Call Me, Your Baby!
"Udah hampir setahun nih kamu lulus, emang belum ada tanda-tanda dapatkan pekerjaan?" Tanya mama yang terlihat samar-samar sudah berada di depan pintu kamarku.
"Hoam Maa. Ini masih pagi. Baru juga melek nih mata udah ditanyain kerja, kerja, kerja mulu," jawabku sembari menguap dan membukakan mata secara perlahan. Ku lihat wanita tinggi yang sudah tidak muda lagi masih berdiri di depan pintu.
"Kak, jangan karena papa mamamu berhasil, kamu jadi hanya mengandalkan kami." ucapnya.
Ia menghampiri lebih dekat dan duduk disisi sampingku, sementara aku masih dalam posisi tidur dan tentu saja sudah dengan raut wajah kesal atas ucapannya. Seakan aku adalah beban keluarga yang paling ingin dimusnahkan dari dunia ini.
"Gaby, kamu tahu alasan kenapa papa tidak ingin kamu kerja di perusahaannya kan?"
"Hmmm, iya tahu kok Ma. Ma, boleh gak Gaby tidur sebentar lagi aja. Baru tidur jam 3 subuh nih, nanti janji deh Gaby dengerin celotehan Mama. Please Ma," jawabku memohon dan menaikkan lagi selimut ke atas wajahku.
"Ngapain aja kamu baru tidur jam 3 subuh?" Tanya mama lagi dengan nada yang lebih tinggi, sembari berdiri dan membuka gorden di ujung kamarku.
"Ya apply kerja, memangnya apalagi.."
"Kirain baca novel mulu.”
“Ma…. Baca novel memangnya itu salah?”
“Ya gak salah, cuma jadinya baca mulu terus gak ada usaha apa-apa buat mendapatkan pekerjaan. Hari kan terus berganti Kak, apa gak malu ditanyain mulu sama tantemu?” Respon mama.
Aku masih bingung dengan pola pikiran orang-orang dahulu, kenapa pekerjaan seolah menjadi tuntutan keluarga, dan apabila ada salah satu anggota keluarga belum memperoleh pekerjaan itu dianggap seperti aib yang harus diurus dengan berbagai cara. Padahal di pikir-pikir, jaman aja udah berubah, namun kemampuan berpikir nyatanya tidak mengikuti perkembangan jaman.
“Ya gak malu. Kenapa harus malu? Memangnya selama ini aku minta uang kepadanya?” Ucapku dari balik selimut yang sudah terlalu kesal dengan celotehan mama pagi ini.
“Ya sudah, jangan sampai bangun lebih dari jam 10. Mama tinggal dulu untuk ke rumah tantemu," jawab mama yang segera meninggalkanku.
"Hmm, setiap pagi, siang, malam, pertanyaannya selalu sama dah. Kerja, kerja, kerja. Dikira cari kerja itu mudah apa ya. Hua temanku yang sudah lulus 2 tahun yang lalu dan saat ini masih santai aja tidak ada tuntutan begitu. Ahhh, kesal," gerutuku di dalam selimut.
"Kringg.. Kringg.. Kringg..." Ponselku bergetar dan berdering yang terdengar meski telah ku tutup seluruh badan dengan bedcover tebal ini.
"Ini siapa lagi sih, udah tadi tidur diganggu, baru mau tidur lagi diganggu juga. Kenapa hari ini semua orang menyebalkan padahal masih pagi," celotehku dan segera meraih ponsel di sisi meja.
"Halo, selamat pagi. Apakah ini dengan Mbak Khairunnisa Gaby Atitah?" Sapa wanita dari seberang sana. Suaranya khas customer service yang lembut dengan irama yang enak untuk didengar.
"Hmm, iya halo. Ada apa ya Mbak?" Jawabku dengan mata yang terkantuk dan nada bicara yang amat datar.
"Iya, saya Fitri HR perusahaan. Apakah Mbak sudah membaca email dari PT. Clean Oil Energy? Sebab sepertinya kami belum mendapatkan email konfirmasi dari Mbak Khairunnisa," ujarnya.
Aku terkaget, mataku yang tadi redup langsung melalak, seakan deg-degan dengan hasil interview yang baru seminggu lalu ku lakukan. Jujur, aku tidak berharap banyak dengan perusahaan ini, sebab ini adalah perusahaan terbaik di negeri ini, dan pendaftarnya pun mungkin mencapai ribuan, sementara aku hanya semut kecil yang sekedar lulus dari kampus aja udah bersyukur banget.
