Tepat pukul 05.00 WIB, alarmku berbunyi pertanda sudah seharusnya aku memulai hari baru. Tumben banget juga, tadi malam bisa tidur dengan tenang tanpa berpikiran masalah desakan kerja, kerja, dan kerja baik dari orang tua, saudara, ataupun tetangga yang sangat mengganggu kesehatan mental.
"Good morning dunia, hoam," sapaku sembari meregangkan tangan dan tentu saja mematikan alarm ponsel yang masih terus menyala.
Langkah yang pertama dilakukan tentu saja mengisi daya baterai ponsel, lalu mengambil handuk biru yang sengaja ku gantung di balik pintu, lalu langsung menuju kamar mandi. Mungkin sekitar 25 menit, ku habiskan waktu sendiriku di kamar mandi, walau hanya dengan bermain busa atau berkaca dan senyam senyum sendiri melihat cantiknya wajah ini dengan masa depan yang cemerlang.
"Lo adalah orang yang punya kepercayaan diri tingkat dewa," begitulah kira-kira ungkapan Kania kepadaku. Jelas saja itu adalah aku, sebab aku mencintai diriku lebih dari apapun. Dengan postur tubuhku yang ideal, rambut terurai sebahu lebih dikit, dan lesung pipi membuatku yakin banyak pria yang terpikat kepadaku termasuk Azka yang kini masuk ke dalam drama zona pertemanan.
Setelah ku yakin tubuhku wangi di setiap sisinya, aku mulai keluar kamar mandi untuk memakai baju. Ku pilih baju yang tentu saja sopan tidak seperti aku biasanya yang masih suka pakai celana pendek dengan kemeja yang terbuka 2 kancing dari atas. Sebetulnya bukan maksud untuk umbar diri, tapi memang aku suka melihat tubuhku bisa dikagumi banyak orang.
"Baju oke, celana oke, ponsel sudah di dalam tas, laptop udah, semuanya udah nih. Sempurna. Tolong, hari ini menjadi hari yang terbaik," harapku di depan kaca berdiri. Setelah yakin dengan semua yang ada pada diriku terlebih tampilan modis dan cantik, aku melangkahkan langkah kaki menuju garasi mobil.
"trap, trap, trap..." Langkahku menuruni satu per satu anak tangga.
"Gaby, mau kemana kamu rapi banget," ucap mama yang ternyata sudah ada di depan ruang tamu.
"Ya kerja," jawabku singkat.
"Loh, kerja dimana? Kemarin aja masih bingung mau ngapain, kok hari ini udah kerja aja. Kancingin itu kemeja kamu. Kerja kok gayanya begitu," ucap mama yang sedari pagi sudah menggebu-gebu untuk mengomel.
"Iya, kemarin setelah mama pergi, aku dapat telepon dari HR PT. Oil Clean Energy, ya infonya aku keterima, dan hari ini mau tandatangan kontrak," ucapku sembari menghampiri mama untuk mencium tangannya dan tentu saja mengancingi kemeja yang telah dikritik olehnya.
"Oh yaudah bagus deh kalo gitu. Hati-hati perginya," ucap mama.
Aku berlalu dan langsung menuju parkiran mobil untuk langsung menyalakan dan melaju menuju Menara Indah di daerah Jakarta Selatan.
Sesampai di depan kantor, aku langsung menuju parkiran mobil yang letaknya di basement, dan sialnya mobil benar-benar penuh. Cukup lama aku berputar-putar, untungnya masih punya waktu 45 menit sebelum acara dimulai.
"Duh, ini gue parkir dimana dah. Kok bisa parkiran penuh banget gini sih," ucapku.
Aku putarkan lagi mobil hingga ke gerbang dan ku buka kaca mobil,
"Permisi Pak, parkiran dibawah penuh banget nih. Saya bisa parkir dimana ya?" ucapku kepada seorang pria yang ku pikir satpam area setempat.
"Mbak, saya bukan satpam disini ya. Kalo mau parkir, coba aja ke kanan terus di ujung mentok ada lahan parkir, disitu aja," ucapnya ketus.
"Eh astaga, maaf Mas. Terima kasih infonya ya Mas," ucapku kepadanya. Jujur pada saat itu malu banget. Alasanku bisa berpikir ia adalah satpam sebab satpam di gedung ini berpakaian batik sama seperti pegawai, dan ia berdiri di depan gerbang, ya tentu saja aku akan menyamakan bahwa ia adalah satpam yang sedang bertugas di tempat itu.
Setelah mendapatkan informasi dari Mas X itu, aku langsung menuju lokasi yang ia arahkan. Untungnya, masih ada beberapa space untukku parkirkan mobil miniku ini. Lalu, aku keluar dari mobil dan melihat jarak jalan kaki yang lumayan jauh, sehingga ku putuskan untuk memesan ojek online. Ya walaupun ga jauh jauh banget, tapi sudah cukup membuatku berkeringat, dan aku tidak suka berkeringat kecuali memang agendanya olahraga.
"Duh, kalo gue jalan kejauhan, gue pesen ojek online aja deh," ucapku menggerutu.
Pada saat naik ojek online juga, mas pengendaranya bingung denganku, bahkan ia sampai menyampaikan, "Mbak, ini kan hitungan biayanya per kilometer, sementara jarak dari sini ke menara itu tidak sampai 1 km, apa Mbak gak rugi?" ujarnya yang terheran-heran dengan keputusanku.
Dengan santainya aku menjawab, "soalnya saya buru-buru Mas."
Sesampainya aku di depan lobi, aku langsung mengambil ponsel dan mencoba untuk hubungi Kania.
"Halo By, kenapa lo?" Tanyanya.
"Gue udah di lobi, lo dimana dah?" Ucapku.
"Yaudah tunggu aja disana, gue samperin," balasnya yang langsung menutup teleponku.
Menunggu Kania adalah hal yang menguntungkan bagiku, sebab ia adalah tipe orang yang cepet bukan yang ngaret, mungkin ini juga kelebihan dari dirinya yang bisa ku banggakan haha.
"Ayo buru masuk auditorium," ucapnya sembari menarik tanganku menuju lift.
Kania menekan angka 20 pada sisi lift yang berarti kami akan sampai di ruangan lantai 20.
"Lo kok tau dah kita di lantai 20?" Tanyaku.
"Ya makanya By, baca yang benar itu isi email, bukan langsung dikonfirmasi aja," balasnya meledek.
Pintu lift terbuka, dan tampak banyak orang yang sebaya kami sedang masuk menuju sebuah ruangan gede. Aku dan Kania tentu saja langsung mengikutinya dengan ekspektasi akan banyak juga yang diterima oleh program internship ini.
"Kan, tapi di pemberitahuannya belum ada kan ya lo masuk di divisi apa?" tanyaku penasaran.
"Lo udah ada emangnya?" Tanyanya balik.
"Ya kan gue nanya lo, karena gue gak baca detail haha," ucapku tertawa.
"Hmm, ya ga ada. Ayo cepat sepertinya sudah mau dimulai," desaknya.
Sesampainya di dalam ruangan itu, aku dan Kania langsung duduk, dan melihat di sekeliling ternyata hanya sekitar 20-an orang peserta yang artinya aku beruntung bisa masuk ke perusahaan ini.
Tidak ada wajah-wajah lama yang aku kenal ada disini kecuali Kania, dan.....
Satu wajah yang tadi ku temui di depan gerbang, ya betul, Mas X ada di tengah podium tengah memberikan sambutan.
"Astaga, dia pegawai disini. Kacau nih. Semoga beda lantai biar gue ga ketemu lagi," ucapku menggerutu dalam hati.
Selama ia memberikan pidato, sengaja ku tundukkan wajahku agar ia tak bisa mengenaliku, namun sepertinya semesta punya cara tersendiri.
"Ya biar sama-sama kenal nih, boleh ya kita kenalan masing-masing. Silahkan teman-teman berdiri dan sebutkan nama, asal kampus." Ucap Mas X yang meminta para anak intern memperkenalkan dirinya satu per satu.
"Semoga dia lupa dengan wajahku tolong Tuhan semoga dia lupa," ucapku dalam hati.
"Halo Ibu Bapak dan teman-teman, perkenalkan aku Kania Azizah biasa dipanggil Kania, asal kampus dari Universitas Bangsa," ucap Kania yang berada disebelahku. Artinya sekarang giliranku untuk mengangkat wajah dengan perasaan cemas dan takut, ku coba arahkan kepala tetap menghadapnya namun mataku tidak bertatapan padanya.
"Selamat pagi Bapak, Ibu dan teman-teman. Perkenalkan saya Khairunnisa Gaby Atitah, biasa disapa dengan Gaby, asalnya dari Universitas Bangsa," ucapku dan mengakhirinya dengan senyuman.
"Halo Mbak Gaby, tadi kita sudah sempat bertegur sapa di depan gerbang ya," ucapnya tersenyum sinis.
Deg....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments