Part 5 Paksaan?

Di sepanjang perjalanan menuju rumah Azka pikiranku benar-benar gak karuan. Aku masih memikirkan kalimat yang diucapkan oleh Gilang tentang Raka.

"Siapakah sih Raka sebenarnya? Kalo di pikir-pikir wajah dia tuh juga gak asing banget di ingatan gue," ucapku sembari menghentakkan setir beberapa kali.

"Hmm apa gue pulang aja ya? Lagian ngapain si Azka undang gue ke rumahnya, tumben banget" gerutuku.

Sebab ini kali pertamanya Azka mengundangku ke rumahnya secara mendadak, terakhir ia mengundangku dan Kania untuk merayakan ulang tahunnya dengan undangan 3 hari sebelum acara, dan baru ini ia mendadak memintaku ke rumahnya.

"Kring.."

Pertanda bunyi pesan masuk.

[By, kamu jadi kesini kan?] 19.05

"Duh, ya sudah deh, sekalian aja mampir sebentar ke rumahnya Azka," tambahku yang masih terus berbicara sendiri di tengah kelap kelipnya gedung pencakar langit khas Jakarta.

Sekitar 15 menit kemudian, aku sampai tepat di halaman rumahnya Azka. Rumah tanpa pagar yang berada di dalam kompleks ini terlihat elit dan paling luas dari sekitarnya, jadi mudah bagiku untuk menemukannya secara cepat.

"By.. Aku kira kamu gak jadi," sahut seorang pria dengan tubuh tingginya yang datang dari dalam rumah mewah tersebut.

"Ya jadi. Tadi lo chat itu gue di jalan, rada ribet harus balas," balasku tengah melepaskan sepatu setengah model boot ini.

"Eh ada anak cantik," terdengar suara perempuan dari dalam rumah yang perlahan mendekat.

Ku angkatkan kepala dan ternyata betul saja maminya Azka baru sampai di Jakarta.

"Eh Tante, kapan pulangnya?" Tanyaku basa basi yang langsung menyodorkan tangan sekedar untuk salaman.

"Baru aja pagi tadi, lalu Azka cerita katanya Gaby mau main kesini. Senang banget deh Mami," balasnya yang langsung menarik tanganku ke ruang tamu di dalam rumah mewah ini.

"Bi…. Bi…. Tolong bawakan minum ya untuk Gaby." Pinta mami Azka.

Azka ikut duduk juga di sebelahku, sementara maminya duduk berhadapan denganku.

"Katanya hari ini pertama kamu kerja ya. Gimana kerjanya, Sayang?" Tanya mami Azka yang selalu senyum sejak tadi menyambutku.

Ini kali keduaku bertemu dengan Mami Azka, sebelumnya hanya bertemu singkat waktu diajak Azka untuk mengantarkan Maminya ke Bandara. Mungkin sudah sekitar 1 tahun yang lalu, dan baru hari ini Maminya kembali ke Indonesia.

"Iya nih Te. Syukurnya lancar maklum masih hari pertama. Belum tahu deh besok gimana hehehe," jawabku sembari tersenyum.

Tak lama Bibi membawakan segelas air minum untukku, mami, dan Azka.

"Minum Non. Ya ampun ini mah cantik banget, Den." Ucap bibi yang terus menatapku.

Aku tersenyum hangat, "Ah Bibi bisa aja haha."

Ia membalas senyumanku dan pamit untuk kembali ke dapur.

"By, Azka sudah cerita banyak sih tentang kamu. Cuma yang buat Mami tergelitik itu ketika dia bilang bahwa kamu selalu menolak untuk jadi pacarnya hahaha," ujar mami spontan sembari tertawa.

Aku bingung harus meresponnya seperti apa, mungkin hanya senyum menyeringai sedikit yang bisa ku tunjukkan. Sementara Azka sangat menunjukkan sikap salah tingkahnya dengan tersenyum malu-malu melirikku.

"Kenapa selalu nolak Azka, Sayang? Coba kasih tau Mami apa yang kurang dari Azka," ucap mami yang seolah sedang mempromosikan anak tunggalnya ini.

"Wajah ada bulenya, kulit putih, mata biru, tubuh tinggi, pekerjaan sudah jelas banget ahli waris satu-satunya. Apa yang kurang, Sayang?" Tambahnya lagi.

Wah perasaanku disitu campur aduk. Justru disini seperti aku sedang berada tengah di sidang dan dipaksa untuk bersama anaknya meski aku telah menolaknya berkali-kali. Respon Azka bagaimana? Ya tentu saja dengan karakternya, ia sangat bangga dan tambah percaya diri akan merebut hatiku.

"Ada satu hal fatal yang gak bisa ku terima dari Azka," ucapku dalam hati.

Aku tersenyum sebagai respon awal atas kalimat iklan tersebut, sembari mencari kalimat yang pas agar aku tidak terus dipaksa seperti ini.

