Raina tak sengaja terbangun, dia mendapati jika Haris tidak ada lagi di kamarnya. Raina yang mencarinya ke luar kamar, akhirnya mendengar suara dua orang mendesah di dalam kamar Esme. Sekali lagi hati Raina terluka karenanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Hani
bener bener ya si Haris.
kalau begitu bukan adil tapi pilih kasih.
buat apa di satuin kalau hantu satu orang yg dapet perhatian itu dan yg satu nya di cuekin
2022-12-04
0
Bunda dinna
Tingkah Esme sangat tak sesuai dengan umur,,semakin Esme posesif semakin Haris muak dan bosan..
Raina bahkan jijik bersentuhan dengan Haris
2022-11-27
0
arvi azka
benar kata reina,haris hanya mementingkan egonya,kasihan reina
2022-11-27
0