"Waduh agak berat nih Bro lagian lo gak bilang dari awal berapa orang yang harus dibawa." Ucap Gilang yang terlihat jelas dari wajahnya ia tidak nyaman atas perlakuan Raka.
"Ya lo gak nanya juga kan kapasitasnya berapa orang." Jawabnya dengan santai tapi amat tajam.
Aku menatap wajah Gilang yang sangat menunjukkan raut wajah kesal pada pria itu. Mungkin kalo tidak ada kami disini sudah dihabisi kali olehnya si pria sok berlagak sebagai penguasa itu.
"Kita keluar dulu yuk." Ajak Gilang yang meminta kami keluar untuk mendiskusikan hal ini.
"Gilang, lo bawa aja dia." Telunjuk Raka mengarah ke arah wajahku.
"Sial!!! Kenapa harus gue??!!" Batinku seolah tidak ingin menerima perintahnya.
Gilang melongo bingung dengan kalimatnya, sebab ia paham bagaimana perasaan anak intern lain diperlakukan demikian.
"Terus kami ngapain, Mas?" Celetuk Alfina yang tanpa terduga bertanya dengan nada datar dan wajah polosnya.
"Kalian ngerjain apa yang bisa dikerjain dong." Jawabnya dengan kalimat yang amat menjengkelkan.
"Tapi belum ada kerjaan apa-apa sih Mas. Atau dari Mas Raka ada yang bisa kami kerjakan?" Tanyanya lagi.
Jujur aku bingung dengan apa yang dipikirkan oleh Alfina, sudah jelas bahwa saat ini ditengah percekcokan, justru ia dengan santai dan tanpa memikirkan situasi bertanya seperti itu. Huft, sepertinya aku sedang merasakan kesal terhadap wanita seumuranku ini.
"Kok gak lo kasih kerjaan, Bro?" Betul saja Raka langsung mengonfirmasi statemen tersebut kepada Gilang.
"Iya, memang belum ada yang mesti mereka kerjain sih. So far yang intinya kan masih gue pegang. Kalo harus kasih ke mereka, gue belum punya banyak waktu untuk jelasin secara sistematis."
"Loh, jadinya mereka ngapain?" Pria dengan rambut klinis itu bertanya namun seolah menginterogasi rekannya sendiri.
"Masih gue minta untuk review dari bahan bacaan aja." Jawab Gilang yang terdengar semakin singkat dalam menanggapi Raka.
"Waduh sayang banget nih sumber dayanya gak dimanfaatkan secara baik. Better lo kasih tugas aja daripada mereka cuma diam dan diminta baca justru sebenarnya malah gak dibaca oleh mereka." Perintah Raka.
Ya sebenarnya ada benarnya apa yang disampaikan oleh Raka. Kami anak intern disini butuh yang namanya pengalaman kerja, namun apabila ternyata tugas yang diberikan hanya baca ya tentu saja bisa dikatakan sebagai waktu yang sia-sia. Namun, aku juga bisa paham apa yang dimaksud oleh Gilang. Ia ingin teman-teman intern paham dulu terkait dasar teknis yang digunakan selama kerja, sehingga apabila melihat data perusahaan sudah tidak bingung atau terlalu banyak pertanyaan. Di tambah lagi, kami bertiga dari bidang rumpun ilmu yang berbeda, sehingga belum tentu juga aku paham tentang divisi ini sampai dengan ke inti pembahasan, dan apa saja yang sudah pernah dilakukan.
Gilang mengabaikan respon yang diberikan oleh Raka. Ia menoleh kepada kami bertiga seolah mengajak untuk keluar dari ruangan ini sebentar.
Ia berjalan melewati pintu ruangan, lalu aku menyusulnya diikuti pula oleh kedua temanku. Sementara Raka? Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang sedang ia kerjakan pasca mengkritik Gilang.
"Guys, sorry banget karena kejadian ini. Jujur, gue juga gak tahu kalo ada ketentuan kapasitasnya, dan gue juga kaget lo, Gaby ditunjuk buat join meetingnya." Ucap Gilang kepada kami yang terdengar nadanya begitu kesal dan dari tatapannya jelas terlihat kasihan kepada kedua temanku.
Aku bingung harus memberikan tanggapan seperti apa sebab kejadian hari ini juga melibatkan diriku. Hanya saja ada sedikit kekhawatiran yang terbesit dalam benak diri yaitu anggapan mereka kepadaku yang mendapatkan keuntungan karena bisa dekat dengan Gilang sebagai pegawai tetap perusahaan ini.
Ya apabila bisa memilih, pasti aku akan pilih tidak ikut meeting bersama Raka. Biarkan Alfina saja yang mewakili dari tim intern. Sebab, aku yakin sekali Raka punya maksud lain dari menunjukku yang tak bisa ku tebak.
"Lalu, apa yang kami bisa kerjakan, Mas?" Tanya Ahmad memastikan pekerjaan selanjutnya dari mas mentor ini.