"Apa Gaby sudah di jodohkan dengan orang tuamu?" Tanyanya lagi seolah tak sabar menunggu jawaban dari mulutku akan alasan itu.

"Oh gak kok Tante. Aku memang belum siap untuk pacaran lagi aja," jawabku pelan.

"Wah jangan dong, Sayang. Usia mudamu nikmatin untuk membuka diri kepada orang lain. Azka kan sudah lama banget cinta sama kamu, masa iya kamu terus-terusan menggantung perasaannya," tutur mami.

Aku terpojok. Secara tidak langsung ibunya Azka berkeinginan kuat agar aku bersama anaknya. Sementara anaknya di sampingku terus tersenyum malu dan menunjukkan kemauannya untuk memiliki hubungan denganku, dan tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya sekedar mencegah maminya terus mempromosikan dirinya dan memaksa anak orang lain untuk menjalin hubungan bersama anaknya.

"Iya Tante, mungkin sekarang fokusku karir dulu," responku pelan dengan tersenyum tipis sebagai upaya tetap menghormatinya walaupun dalam diri ini sudah tidak nyaman dan ingin segera pulang.

"Oh ya Tante maaf, aku mau langsung pamit pulang deh. Kapan-kapan aku akan main lagi," ucapku yang sudah tidak tahan akan pojokan ini.

"Loh kok buru-buru?" Tanyanya kaget.

"Iya, aku ada janji dengan mama nih," jawabku lagi dan langsung mencium tangannya. Azka mengantarku sampai ke halaman depan.

"Gaby, jangan tolak cinta gue mulu, dong," ujarnya dengan tersenyum tipis.

Aku yakin semua perempuan di dunia ini akan jatuh cinta pada Azka. Sebab semua yang dikatakan ibunya tadi adalah fakta dan benar. Dari segi fisik dan ekonomi, benar saja ia tak kekurangan satu pun, justru melampaui batas rata-rata kekayaan. Namun, dari sisi sifat dan karakteristik siapa yang akan tahu? Tentu saja orang yang sudah terlalu dekat dengannya akan terlihat jelas seperti apa sosok Azka ini.

****

Sesampaiku di rumah, tampak mobil papa telah terparkir dengan rapi, artinya papa sudah pulang dari perantauannya beberapa hari yang lalu.

"Paaa… Paaa…" Teriakku sembari melangkahkan kaki mencari keberadaan sosok papa yang telah lama tak ku temui.

"Ya Sayang. Kemari, Nak." Ucap papa dari arah ruang makan.

Aku melangkahkan kaki menuju ruang makan, dari jauh sudah tercium banget aroma bumbu nasi goreng khas papa yang sangat autentik.

"Papa……" Aku langsung mencium tangannya dan memeluknya.

"Wah anak Papa katanya udah kerja ya." Balasnya dengan senyum.

"Iya tuh Pa, padahal kemarin masih goleran di kamar, tiba-tiba udah langsung kerja." Jawab mama seolah meledek.

"Ya gak gitu juga konsepnya Ma. Aku juga tes dan bahkan interview, Mama aja yang gak pernah tahu," balasku dengan cemberut.

"Anak cantik Papa gak boleh cemberut gitu, entar pipinya tambah gemas gimana," jawab papa.

"Ayo sini makan bersama," tambahnya yang langsung menarik bangku agar aku bisa duduk di sampingnya.

"Coba cerita sini, hari pertama kerjanya gimana, Nak?" Ucap papa yang ingin tahu detail tentang pekerjaan anaknya dan mama pun tak kalah ingin tahu meski ia tak berucap. Namun jelas banget, dari tatapan matanya ia sangat ingin tahu.

"Paaa… Masa ya mentorku itu kakak kelas SMP, terus ada nih atasannya mentorku dia galak dan jutek banget. Padahal cowok loh, tapi parah banget judesnya Pa," aku sangat semangat untuk menceritakan sosok dua orang aneh yang ku temukan di kantor.

"Siapa aja namanya?" Tanya mama.

"Memangnya kalo aku sebutin, Mama bakal tahu yang mana? Hahaha" Balasku sembari tertawa.

"Ya kan cuma nanya, Kak," responnya melengos.

"Hahaha bercanda Ma, jangan kesal dong. Kakak kelasku dulu namanya Gilang, terus atasan mentorku yang jutek namanya Raka," ucapku sembari melahap suapan nasi goreng ini ke dalam mulutku.

"Raka Raka……." Ucap papa yang seperti mengeja dan terlihat berpikir sosok dibalik nama tersebut.

"Siapa Pa?" Tanya mama yang ingin memastikan kepada papa.

"Kayak gak asing aja namanya," balas papa.

