Semakin hari kondisi Raina makin memburuk, tubuhnya yang dulu terlihat segar bugar kini terlihat kurus karena nafsu makannya yang terus menurun. Mike tidak tega melihat kondisi ibunya yang seperti itu. Berulang kali ia mendesak Raina untuk menceritakan apa yang ia rasakan, namun Raina selalu menutupinya dan berkata bahwa ia baik-baik saja.
Sore itu Mike sedang menemani Raina di kamarnya sambil menyuapinya. Tiba-tiba ponsel Mike berdering, ia melihat ke layar ponselnya rupanya itu adalah asisten pribadinya. Mike mendapat kabar bahwa ia harus rapat dengan klien yang dilaksanakan diluar kota selama beberapa hari.
Kring.. Kring.. Kring..
“Halo,” ucap Mike.
“Selamat sore Pak, barusan saya mendapatkan kabar dari klien kita bahwa mereka menghendaki untuk mengadakan rapat selama tiga hari di salah satu cabang perusahaan mereka yang ada di luar kota,” ucap asisten pribadinya.
“Baiklah siapkan saja berkas-berkasnya, kita akan berangkat besok pagi,” sahut Mike lalu menutup teleponnya.
Mike menghela nafas panjang kemudian menatap ke arah ibunya. Kemudian Mike duduk di samping ranjang dan meminta izin pada Raina jika dia ada pekerjaan ke luar kota selama tiga hari.
“Ma, aku harus pergi ke luar kota selama tiga hari karena ada urusan pekerjaan,” ucap Mike dengan wajah lesu.
“Kenapa kau terlihat tak bersemangat? Kau biasanya sangat senang jika ada pekerjaan di luar kota,” tanya ibunya sambil menggenggam tangan Mike.
“Siapa yang akan menjaga Mama nanti?” sahut Mike.
“Kau tidak perlu khawatir. Mama baik-baik saja disini. Kau fokus saja pada pekerjaanmu. Kapan kau akan berangkat,” tanya Raina.
“Besok pagi Ma,” sahut Mike.
Meski berat bagi Mike untuk meninggalkan Raina, tetapi Raina tetap berusaha meyakinkan Mike bahwa dia baik-baik saja.
“Apa Mama yakin? Tidak apa-apa jika aku tinggal selama beberapa hari?” tanya Mike sekali lagi meyakinkan Raina.
“Iya, Nak, pergilah,” sahut Raina sambil tersenyum.
Malam itu Mike sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa selama perjalanan ke luar kota besok. Saat Mike sedang sibuk packing, Alice melintas di depan pintu kamar Mike yang terbuka. Alice menjulurkan kepalanya ke dalam kamar Mike dan bertanya ia hendak pergi ke mana, namun Mike menjawabnya dengan ketus.
“Hai, kau mau pergi kemana?” tanya Alice.
“Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu? Tidak sopan sekali,” sahut Mike ketus tanpa menoleh pada Alice.
“Maaf, lain kali aku akan mengetuk pintu terlebih dulu. Jadi kau mau pergi ke mana?” tanya Alice.
“Bukan urusanmu,” sahut Mike singkat sembari menutup pintu kamarnya.
Alice terkejut ketika Mike membanting pintu kamarnya tepat di depan wajah Alice. Namun Alice tak memasukkan hal itu ke dalam hati. Ia paham Mike begitu membenci dirinya karena kelakuan buruk Esme yang telah menghancurkan keluarga Mike. Alice berlalu pergi dari depan kamar Mike dan kembali ke kamarnya.
Setelah kepergian Mike, momen tersebut dimanfaatkan oleh Esme untuk mencari cara agar Raina tidak betah berada di rumah. Berulang kali Esme berusaha mencari cara agar Esme makan hati.
Tepat setelah mobil Mike melaju menjauh dari rumah, Esme menarik tangan Haris dan bersikap manja di depan Raina. Haris membelai lembut rambut Esme, tanpa memerdulikan Raina yang ada di hadapannya. Alice yang merasa risih sekaligus tidak enak hati dengan Raina karena perilaku ibunya, berusaha untuk memperingatkan Esme.
“Ibu apa-apaan sih seperti ini,” ucap Alice.
“Diam, sudah sana masuk saja ke dalam kamar. Ibu ingin quality time berdua,” sahut Esme sambil melirik ke arah Raina.
