TCS 12

Amarah Mike menjadi tak terbendung melihat perlakukan Haris pada ibunya karena termakan tipu muslihat yang dilakukan Esme. Mike semakin yakin bahwa Esme memiliki niat buruk sejak pertama kali datang ke rumah ini. 

“Kenapa Papa hanya diam? Hah? Kenapa justru Mama yang tidak diperlakukan dengan adil di rumahnya sendiri, semenjak kedatangan manusia ular ini,” ucap Mike sambil menatap tajam ke arah Esme.

“Jaga ucapanmu Mike! Tak sepantasnya kau bicara lancang pada Esme!” jawab Haris memperingatkan Mike.

“Sudah kuduga kau akan selalu membela si ****** itu,” ucap Mike sambil tersenyum sinis.

Plakk!!!

Tangan Haris seketika melayang dan mendarat tepat di pipi kanan Mike, amarahnya sudah berada di ujung tanduk. Raina yang melihat wajah putranya di tampar oleh Haris sontak terkejut. Mike diam tak berkutik, namun sorot matanya menatap tajam penuh amarah pada Haris, tangannya mengepal seolah ia siap membalas tamparan itu. Namun Raina menahan lengan Mike agar sesuatu yang lebih buruk tidak terjadi.

“Cukup Mike, hentikan semua ini,” ucap Raina mencoba menenangkan Mike. 

Perdebatan terjadi antara Haris dan Mike semakin memanas, Esme menyeringai saat dia merasa senang jika hubungan Haris dan Mike semakin buruk, mudah baginya untuk menghasut Haris menyingkirkan Raina dan Mike.

Mike melepaskan cengkraman tangan Raina dari lengannya dan memilih pergi masuk ke dalam kamar. Sementara Raina menatap sinis ke arah Haris dan mendekat ke arahnya.

“Lihat apa yang telah diperbuat oleh wanita ular ini,” ucap Raina dengan nada tegas sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Esme.

“Berhenti menunjuk-nunjuk diriku!” ucap Esme dengan nada tinggi karena tidak terima.

“Sudah! Cukup! Jangan membuat suasana menjadi semakin runyam!” bentak Haris yang tengah berusaha memisahkan mereka berdua. 

Raina berlalu pergi meninggalkan Haris dan Esme. Ia memilih masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan diri. Raina duduk termenung di sudut kamar. Tatapan matanya kosong menatap lurus ke luar jendela. Bibirnya terdiam membisu dan perlahan bibir itu mulai bergetar tak kuasa menahan tangis. Akhirnya tangisnya pun pecah dan air mata membasahi pipinya. Raina tak menyangka bahwa rumah tangganya akan berjalan dengan cara seperti ini.

Tiba-tiba suara derit pintu menyadarkan Raina dari lamunannya. Mike berjalan masuk ke kamar ibunya. Ia semakin terlihat khawatir ketika melihat ibunya yang terdiam menangis di sudut kamar.

“Mama, apa kau baik-baik saja?” tanya Mike sambil memegang tangan ibunya.

“Ya, tentu,” sahut Raina sambil tersenyum dan mengusap air matanya.

Raina tak banyak bicara pada Mike dan berusaha menutupi kesedihannya. Ia meyakinkan Mike bahwa dirinya baik-baik saja. Namun sebagai anak, Mike menyadari bagaimana perasaan ibunya.

“Wanita itu harus keluar dari rumah ini, Ma,” ucap Mike. 

“Kau lihat sendiri bukan bagaimana Papamu membela habis-habisan wanita itu? Wanita itu benar-benar licik, ia pandai memutar balikkan fakta dan mencari muka di depan Papamu,” sahut Raina. 

“Aku akan mencoba bicara pada papa. Mungkin jika aku bisa bicara empat mata dengan papa tanpa wanita ****** itu ikut campur, papa akan lebih percaya padaku,” sahut Mike berusaha meyakinkan ibunya.  

Raina mengangguk tersenyum ke arah Mike sambil mengelus kepala anaknya. 

Waktu terus berjalan, siang berganti malam. Mike dan Raina duduk di meja makan untuk menikmati makan malam. Beberapa saat kemudian, Haris dan Esme muncul dari arah pintu depan. Mike dan Raina membuang muka, namun justru Esme dan Haris duduk bergabung dengan mereka di meja makan itu.

Mike menatap tajam ke arah Haris dan Esme, ia menunjukkan wajah tidak suka jika harus makan malam satu meja dengan Esme. 

“Berhenti menatap Esme dengan tatapan tidak sopan, Mike,” ucap Haris tegas. 