"Oke, kalian bisa cek link drive yang sudah gue input di dalam deskripsi grup. Dalam folder itu terdapat data-data perusahaan yang menjadi ranah pekerjaan divisi ini. Coba kalian baca, lalu siapkan pertanyaan apabila masih ada kebingungan terkait data tersebut. Setelahnya kita akan diskusikan." Jawab Gilang yang penuh ketegasan.
Alfina dan Ahmad menganggukkan kepala pertanda mereka telah paham dengan apa yang akan dikerjakan. Setelahnya, mereka pamit dan berjalan di sisi koridor kantor menuju meja kerja masing-masing.
"Yuk By." Sapanya yang mengajakku kembali ke dalam ruang meeting Raka.
Setelah sampai di dalam ruang meeting tersebut, Gilang langsung melakukan set up laptopnya ke layar menggunakan infocus. Sementara aku masih berdiri sambil memegang laptop.
"By, duduk aja." Ucap Gilang yang sudah mempersilahkan aku duduk di tengah ruang meeting dengan pemandangan aestetik khas Jakarta.
Setelah semua pengaturan layar telah dilakukan, Gilang mengajak Raka yang sedang sibuk dengan laptopnya untuk kembali bergabung dalam meeting progress ini.
"Mana tim yang lain?" Tegur Gilang kepada Raka yang masih memperhatikan layar laptopnya sembari duduk dengan jarak 2 kursi dariku.
"Barusan mereka konfirmasi ternyata hari ini belum bisa join karena ada dadakan meeting yang dilakukan oleh pusat. Sepertinya meeting dengan mereka bisa dilakukan reschedule." Jawab Raka.
"Yaa kalo gitu mah lebih baik kedua teman gue tadi join dalam meeting ini. Agar tidak terlalu sepi lah dalam proses pemaparan materinya. Terlebih karena adanya Raka yang membuat kecurigaanku sangat tinggi kepadanya." Gumamku dalam hati.
"Oke Bro, lanjutin aja. Oh ya kamu Gaby, tolong buat MoM untuk meeting ini dan jangan sampai ada yang terlewat." perintah Raka.
Aku tidak meresponnya dengan ucapan melainkan dengan anggukan yang menandakan persetujan.
Selama proses presentasi, Gilang sangat lancar menjelaskan poin per poin penting dalam proses perhitungan keekonomian perusahaan.
"Oke, semua sudah detail ya. Paling yang perlu lo pertimbangkan dibiaya akomodasi. Nanti minta aja Gaby buat rencana anggaran khusus akomodasi tim." Raka memberikan respon langsung atas presentasi Gilang.
Aku menganggukkan kepala lagi pertanda sudah paham apa yang selanjutnya akan aku lakukan yaitu membuat rencana anggaran khusus.
"Oh ya sama satu lagi, jangan lupa detail konfirmasi dari pihak ketiga juga dimasukkan dalam presentasi ini, seperti tanggapan mereka pada usulan kita tempo lalu." Tambah Raka yang menyimak secara terperinci konten dari presentasi Gilang.
"Sementara kamu, Gaby. Jangan ada satu kesalahan pun dalam membuat rencananya ya. Termasuk typo sedikit pun karena ini akan dibawa oleh saya kepada direksi. Jangan buat malu saya jika tulisanmu sampai ngawur apalagi typo." Tambah Raka yang memberikan peringatan kepadaku terkait isi drafting.
"Saya minta semua sudah selesai besok pagi, bisa?" Tanyanya sambil melirik ke arahku.
"Butuh berapa case untuk rencana anggarannya, Mas?" Aku memastikan jumlah skenario case sebagai bahan estimasi pada saat proses pembuatan isinya.
"Ya 3 dong. Tahu kan apa aja?" Responnya yang sinis ini membuat aku menyesal telah menanyakan dan mengonfirmasinya.
"Huft kalo gitu mending nanti gue tanya Gilang aja. Gak suka banget liat wajah sinisnya, nyebelin!" Bisikku dalam hati.
"Iya Mas tahu, setelah selesai membuat draft sesuai dengan perintah, saya akan kirimkan dokumen ke pihak internal dulu baru setelahnya ku berikan kepada Mas." Aku merespon statemen songongnya tadi.
"Ya jangan dong, kalo gitu mending Gilang aja yang buat sekalian. Coba deh belajar caranya belajar sendiri biar gak bergantung mulu dengan orang lain." Ujarnya dan masih dengan ucapan yang tajam bak pisau yang baru saja keasah.
Mendengarnya saja sudah amat menjengkelkan, lantas bagaimana aku yang melihat secara langsung ekspresi wajah songongnya? Ingin rasanya tangan ini melayang ke pipinya, namun masih belum bisa karena status lulusan magang dengan standar gaji UMKM di Jakarta.
"Tapi Mas, 3 case dalam waktu kurang dari 24 jam berat juga nih. Apa ada kemungkinan untuk di reschedule pengecekannya?" Aku memastikan kembali terkait dengan jam meeting yang mungkin saja akan dilaksanakan pagi.
"Ya itu bukan urusan saya. Saya maunya besok udah selesai."Tutupnya yang langsung meninggalkan ruangan.
"Kenapa ya orang-orang pada ketus harii ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments