TCS 11

Esme tampak tak gentar. Ia melempar tatapan mematikan pada istri sah Haris yang masih berdiri di depannya, membentaknya dengan keras. “Aku mengatakan hal yang tidak salah. Aku tidak berniat untuk menyingkirkanmu dari sini, tetapi kalau kamu merasa keberatan, maka lebih baik kamu pergi bersama Mike. Tempatku di sini, aku tak akan pernah pergi meninggalkan rumah ini,” jawab Esme, langkahnya mendekat ke arah Raina hingga jarak di antara mereka hanya sekitar satu meter. 

“Ibu, cukup. Bu, lebih baik Ibu masuk ke kamar.” Alice meraih pergelangan tangan Esme, tetapi wanita itu langsung menepisnya hingga membuat langkah Alice mundur. 

“Diam saja. Apa kamu tidak paham bahwa Ibu sedang berjuang mengambil hak Ibu? Lebih baik kamu masuk saja daripada ikut campur urusan saya,” cetusnya. 

Alice menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Ia sangat kesal karena tak bisa menghentikan ibunya yang makin menggila. Tubuhnya bergetar, ia tak tahu harus melakukan apa untuk menghentikan pertengkara mereka. Sejak kedatangan Alice dan Esme, ia menyadari bahwa kenyamanan yang ada di rumah ini telah dihancurkan olehnya. 

“Dengarkan aku, Raina, tak perlu merasa paling berkuasa. Karena pada akhirnya aku dan kamu memiliki kedudukan yang setara di rumah ini. Apakah kamu memang benar-benar tak bisa menerimaku? Apakah kamu takut jika perhatian Haris pada akhirnya akan lebih besar untukku? Apakah kamu mengkhawatirkan itu?” tanya Esme dengan pandangan merendahkan. 

“Aku tidak memikirkan itu karena aku tahu bahwa Haris masih menyayangiku. Sampai kapanpun aku tidak akan keluar dari rumah ini, karena ini adalah milikku. Dan Esme, apakah kamu tidak malu?” Raina tertawa dengan tatapan miris. “Ini adalah rumahku, bagaimana mungkin seorang tamu mengusir tuan rumahnya. Apakah kamu tidak berpikir sejauh itu? sampai kapan pun aku tak akan pernah bisa pergi dari rumah ini karena jika ada yang harus keluar antara aku dan kamu, sebaiknya kamulah yang keluar karena sebelumnya kamu tidak ada.”

“Ya, tapi jangan lupa bahwa ini adalah rumah suamiku juga,” balas Esme. 

“Kamu bisa tinggal di rumah ini hanya karena Haris, tapi kamu sendiri tak pernah berkontribusi apapun. Jika Haris tak ada, maka kamu sama sekali tak memiliki hak untuk tinggal di sini, apa kamu tidak memikirkan itu. pikiranmu sangat pendek, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri hingga menjadikan kamu bodoh seperti ini,” hina Reina. 

“Ibu, ayo kembali ke kamar. Sudahi ini, Bu.” Alice kembali memohon. Kali ini matanya sudah berkaca-kaca, ia sangat bosan mendengar perdebatan ini dan suara Reina serta Esme benar-benar menakutkan seolah sebentar lagi akan menciptakan traumatis pada batin Alice. Oh Tuhan, aku mohon tenangkan hati ibuku dan jangan sampai pertengkaran ini bertambah parah, aku benar-benar takut tetapi aku tak bisa melakukan apapun. Batin Alice. 

“Ada keributan apa di sini?” tanya Haris yang terlihat baru saja tiba. Pria bertuksedo putih itu menatap Raina, Esme, lalu Alice secara bergantian. Langkahnya yang sempat terhenti di ambang pintu, kemudian mendekat ke arah mereka. Rautnya terlihat sangat penasaran saat tak ada seseorang yang menjawab pertanyaan dia pada awalnya. 

“Tolong jangan membuat keributan di rumah. Saya menyatukan kalian karena saya ingin bersikap adil. Saya tak mau melakukan kesalahan lebih banyak, jadi jangan bertengjar lagi. Saya sudah memberikan kalian berdua banyak hal, maka dari itu terimalah semuanya dengan baik. Saya melakukan ini demi kebaikan kalian dan anak-anakku. Aku tidak mau menjadi seorang suami dan ayah yang pilih kasih, maka jangan pernah saling membenci satu sama lain. Hidup bersama di dalam satu rumah dengan bahagia bukankah sangat enak?” Haris menengahi. Ia menatap Esme dan Raina sekali lagi. 

Namun Esme tiba-tiba mendekat dan meraih tangan Haris. Ia bersembunyi di balik bahu Haris, menatap Reina dengan pandangan ketakutan. “Menurutmu apakah aku tidak pantas tinggal di sini? Apakah sebaiknya aku dan Alice kembali pergi? Lihat anakmu, seseorang yang menyebutmu sebagai ayah telah tumbuh dewasa, apakah kamu tega jika kami meninggalkanmu lagi? Reina tak suka kepadaku, ia mengatakan bahwa aku harus pergi dari sini karena ini adalah rumahnya. Itu benar-benar membuat perasaanku sakit. Aku tahu bahwa aku tak memiliki apa-apa selain Alice dan kamu, tapi kenapa ia mengatakan hal yang begitu jahat padaku.” Air mata Esme terlihat keluar. Sandiwara yang dimainkan benar-benar terlihat sempurna, ini benar-benar sangat konyol.

Alice mengrutkan dahinya merasa tak suka dengan ucapan ibunya. Apa yang dikatakan Esme jelas tidak seperti apa yang terjadi sebelumnya. Alice berdiri di sini menyaksikan semuanya dan ia yang paling tahu banyak tentang penyebab pertengkaran Raina dan Esme. 

“Tidak, Ayah... Ibu—“

“Raina, apakah benar yang dikatakan Esme? kamu benar-benar keterlaluan. Aku tidak ingin kamu melakukan itu padanya, apa yang kamu katakan itu benar-benar terdengar jahat. Ini adalah rumahku juga, kamu tidak berhak untuk mengusir mereka berdua dari rumah ini. Esme adalah istriku juga, kenapa kamu tidak menerima kehadirannya di sini? Jangan merasa paling berkuasa hingga dengan beraninya kamu menindas Esme,” sentak Haris, pandangannya terlihat berapi-api seolah siap menerkan Raina yang berada di depannya. Ia menunjuk wajah Raina dengan jari telunjuknya lalu berkata, “sekali lagi kamu berani mengatakan itu pada Esme, maka aku tak akan segan-segan untuk memberikan perhitungan. Baik Esme dan kamu adalah istriku semuanya, maka aku harus melindungi kalian dari satu sama lain,” tegasnya. 

Haris mulai menarik tubuh Esme, lalu mengusap-usap bahunya untuk menenangkan. “Sudahlah, Esme. sudah, aku pastikan bahwa kamu akan terus tinggal di sini,” tuturnya dengan lembut. 

“Apa yang dikatakan dia tidak benar,” bela Raina tak terima dengan bentakan Haris. 

“Terus apa yang benar menurut kamu, terimalah semuanya dan jangan kebanyakan protes. Kamu dan Esme memiliki kedudukan yang sama, jadi jangan sampai saling merendahkan satu sama lain,” sentaknya sekali lagi. 

Alice kembali berkaca-kaca menyaksikan Raina dibentak oleh suaminya karena kesalahan yang dilakukan oleh ibunya. Alice menarik napas, bersiap untuk berteriak dan membela Raina, tetapi seseorang sudah terlebih dahulu berteriak dengan suara yang kencang. 

“Jangan membentak mamaku! Kenapa Anda mengeraskan suara di depan istrimu? Kenapa kamu melakukan itu?” Mike langsung menarik tubuh Reina mendekat ke tubuhnya, mejauhkan Raina dari ayahnya dan tipu muslihat Esme. “Mama tak bersalah, aku yakin Mama tak pernah menyakiti ular yang kamu bawa itu. Jangan pernah membentaknya lagi karena sebagai anaknya aku tidak terima dengan perlakuan yang kamu berikan padanya. Dia tak bersalah, ia hanya mengungkapkan haknya. Papa, berkacalah ke belakang, setelah kamu membawa sampah-sampah ini ke dalam rumah, semunya menjadi berantakan,” sentaknya, melawan Haris yang masih tampak terdiam di dekat Esme. 

Terpopuler

Comments

Bunda Hani

Bunda Hani

pinter banget cari caranya..
Alice sampai malu ngeliat kelakuan ibunya

2022-12-04

0

Bunda dinna

Bunda dinna

Makin salah paham

2022-11-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!