“Aku kehilangan selera makan di rumah ini. Ma, ayo kita makan saja di luar,” ucap Mike sambil menarik tangan Raina menjauh dari meja makan.

“Cukup Mike! Kau yang membuat suasana di rumah ini menjadi semakin panas. Apa kau menyadari itu?” ucap Haris sambil menggebrak meja makan. 

“Aku? Wanita ****** itu yang membuat suasana hangat di rumah ini hilang, Pa. Dan aku tidak sudi berada satu meja makan dengan dia!” sahut Mike membela dirinya. 

Semenjak kedatangan Esme ke rumah ini, suasana damai di dalam rumah ini seketika hilang. Hubungan antara Mike dan Haris pun semakin tidak membaik. Esme selalu berusaha mengambil hati Haris di depan Mike dan Raina dengan cara memutar balikkan fakta seolah Mike dan Raina berlaku jahat pada Esme. Mendadak perdebatan antara Mike dengan Haris kembali terjadi. 

“Aku sudah muak dengan semua ini, jika Papa memang ingin memiliki dua istri, maka silahkan keluar dari rumah ini dan tinggal di rumah istri Papa yang lain,” ucap Mike tegas.

Mendengar ucapan Mike, Raina sempat terkejut. Ia sebetulnya tidak rela jika suaminya pergi dari rumah ini dan memilih tinggal dengan wanita lain.

“Mike,” ucap Raina lirih sambil menatap wajahnya.

“Kau berani mengusirku?” tanya Haris.

“Ini rumah kami, kami berhak menentukan siapa yang boleh tinggal disini dan kami tidak sudi menampung sembarang orang, terutama wanita ******,” sahut Mike sambil mengacungkan jarinya ke arah Esme.

Lagi-lagi Esme memanfaatkan situasi itu untuk mencari muka dihadapan Haris. Ia bertindak seolah ia adalah korban di rumah ini.

“Lihat, mereka tidak menginginkan aku disini. Apakah aku sehina itu hingga mereka tidak mau menerimaku?” ucap Esme dengan nada sedih.

“Tidak Esme, tidak seperti itu,” sahut Haris sambil mengelus pundak Esme.

Mike muak melihat drama yang disuguhkan di hadapannya. Ia paham bahwa apa yang dilakukan Esme hanyalah sandiwara belaka untuk mengambil hati Papa nya. 

“Sudah hentikan sandiwaramu, ******. Kau memang pandai mengambil hati Papa,” ucap Mike dengan tatapan sinis.

“Kau!” bentak Haris sambil hampir memukul Mike namun berhasil ditahan oleh Raina.

“Tidak. Jangan pukul dia,” ucap Raina sambil menahan tangan Haris.

“Kau mendidik anakmu dengan buruk sehingga ia tak memiliki tata krama dan sopan santun, Raina!” bentak Haris.

Suasana malam ini menjadi semakin kacau, dan justru itulah yang diinginkan oleh Esme. Sementara itu Haris semakin murka, Haris kembali mengatakan jika itu rumahnya juga, tidak ada yang bisa mengusirnya.

“Dengar, tidak ada yang bisa mengusirku, Esme dan Alice dari rumah ini karena aku juga memiliki hak atas rumah ini! Paham kalian!” ucap Haris.

Mike yang tidak terima dan membantah perkataan Haris dengan nada kasar.

“Rumah ini di dapat hasil kerja keras Mama juga, jadi Mama jauh lebih berhak dari kedua ****** itu” bentak Mike.

Mike membawa Mamanya ke kamar menjauh dari Haris dan Esme. Namun sebelumnya berteriak menekankan jika siapapun yang tinggal di rumah itu harus tunduk pada Raina karena Raina pemilik rumah itu.

“Sekali lagi ku peringatkan, siapapun yang tinggal di rumah ini harus tunduk pada Mama! Camkan itu!” teriak Mike sambil berlalu pergi meninggalkan meja makan.

Terpopuler

Comments

Bunda Hani

Bunda Hani

makin panas aja suasananya...
pantes kalau Mike mau marah karena kelakuan nya harus udah kelewatan

2022-12-04

0

arvi azka

arvi azka

klo haris emang kaya,bikinin rumah lagi lah buat istri ke dua,masa gk mampu 🤔.jangankan seatap di madu az rasanya sudah seperti di racun ,apalagi tinggal serumah 🙄

2022-11-25

0

Bunda dinna

Bunda dinna

Mike dan Raina wajar marah ke Haris dan Esme..tapi kasihan ke Alice yg g tau apa2

2022-11-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!