Seperti yang Alice katakan. Hari ini Alice merasa sangat bahagia, delapan belas tahun penantiannya akhirnya terbayar sudah. Sekarang Alice akan menjalani hidup yang bahagia bersama keluarga yang lengkap. Tak akan ada lagi yang mengatakan jika ibunya wanita simpanan, tak akan ada lagi yang menghinanya dengan kata-kata anak haram.
Alice tersenyum menikmati waktu yang ada dengan membayangkan hari-hari bahagia yang akan terjadi di hari-harinya nanti. Membayangkannya saja membuat Alice semakin merasa bahagia dan tidak sabar menanti hari-hari selanjutnya.
"Sayang, kamu tidak ingin kuliah?" tanya Haris membuka obrolan setelah mereka sudah berada di dalam mobil, menuju rumah baru yang akan menjadi tempat tinggal Alice dan ibunya.
"Tentu saja aku ingin, Ayah. Mungkin tahun depan," jawab Alice. Karena untuk saat ini, aku ingin menikmati waktuku di Praja Hotel. Batin Alice berusaha menahan senyumnya kala mengingat sosok tampan atasannya.
"Baiklah. Ayah mendukung semua keputusanmu. Apa pun yang kamu inginkan, kamu bisa mengatakannya pada Ayah," ucap Haris tersenyum menoleh menatap Alice dan Esme yang duduk di bangku belakang.
"Terima kasih, Ayah," balas Alice tersenyum.
Pria lainnya yang duduk di balik kemudi, tepat di samping Haris hanya bisa menyimpan semua pertanyaannya dalam hati. Pria itu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa bisa gadis itu menyebut atasannya dengan sebutan, 'Ayah' begitu juga sebaliknya.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di tujuan. Alice dan Esme sama-sama terkagum melihat bangunan yang ada di depan mereka saat ini. Sebuah rumah yang sangat besar dan mewah telah menyambut mereka.
Alice sama sekali tidak menyangka jika ayahnya adalah orang yang sangat kaya. Ada banyak mobil terparkir di depan rumah, ada taman yang cukup luas. Dua pintu gerbang yang menjadi gerbang masuk dan keluar kendaraan, ada juga deretan motor-motor mahal di sana dan ada banyak lagi barang-barang mahal di depan rumah tersebut.
Berapa luas tanah bangunan ini? Seberapa kaya, ayahku? Batin Alice bertanya-tanya dengan perasaan bahagia.
"Ayo masuk! Kenapa kalian melamun?" ucap Haris menggandeng tangan Alice dan Esme untuk masuk ke dalam rumah.
Baru saja kaki Alice melewati pintu rumah, aura dingin serta perasaan tak nyaman di hati tiba-tiba saja menyelimuti Alice. Perasaan Alice menjadi tidak enak, tanpa sebab yang jelas.
Alice masih saja mengekor pada Haris yang masih menggandeng tangannya, hingga saat sudah berada di dalam rumah, gandengan tangan mereka terlepas, ketika seorang wanita paruh baya menghadang mereka.
"Berani sekali kamu membawa selingkuhanmu masuk ke dalam rumahku!" bentak wanita dengan wajah yang terlihat pucat, menatap tajam pada Alice dan ibunya.
Alice yang mendengar hal itu langsung menatap pada ayah dan ibunya, seakan mempertanyakan maksud dari ucapan wanita itu. Rasa bingung dan kecewa mulai Alice rasakan saat melihat respon ibunya yang biasa saja, berbeda dengannya yang begitu terkejut mendengar ucapan wanita yang menyebut ibunya sebagai selingkuhan.
"Ayah, apa maksud semua ini? Ibuku selingkuhan?" tanya Alice menatap Haris.
"Jangan dengarkan ucapannya, Alice. Ibumu istri Ayah, dan kamu putri ayah." Haris mengusap lembut kepala Alice berusaha menenangkan Alice, tetapi kalimat selanjutnya yang terdengar justru semakin buruk dari sebelumnya.
"Alice, dia Raina. Istri pertama, ayah!" sambung Haris secara langsung juga memberikan Alice jawaban atas pertanyaannya selama ini yang merasa bingung dengan sebutan orang-orang pada ibunya jika ibunya seorang simpanan pria kaya.
Apa ini maksud dari kata simpanan itu? Jadi, Ibuku benar-benar wanita simpanan? Batin Alice.
Terkejut? Tentu saja Alice merasa amat terkejut dengan apa yang didengarnya. Kebahagiaan yang sebelumnya Alice rasakan hanya bertahan dalam hitungan jam, sekarang semua fakta yang Alice dengar menghilangkan kebahagiaan Alice dalam sekejap.
"Kamu ingat jika aku adalah istrimu, lalu bagaimana bisa kamu membawa selingkuhanmu masuk ke dalam rumahku?" ulang Raina kembali bertanya dengan tatapannya yang semakin tajam menatap ketiga orang yang ada di depannya.
"Ayah? Apa maksudmu dengan menyebut dirimu ayah, pada gadis itu?" tanya Raina lagi, berusaha terlihat tegar menahan semua gemuruh sesak dan sakit yang dirasakannya.
"Seperti yang kamu dengar. Dia, Alice. Putriku! Dan ini Esme istri kedua ku," jawab Haris bak petir yang terdengar menggelegar di telinga Raina yang mendengarnya.
Bagaimana bisa Haris mengatakan gadis yang Raina tebak berusia belasan tahun itu sebagai putrinya? Bagaimana bisa Haris dengan mudah berkata jika wanita itu adalah istri keduanya? Bagaimana bisa Haris menikah lagi tanpa meminta izin atau pun memberitahunya? Raina mengepalkan erat kedua tangannya berusaha meredam rasa sakit yang benar-benar menjalar ke hati jiwa dan raganya. Benar-benar sakit yang Raina rasakan mendengar semua pengakuan suaminya.
Isu yang selama ini terdengar tentang pengkhianatan suaminya masih bisa Raina hadapi. Raina masih berusaha menanggapi itu semua dengan positif selagi suaminya tetap menjadi ayah dan suami yang baik untuk mereka. Raina berusaha menutup mata dan telinganya demi mempertahankan cinta dan keutuhan rumah tangganya, tetapi apa yang dikatakan oleh Haris tentang gadis itu benar-benar tidak bisa Raina terima. Pertahanan Raina selama ini hancur. Sakit yang tiada tara Raina rasakan saat ini, dadanya terasa amat sesak, membuat Raina bahkan merasa sulit untuk bernafas.
"Berapa usiamu?" tanya Raina dengan suara bergetar menatap Alice yang dipenuhi rasa bersalah, kecewa, sakit dan perasaan yang sama buruknya seperti yang Raina rasakan.
"De-delapan belas tahun lebih tiga bulan," jawab Alice terbata-bata.
Raina tertawa mendengar itu semua. Jika Alice benar anak suaminya, itu artinya sudah delapan belas tahun Haris mengkhianatinya. Raina masih saja tertawa. Bukan tawa kebahagiaan melainkan menertawakan semua kebodohan, pengkhianatan dan kekecewaan yang dirasakannnya. Wajah yang terlihat pucat itu semakin memucat dengan tatapan yang semakin meredup, lalu tanpa diduga Raina jatuh tergeletak di lantai.
"Ma!" Teriak seseorang.
Tubuh Alice seketika menegang saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Rasa gugup dan takut Alice rasakan. Alice bahkan tak dapat memutar tubuhnya untuk sekedar menatap pemilik suara yang terdengar dari arah belakangnya. Alice berharap jika apa yang didengarnya hanyalah alusinasinya, tetapi semua itu benar terjadi dan pemilik suara itu adalah pria yang selama ini sangat Alice kagumi.
'Lelucon apa ini? Bagaimana bisa ini semua terjadi? Kenapa takdir mempermainkan hidupku? Apa kesalahanku hingga hal buruk selalu saja menimpaku? Bagaimana bisa aku menyukai pria yang ternyata adalah saudaraku? Kenapa, Tuhan? Kenapa harus jadi seperti ini?' batin Alice menangisi apa yang telah terjadi.
Hai kak, ini naskah yang akan ikut lomba di noveltoon. Bantu dukung ya kak, berikan like setiap kali sudah membaca. Bantu ramaikan dengan komen, jika ada vote dan poin bantu berikan juga hadiah dan vote kalian. Sekali lagi makasih banya, kak.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Hani
jadi Alice sama cowo yg dia suka satu bapak...
kasian banget🙈
2022-12-04
0
Bunda dinna
Makin seru dan menegangkan..
2022-11-25
0