"Oh maaf Mbak, belum saya baca. Izin bertanya, ada apa ya Mbak dengan isi email tersebut?" balasku dengan degup jantung yang kian bertambah. Meskipun tidak berharap banyak, namun ada secercah ekspektasi untuk bisa lolos dalam program internship di perusahaan ini.
"Iya Mbak, melalui email tersebut kami sampaikan bahwa Mbak lolos seleksi penerimaan internship di PT. Clean Oil Energy selama 12 bulan. Oleh karena itu, mohon untuk konfirmasi melalui email ya Mbak. Kami lampirkan pula surat penerimaannya," jawabnya dari seberang sana.
"Speechless." Satu kata yang menggambarkan diriku pada pagi itu. Aku tidak bisa berucap apa-apa, seperti kaku. Bagaimana mungkin seorang Gaby, mahasiswa termalas di kampus bisa lolos program internship di perusahaan ini.
Aku segera mengakhiri telpon dan bergegas menuju meja belajar untuk membuka laptop dan berencana langsung memberikan respon konfirmasi atas kelulusan ini. Akhirnya, aku terbebas dari pertanyaan kapan kerja sepanjang hari yang biasa dilakukan oleh mama.
"Gue mimpi gak sih ini, masa iya gue bisa lolos. Selama interview gue sepertinya gak ada bakat apa-apa di bidang ini," tuturku yang masih saja mempertanyakan kebenaran kelulusan ini.
Tak lama, aku duduk di depan laptop, ponselku berdering lagi.
"Gaby, lo lolos gak di PT. Clean Oil Energy?" ucap Kania sahabatku.
"Eh iya nih, gue baru dihubungi sama HRnya, karena kemarin gue gak buka email. Lo lolos juga?" Tanyaku kepada Kania.
"Iya, kita memang friendship goals banget nih, bisa jadi bagian dari SCBD hahaha," responnya sembari tertawa. Kania tampak senang banget, ya begitu juga aku. Siapa sih yang gak senang bisa lolos di perusahaan bergengsi ini, terlebih dengan kapasitasku yang cenderung biasa aja.
"Ya sudah, lo urus dulu konfirmasinya. Entar gue telepon lagi, gue mau hubungi teman yang lain dulu nih, mana tau banyak dari kampus kita," ucapnya dengan gembira.
Kania memang begitulah orangnya, wanita yang tingkat kebawelannya lebih super daripada aku. Apa-apa, semua orang harus tahu, dan dia pun harus yang paling tahu semua hal. Tapi, aku senang berteman dengannya, bukan karena ia sang ratu gosip, melainkan cara memperlakukan manusia sebagai temannya yang tak bisa aku temukan di teman lainnya.
Ku baca dengan teliti surat tawaran tersebut, didalamnya sekaligus terdapat penyebutan tawaran gaji yang akan diberikan perbulan yaitu 6 juta rupiah dengan bonus lainnya pencapaian target per bulan hingga 3 juta dan pembayaran asuransi kesehatan dari kantor.
"Gede juga nih gaji dan bonusnya," desisku sembari membaca lengkap isi surat tersebut.
"Tanggal 14 Februari peresmian internship.” aku masih membaca sendiri isi dalam surat tersebut.
"Ha ha ha 14 Februari? Gue udah terlanjur janjian acara valentine sama Azka, duh gimana ya," ucapku yang masih berbicara sendiri.
"Yaudah bodo amat deh, kalo pun dia marah setidaknya gue udah dapat kerjaan yang bisa buat hidup gue jauh lebih baik," tambahku lagi dengan tertawa lepas.
Setelah semua hal penting dibaca dalam surat tawaran, kini giliran aku setuju dan konfirmasi atas kehadiran serta mengirimkan email kembali pada domain yang sama. Setelah klik kirim, ku tutup laptop, dan kembali tidur dengan nyaman.
"Meskipun 6 juta masih sangat kecil di mata mama dan papa, tapi setidaknya gue udah gak ditanya kapan dapat kerjaan lagi, hahaha," ucapku sembari tertawa dan dengan posisi yang sudah terlentang menatap atap langit-langit kamar.
***
"Percuma aja sekolah tinggi-tinggi, ujungnya juga cuma jadi beban keluarga." Ucap salah satu suara yang tidak asing ditelingaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments