Will merasa hidupnya kosong setelah mengusir Olivette dari mansionnya. Malam ini dia sendirian di kamar yang begitu luas. Selama 6 tahun bukan waktu yang singkat untuk mencoba menyayangi dan mencintai istrinya yang cantik dan luar biasa itu.
Ucapan yang dilontarkan tetaplah harus dilakukan. Dia bukan pria yang plin-plan. Terlebih saat menjanjikan akan menceraikan Olivette demi mendapatkan kembali Wileen, cinta masa lalunya.
Turun dari kamar menuju ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman. Hal ini tidak biasa dilakukan sehingga dia kesal karena tidak tersedia makanan di meja makan. Hanya mengambil minuman saja dari lemari pendingin.
Saat baru saja selesai meletakkan gelas, kebetulan ada salah satu Maid masuk ke dapur untuk mengambil minuman. Maid tersebut terkejut saat mendapati tuannya berada di sana.
"Tuan, apakah Anda memerlukan sesuatu?" tanya Maid tersebut.
"Siapkan makan malam. Aku lapar," ungkap Will.
"Baik, Tuan. Silakan tunggu sebentar di meja makan."
Maid tersebut terpaksa memanggil koki untuk menyiapkan makan malam sederhana. Koki mansion merasa heran karena tidak melihat keberadaan Olivette di sana. Biasanya Olivette yang menyiapkan semuanya, tetapi kali ini koki tidak berani bertanya. Wajah Will tidak menunjukkan keceriaan sama sekali.
Sepiring makanan siap beserta minumannya. Koki sudah hapal apa makanan yang disukai tuannya sehingga tak butuh waktu lama untuk menghidangkannya.
"Terima kasih. Kau bisa pergi!" perintah Will.
Will menikmati makan malam dengan suasana hati yang buruk. Makanan enak buatan kokinya itu malah tidak habis.
Sementara Ethan yang memutuskan untuk pergi ke bar hotel, dia meminta minuman biasa saja. Berhubung Ethan bukan tipikal pria yang suka mabuk, dia hanya meminta alkohol berkadar rendah saja. Setidaknya untuk mengurangi beban pikirannya.
"Kenapa kau tega mengkhianati aku, Wileen? Aku sangat mencintaimu, tetapi rasa sakit yang kuterima ini sudah sebanding dengan keputusanku untuk melepaskanmu. Maaf, aku belum bisa menjadi suami yang sempurna untukmu sehingga kau tega mengkhianati aku," ucap batin Ethan.
Ethan menenggak minumannya hingga tandas. Tidak hanya satu atau dua gelas. Beberapa gelas dengan kadar alkohol yang tidak terlalu tinggi membuat Ethan masih bisa berjalan dengan normal. Malam ini, dia berencana untuk check-in dan menginap selama semalaman di sini.
Setelah mendapatkan kunci kamarnya, Ethan bergegas masuk. Namun, saat melewati lorong menuju kamarnya, samar dia melihat Olivette dari kejauhan. Mungkin saja pandangannya yang salah.
"Ah, tidak mungkin aku melihat wanita itu? Apa itu adalah bayangannya?" ungkap batin Ethan yang merasa melihat wanita itu secara nyata.
Ethan mencoba menutup matanya sejenak, tetapi orang itu semakin lama mendekatinya. Terdengar samar suara langkah kaki. Seakan tidak ada jarak di antara keduanya sehingga sebuah suara mengejutkannya.
"Tuan, Anda di sini juga?" sapa Olivette masih dengan rasa terkejutnya.
Rumah tangganya sudah hancur. Mungkinkah Ethan juga mengalami hal yang sama?
Ethan membuka matanya saat suara itu nyata. Dia pikir sedang bermimpi kemudian melihat wajah Olivette. Ternyata dia salah.
"Nyonya, Anda juga di sini?"
"Iya. Aku ada urusan di sini," balasnya.
Sangat sulit sekali mengatakan bahwa rumah tangganya sudah hancur sekarang. Hanya malam ini. Besok, Olivette berencana pulang ke tempat asalnya.
"Baiklah, kalau begitu aku masuk ke kamarku dulu. Anda mau ke mana?"
"Oh, aku hanya ingin mencari udara segar saja. Silakan, Tuan."
Tidak baik memberikan kesempatan pria seperti Ethan berdekatan dengannya. Olivette bisa keluar sendiri dan menikmati malamnya.
Keluar kamar untuk menuju restoran dan memesan sedikit makanan tidak akan membuatnya gendut, bukan? Olivette tipikal wanita yang pandai merawat diri. Bisa dipastikan setelah ini Will benar-benar menyesal.
