"Gak bisa, bro! Sudah terlanjur gue ajukan juga ke human resource untuk nama kandidatnya."
"Apa dasar alasan lo memilih Gaby?" Ketus Gilang yang sudah semakin kesal dengan sikap Raka.
Perdebatan mereka nyatanya menyita perhatian banyak orang, aku yang sedari tadi mendengarkan, perlahan melihat sekeliling ruangan penuh tatapan kepada mereka berdua.
"Lo ke ruangan gue aja sekarang." Perintah Raka kepada Gilang yang sepertinya juga sadar saat ini mereka jadi pusat perhatian.
Raka langsung berjalan menuju ruangannya, sementara Gilang sempat berucap kepadaku,
"By, gue akan perjuangin lo." Sebuah kalimat yang sangat mengherankan di pikiranku. Entahlah mengapa mereka saling berdebat perihal posisiku.
Aku hanya menatap mata Gilang tanpa menjawab sepatah kata pun, dan melihatnya berlalu menuju ruangan Raka.
"Pusing banget minggu ini, kenapa semuanya penuh tekanan?" Bisikku dalam hati yang mengingat masalah perjodohan, bantu balas dendam Kania, dan sekarang harus menjadi titik perhatian staff kantor karena posisi divisiku.
***
"Oke sekarang kita bisa ngobrol sebagai gentle man!" Ucap Raka kepada Gilang yang baru saja menarik kursi untuk ia duduk.
"Maksud lo gimana sih?" Gilang yang bingung dengan sikap Raka lantas bertanya sebetulnya apa niat Raka dengan semua ini.
"Gak gimana-gimana, gue cuma mengikuti prosedur kantor kan. Divisi gue butuh sumber daya, kebetulan juga di divisi lo lagi gabut, ya jelas saja gue mengajukan penarikan sumber daya."
"Kenapa harus Gaby?" Gilang yang langsung blak-blakan bertanya perihal keputusan penarikan wanita yang ia cintai.
"Kenapa tidak harus Gaby?" Tanya Raka balik dengan jawaban yang mengesalkan.
Gilang menghela nafas, mencoba mengontrol emosinya agar tidak sampai terjadi perilaku kasar yang akan membuat rumit hidupnya di akhir.
"Bukannya lo sudah paham sendiri ya kalo gue cinta sama Gaby?" Tanpa direncanakan Gilang berucap demikian, namun tetap saja pernyataan itu justru akan membuatnya akan semakin kalah dari argumen yang akan di jawab oleh Raka.
"Hahaha cinta kata lo. Ini di kantor, bro! Memang sengaja gue memisahkan lo dengan wanita itu karena gue paham lo cinta sama dia. Ingat ini dunia profesional, gue hanya bantu agar lo dan wanita yang baru kerja itu terbebas dari fitnah staf kantor."
"Lo suka sama Gaby?" Gilang yang semakin curiga dengan tingkah Raka mencoba untuk langsung menanyakan kebenaran yang selama ini ia curigakan dari sikap Raka yang dingin namun terus menerus mengusik Gaby.
"Hahahaha yang benar saja gue suka sama bocah!" Raka tertawa terbahak-bahak.
"Ya sudah kalo lo gak suka harusnya gak perlu sekekeh itu untuk memindahkan Gaby ke divisi lo."
"Udah gue sampaikan kan tadi? Tujuan gue cuma buat lo dan wanita magang itu terhindari dari gosip kantor. Gue gak akan juga suka sama bocah itu, jadi lo seharusnya tenang saja. Oh ya satu lagi, gue gak peduli dengan kehidupan pribadi kalian di luar kantor, namun selama di lantai ini, hal tersebut menjadi tanggung jawab gue." Ujar Raka dengan tegas.
Gilang yang merasa jawaban Raka cukup masuk akal dan bisa ia terima akhirnya menyerah dengan keputusan akhir bahwa Gaby akan dipindahkan ke divisi Raka yang berada di sayap sebelah sana.
"Jadi, lo setuju ya, bro?" Raka yang sepertinya butuh validasi sehingga ia menanyakan kembali terkait persetujuan Gilang akan keputusan akhirnya.
"Ya sudah kalo memang itu menurut lo terbaik dan sesuai dengan prosedur perusahaan."
Setelah saling setuju dengan keputusan akhirnya, Gilang kembali menuju meja kerjanya.
"Bang, gimana?" Tanyaku yang ingin tahu tentang keputusan dari perdebatan mereka tadi.