Episodes
1 Part 1 Akhirnya datang juga!
2 Part 2 Salah Sebut!
3 Part 3 Why Gilang??!!
4 Part 4 Tanda Tanya Raka?
5 Part 5 Paksaan?
6 Part 6 Gawat, gue kesiangan!
7 Part 7 Gue benci!
8 Part 8 Lunch Time!
9 Part 9 Semuanya tentang lo, gue tahu!
10 Part 10 Gue salah apa sih, Ka?
11 Part 11 Meeting Perdana dengan Raka!
12 Part 12 Birthday Surprise
13 Part 13 Mysterious Guy
14 Part 14 Kegaduhan Weekend!
15 Part 15 Azka adalah cinta pertama gue!
16 Part 16 Rencana Balas Dendam
17 Part 17 Tiba-Tiba jadi Tim Raka
18 Part 18 Bahan Gosip Kantor
19 Part 19 Lantas, Kriteria Seperti Apa, By?
20 Part 20 Lambe Lo Raka!
21 Part 21 Gosip Kantor!
22 Part 22 Huru Hara Kantor
23 Part 23 Meeting Darurat
24 Part 24 Jemputan tak terduga!
25 Part 25 Azka kenal Raka?
26 Part 26 Kurang Ajar lo!
27 Part 27 Telepon Dadakan!
28 Part 28 Ruangan Khusus
29 Part 29 Peraturan Aneh!!!
30 Part 30 Apa Rencana Raka?
31 Part 31 Penyitaan Tiba-Tiba
32 Part 32 Siapa ini By?
33 Part 33 Tantangan Smith
34 Part 34 Perjanjian Gila!
35 Part 35 Haruskah Azka?
36 Part 36 Tanpa Foto
37 Part 37 Langkah terakhir
38 Part 38 Labil
39 FOR READERS TERSAYANG
40 Part 39 Negosiasi ke Investor
41 Part 40 Bimbang
42 Part 42 Ketemu Azka
43 Part 43 Pertaruhan Harga Diri
44 Part 44 Perdebatan
45 Part 45 Gue harus cari tau!
46 Part 46 Jadi ini Rencana Kalian!
47 Part 47 Tumben
48 Part 48 Pengakuan Raka
49 Part 49 Keraguan Gaby
50 Part 50 Confess?
51 Part 51 Aku bukan Bisnis!
52 Part 52 Jemputan Raka
53 Part 53 Paksaan Azka
54 Part 54 Kedua Kali
55 Part 55 Memohon Restu
56 Part 56 ENDING
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Part 1 Akhirnya datang juga!
2
Part 2 Salah Sebut!
3
Part 3 Why Gilang??!!
4
Part 4 Tanda Tanya Raka?
5
Part 5 Paksaan?
6
Part 6 Gawat, gue kesiangan!
7
Part 7 Gue benci!
8
Part 8 Lunch Time!
9
Part 9 Semuanya tentang lo, gue tahu!
10
Part 10 Gue salah apa sih, Ka?
11
Part 11 Meeting Perdana dengan Raka!
12
Part 12 Birthday Surprise
13
Part 13 Mysterious Guy
14
Part 14 Kegaduhan Weekend!
15
Part 15 Azka adalah cinta pertama gue!
16
Part 16 Rencana Balas Dendam
17
Part 17 Tiba-Tiba jadi Tim Raka
18
Part 18 Bahan Gosip Kantor
19
Part 19 Lantas, Kriteria Seperti Apa, By?
20
Part 20 Lambe Lo Raka!
21
Part 21 Gosip Kantor!
22
Part 22 Huru Hara Kantor
23
Part 23 Meeting Darurat
24
Part 24 Jemputan tak terduga!
25
Part 25 Azka kenal Raka?
26
Part 26 Kurang Ajar lo!
27
Part 27 Telepon Dadakan!
28
Part 28 Ruangan Khusus
29
Part 29 Peraturan Aneh!!!
30
Part 30 Apa Rencana Raka?
31
Part 31 Penyitaan Tiba-Tiba
32
Part 32 Siapa ini By?
33
Part 33 Tantangan Smith
34
Part 34 Perjanjian Gila!
35
Part 35 Haruskah Azka?
36
Part 36 Tanpa Foto
37
Part 37 Langkah terakhir
38
Part 38 Labil
39
FOR READERS TERSAYANG
40
Part 39 Negosiasi ke Investor
41
Part 40 Bimbang
42
Part 42 Ketemu Azka
43
Part 43 Pertaruhan Harga Diri
44
Part 44 Perdebatan
45
Part 45 Gue harus cari tau!
46
Part 46 Jadi ini Rencana Kalian!
47
Part 47 Tumben
48
Part 48 Pengakuan Raka
49
Part 49 Keraguan Gaby
50
Part 50 Confess?
51
Part 51 Aku bukan Bisnis!
52
Part 52 Jemputan Raka
53
Part 53 Paksaan Azka
54
Part 54 Kedua Kali
55
Part 55 Memohon Restu
56
Part 56 ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!