Keesokan harinya, Olivette sudah berada di dalam pesawat. Dia tidak akan mungkin berada di sini sementara suaminya sudah mempersiapkan gugatan perceraian itu.
Sementara Will sendiri sudah berada di kantor bersama asistennya, Paul Yale. Wajah bosnya sangatlah ditekuk. Tidak terlihat ceria seperti biasanya.
"Tuan, ada apa kau memanggilku?" tanya Paul.
"Panggilkan pengacara dan bawa ke hadapanku sekarang. Aku memerlukannya," perintah Will.
"Untuk apa, Tuan?"
"Siapkan saja! Aku mau dia hari ini datang ke kantorku."
Will kalau sudah meminta tidak bisa diubah lagi rencananya. Selama proses perceraiannya, Will juga enggan untuk bertemu dengan Olivette. Biarkan wanita itu berada di tempatnya sendiri. Itu akan lebih mudah ketimbang masih berada di dalam satu mansion.
Saat urusannya dengan Paul belum usai, tiba-tiba resepsionis mengabari jika ada seorang wanita yang menunggunya. Dia ingin bertemu dengan bos pemilik perusahaan ini.
"Siapa?" tanya Will saat masih tersambung dengan resepsionis.
"Nyonya Wileen, Tuan. Apa diizinkan untuk masuk?"
Saat kegundahannya kehilangan Olivette, Wileen datang memberikan angin segar. Dia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan berharga ini.
"Ya, antarkan dia ke hadapanku. Terima kasih." Will kemudian menutup teleponnya. Dia harus segera meminta Paul untuk keluar.
"Paul, sebentar lagi aku ada tamu. Lebih baik kau keluar dulu. Katakan pada pengacara bahwa aku akan menghubunginya."
Paul sedikit kesal. Beruntung dia belum menghubungi pengacara. Kalau sampai pengacara datang kemudian mengganggu waktu tuannya, maka dia pasti akan mendapatkan imbasnya.
Setelah Paul keluar, Wileen masuk dengan memberikan senyum terbaiknya. Keputusan Ethan rupanya tidak membuat wanita itu lemah. Justru niatnya datang ke kantor Will untuk menagih janji manisnya.
"Hei, Honey. Kau terlihat muram begitu. Kenapa?" sapa Wileen.
"Oh, aku baik-baik saja. Aku sedang menyiapkan perceraianku dengan Olivette. Tumben kau datang ke tempatku?"
"Yeah, aku kangen, Honey. Kau tahu, suamiku juga berniat menceraikanku. Jadi, kapan kita akan menikah?"
Perceraian baru mau diurus. Sekarang, Wileen sudah memintanya untuk menikah. Rasanya tidak mudah bagi Will langsung menjalin status baru seperti ini.
"Tunggu sampai surat ceraiku di tangan. Kau bersabar dulu, ya!"
Wileen tidak sabar. Dia takut kalau Will akan berubah pikiran. Terlebih jika dia sampai memutuskan untuk rujuk lagi dengan Olivette. Wileen tidak mau.
"Will, kau tahu saat Ethan memutuskan untuk menceraikan aku, rasanya aku tidak terima. Namun, saat aku ingat pada janjimu, maka aku rela melepaskan pria itu. Kau tahu, semalam aku sudah diusir dari mansion. Aku memilih untuk menginap di hotel," jelasnya.
Saat Wileen menjelaskan bahwa dia sudah diusir dari mansion suaminya, ada rasa nyeri ketika teringat akan Olivette. Harusnya Will tidak pernah mengusir wanita itu. Terlebih karena Olivette tidak bersalah. Will lah yang bersalah.
Will juga sudah mengancam tidak memberikan kompensasi apa pun kepada Olivette saat Wileen menjelaskan akan mendapatkan kompensasi dari Ethan.
"Aku pria terjahat di muka bumi ini. Bagaimana kabar Olivette sekarang? Dia pasti akan membenciku seumur hidupnya," ucap Will dalam hati.
"Will! Will! Will!" panggil Wileen dengan nada suara yang lumayan tinggi untuk membuyarkan lamunan Will.
"Ya, Olive?"
Bukannya menyebut nama Wileen, Will justru menyebut istrinya yang saat ini belum diketahui oleh Will jika Olivette kembali ke negaranya.
...🌾🌾🌾...
Sambil menunggu update, jangan lupa mampir ke karya rekomendasi dari teman Emak. Jangan lupa tinggalkan jejaknya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Fenty Dhani
menyesalpun tak ada guna Will...olive sudah pergi meninggalkanmu
2024-03-21
0
Lina ciello
tinggal nunggu karma ae
2023-09-24
0
Uti Enzo
suka ceritanya thor
2023-06-14
1