Gilang tak mungkin langsung menyampaikan di kondisi seluruh mata dalam ruangan ini tengah memperhatikan mereka berdua.
"Ini kan jam istirahat, kita keluar dulu aja ya." Jawab Gilang.
Gaby yang paham maksud dari Gilang langsung buru-buru membereskan meja kerjanya, dan merogoh tas untuk mengambil dompet biru kesayangannya.
"Mau sekarang?" Tanya Gaby memastikan.
"Ayo."
Awalnya Gilang berjalan berdampingan dengan Gaby, namun karena Gaby paham kondisi staf kantor sedang memperhatikan mereka, ia mengurangi kecepatan langkahnya dan berjalan di belakang Gilang. Gilang yang sedari tadi memperhatikan ponselnya merasa kehilangan ketika tahu Gaby sudah tidak berada di sampingnya lagi. Ia menoleh ke belakang,
"Loh kok kamu di belakang?"
"Gak apa Bang, gak enak diperhatikan orang sekitar."
Setelah keluar dari pintu dan menunggu terbukanya lift, ada beberapa staff yang tadi memperhatikan ikut menanyakan perihal yang terjadi tadi.
"Mas Gilang pacaran ya sama Mbanya?" Tanya Bu Aini.
"Oh belum, Bu. Gaby ini adik kelas saya waktu SMP." Jawab Gilang yang mencoba netral.
Aku hanya melontarkan senyum kepada rombongan ibu-ibu ini yang bakal satu lift juga ketika liftnya terbuka.
"Oh namanya Gaby ya. Cantik banget namanya secantik orangnya." Celetuk ibu Aisah.
"Hehehe terima kasih Bu." Jawabku.
"Mungkin si Mas Raka suka kali sama Mba Gaby makanya kekeh banget merebut Mba untuk pindah ke divisinya." Celetuk Bu Aini lagi.
Gilang yang wajahnya sudah merah padam masih mencoba menahan emosinya yang mungkin saja sudah memuncak hebat.
Untungnya tak lama pintu lift terbuka, dan kami pun memasuki lift tersebut. Selama proses penurunan ini, kami tidak bersuara satu sama lain. Ya bisa dibilang agar pengguna lain dalam lift ini tidak terganggu oleh suara-suara kami.
Setelah sampai di lantai dasar, Gilang langsung menarik tanganku agar segera memisahkan diri dan berjalan lebih cepat dibandingkan rombongan ibu-ibu tadi.
"Bang, pelan-pelan!" Ucapku yang berusaha melepaskan genggaman tangannya.
"Cepat By, biar gak barengan sama mereka lagi!" Perintahnya.
Hingga berjarak lebih dari 200 meter dan memasuki kafe, barulah Gilang melepas genggaman tangannya.
"Sakit ya?" Tanyanya yang baru sadar bahwa genggamannya amat kuat.
"Iya sedikit."
"Maaf ya, gue terpaksa menarik tangan lo agar kita bisa menghindari gosip dan pertanyaan dari ibu-ibu itu." Jelasnya.
"Iya gak apa-apa Bang. Santai aja."
"Ya sudah, lo mau apa? Biar gue sekalian pesan."
"Matcha latte aja."
"Oke sebentar ya By, gue ke kasir dulu."
Gilang berlalu, ia terlihat ikut mengantre untuk memesankan dua gelas minuman.
Aku yang masih menunggu kedatangannya, mengecek ponsel barangkali ada beberapa pesan yang harus ku respon.
Setelah di lihat dari notifikasi, ada beberapa pesan dari orang yang sama alias si pengirim ini melakukan pesan spam kepadaku.
List yang teratas tentu saja Azka.
[By, kok lo masih gak respon pesan gue] 10.00
[By, gue susul aja ke kantor lo ya] 10.05
[Duh tapi gue ada meeting siang ini, nanti sore gue jemput ya calon istriku] 10.45
[Astaga By, kamu lagi ngapain sih? Sibuk banget memangnya?] 11.10
[By........] 11.30
"Wah benar-benar sakit jiwa ini orang." Desisku yang amat jengkel dengan tingkahnya.
List pesan kedua terlihat dari Kania.
[By, gue dengar-dengar katanya lo mau dipindahkan ke divisi gue, ya?] 11.00
[By, ini seantero wilayah gue pada ngomongin lo punya skandal dengan Raka dan Gilang sampai-sampai lo diperebutkan. Lo ada apa dengan mereka?] 11.20
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
kak pii
sepertinya raka ada rasasama gaby🤔
2022-11-19
1