Raina yang merasa muak dan sakit hati memilih pergi daripada harus melihat suaminya bermesraan dengan wanita ******. Alice berusaha mengejar Raina dengan maksud untuk meminta maaf, namun Raina mengabaikannya.
“Maafkan ibuku, aku tahu tindakannya sudah keterlaluan, sungguh aku berjanji akan segera membawa ibuku pergi rumah ini,” ucap Alice sambil meraih lengan Raina.
“Jangan sentuh aku! Kau sama kotornya dengan ibumu,” sahut Raina dengan tatapan penuh kebencian.
Waktu terus berjalan, siang berganti malam, namun suasana di rumah ini tetap terasa sama bagi Raina. Ia berasa seperti rumah ini bagaikan neraka. Belum ada satu hari Mike pergi, Esme terus berulah. Ia bertingkah seperti tuan rumah di sini. Raina memilih diam, karena kalaupun ia melawan tidak ada satupun yang membela dirinya di rumah ini, termasuk Haris.
Suatu malam, ketika Raina mengira semua orang sudah tertidur, ia memutuskan keluar untuk mengambil minum. Ia berjalan melewati kamar Esme. Dari kejauhan, ia mendengar suara desah yang berganti dengan suara tawa. Esme sengaja membuka pintu kamarnya ketika ia sedang bercinta dengan Haris, untuk membuat suasana hati Raina semakin memanas.
“Au..Shh..Mphh..Ahh.. Sayang..,” suara desah keluar dari mulut Esme.
Raina yang mendengar dan melihat hal itu dengan mata kepalanya sendiri merasa seketika hancur berkeping-keping. Ia berlari menuju ke kamarnya. Air mata jatuh tak terbendung membasahi pipinya.
“Mengapa ini semua harus terjadi kepadaku. Aku lelah menghadapi ini semua,” ucap Raina dengan suara lirih.
Siang ini suasana rumah tampak sepi, bahkan Raina tak terlihat keluar dari kamar sejak pagi tadi.
“Aku belum melihat Raina pagi ini,” ucap Haris.
“Bukannya sudah biasa ia tak pernah keluar kamar. Biarkan saja nanti kalau ia lapar juga pasti keluar,” sahut Esme.
Hingga akhirnya malam tiba dan Mike pulang dari luar kota. Ia masuk ke dalam rumah, namun suasana sangat sepi. Sebelum ia masuk ke kamarnya, Mike menuju kamar Raina dan mengintip ibunya yang sudah tidur miring membelakangi pintu. Ia berjalan masuk dan menuju ke ranjang ibunya.
Dilihatnya wajah ibunya yang terlihat tenang dan damai lalu mengecup kening ibunya. Namun seketika ia merasakan ada yang aneh dari ibunya. Tubuh ibunya begitu dingin dan kaku. Mike berusaha membangunkan ibunya tetapi tidak ada respon.
“Ma, Mama sakit?” ucap Mike sambil mengguncang bahu ibunya.
Mike meraih tangan Raina dan mengecek denyut nadi. Jantung Mike seketika berdetak kencang ketika ia tak merasakan denyut nadi di pergelangan tangan ibunya. Mike berusaha menepis pikiran buruk dari kepalanya dan mengecek nafas ibunya lewat hidung. Nihil. Tidak ada hembusan nafas yang keluar.
Mike menoleh ke arah meja samping tempat tidur. Ia mendapati sebuah botol kaca berwarna coklat.
“Obat apa ini?” gumam Mike.
Ia membuka botol itu dan mencium aromanya. Ini adalah bubuk potasium sianida. Seketika ia menyadari bahwa ibunya telah meninggal minum racun. Mike sontak berteriak dan membuat semua orang terbangun dari tidur. Orang pertama yang masuk ke setelah mendengar teriakan itu adalah Alice, karena letak kamarnya yang tak jauh dari kamar Raina. Kemudian disusul Haris dan Esme.
“Hei apa yang terjadi?” tanya Alice panik.
Mike tidak menjawab ia terus menangis dan berteriak histeris sambil memeluk tubuh ibunya yang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bunda Hani
bener bener deh ya ga punya perasaan banget ..
2022-12-04
0
arvi azka
reina nyawamu terlalu berharga hanya untuk seoang pelakor
2022-11-28
0
Dhiny Nee
heeh..si esme tu gk mikir yaa klw alice yg akan dapat akibat dr perbuatannya
2022-11-28
0