Part 7 Gue benci!

“Kaaa, makasih banyak ya. Lo benar-benar penolong gue banget!” Ucapku sesampai di depan lobi kantor.

“Iya cantik, udah sana gih masuk. Selamat kerja ya!” Jawabnya dengan tersenyum tipis kepadaku.

Aku menuruni mobil Azka dan mulai memasuki area kantor. Sembari berjalan, ku melihat jam dari arloji di tangan kiri ini.

“Sial udah jam 07.35,” gumamku.

Aku langsung berlari menuju lift dan dengan cepat menekan lantai 20 sebagai ruang kerjaku. Untungnya kali ini lift sepi alias hanya aku sendiri.

Lift bergerak menuju atas dengan cepat, dan selang 1 menit, lift ini telah mengantarkanku hingga sampai di lantai kerja. Aku langsung berlari menuju pintu masuk.

“Wah telat ya, Neng,” sapa pak satpam yang sedikit senyum ke arahku.

“Hehe iya Pak, ada kendala tadi di jalan,” responku singkat.

"Silahkan absen dan cek suhu dulu ya, Neng." Balas pak satpam sembari memberikan lembar dokumen absen pegawai.

Setelah selesai absen, aku langsung berjalan menyusuri ruangan agar sampai tepat di mejaku kemarin yang berada persis di sebelah Gilang. Tetapi, belum lagi sampai ke tujuan, aku telah dicegat oleh pria tinggi dengan wajah datar. Ya, ia adalah pria yang memiliki posisi berwenang di ruang kerja.

“Baru juga dua hari kerja udah telat. Ini kamu niat kerja atau gak sih?”

Sapaan pagi yang amat mengesankan untuk pagiku yang berat. Mendengarnya saja inginku langsung mencaci maki dirinya, namun hal itu tak mungkin ku lakukan karena ia adalah atasan yang mempunyai jabatan disini.

“Maaf Mas, saya ada kendala di perjalanan,” jawabku pelan sembari mengatur nafas agar tidak tersulut emosi.

“Banyak alasan dan itu bukan menjadi alasan!” Tegurnya lagi.

Beberapa mata yang sedang mengetik di mejanya terlihat sesekali melirik ke kami. Sebab, ia benar-benar menegurku tepat di tengah ruangan tempat para pekerja sedang menjalankan kewajibannya.

“Ah sial gue dipermalukan ini,” gumamku dalam hati.

“Saya sudah boleh kembali ke meja kerja gak ya, Mas?” Tanyaku yang langsung meminta agar segera diselesaikan saja teguran ini.

“Wah benar-benar ya Anda! Tidak ada sopan santunnya. Atasan lagi marah justru minta izin menghindar. Daripada kamu kerja nih, saran saya mending kamu belajar pentingnya akhlak dan sopan santun sebagai manusia itu gimana,” jawabnya yang masih saja terus memancing emosiku.

Aku menghela nafas.

“Iya, nanti saya belajar. Terima kasih atas sarannya. Saya izin ke meja dulu,” ucapku yang melengos.

Akhirnya langsung saja ku tinggal tanpa peduli dengan responnya setelah kalimat tersebut aku lontarkan. Betul saja, kata per kata yang diucapkan sangat jelas menusuk hati dan pikiran.

Aku mendekati meja yang telah ditentukan oleh Gilang. Dari sini, aku melihat Gilang tengah asik mengenakan earphone yang sepertinya sedang meeting bersama tim lain.

Ia menoleh ke arahku, dan melambaikan tangannya ke arahku sembari tersenyum.

Aku dengan wajah tanpa ekspresi langsung duduk dan mengeluarkan laptop pribadi di atas meja.

Setelah laptop ini menyala, ku buka beberapa folder kemarin yang sudah dikirim oleh Gilang untuk kami baca agar kenal dan paham terkait dokumen perusahaan meskipun hanya sebagai anak intern.

“Ponsel gue mana ya,” batinku yang merogoh kembali tas untuk menemukan ponsel pintarku.

“Ah ini ternyata, pakek nyelip lagi jadinya ya gak kelihatan,” tambahku lagi berbicara sendiri dengan volume yang pelan.

Aku membuka ponsel dan melihat sudah ada puluhan chat grup dari tim Gilang. Aku baca satu per satu isi dari pesan tersebut, dan ternyata saat ini sedang berlangsung meeting bersama tim produksi.

Tanpa berpikir panjang, langsung saja aku join pertemuan tersebut.

“Huh untungnya ini meeting masih berlangsung,” gumamku sambil menghela nafas.

[Maaf Mbak Gaby ini dari divisi mana ya?]

Pesan seseorang atas nama Kia yang tampil pada ruang obrolan aplikasi meeting.

Gilang yang posisinya masih presentasi tiba-tiba langsung menjawab pertanyaan Kia.

“Oh iya disini ada 3 orang anak intern, nah satunya lagi adalah Gaby yang baru bisa join saat ini,” terang Gilang kepada audience.

Aku lega mendengarnya, sebab ia begitu baik sebagai mentor dan juga abang tingkat.

“Oke Gaby, mungkin kamu bisa sapa dulu dan perkenalan diri ke teman-teman meeting,” tegurnya. Dari sebelahku juga ia melirik dan menganggukkan wajah pertanda mengharuskanku untuk menyapa tim produksi.

“Selamat pagi Ibu dan Bapak. Izin perkenalkan saya Khairunnisa Gaby Atitah biasa disapa dengan Gaby dan saat ini sedang bergabung bersama tim Mas Gilang,” ucapku dengan pelan.

“Oke thank you Gaby. Baiklah saya lanjut mempresentasikan future project kita ya Bapak dan Ibu,” ucapnya yang langsung melanjutkan presentasinya melalui beberapa slide ppt yang telah ia siapkan.

***

“Kok lo bisa di tepi jalan gitu? Mobil lo kemana emangnya?” Tanya Gilang yang langsung menarik kursinya agar bisa berada di mejaku.

“Iya tadi gue kesiangan Bang. Terus gue berpikir kalo pakai mobil gak akan keburu, makanya deh gue pesan ojek online. Eh tunya tetap sama aja, pada akhirnya gue pakai mobil juga dengan teman gue,” ucapku yang sepert mengadu kepada kakak tingkat semasa sekolahku ini.

“Astaga besok apa perlu gue bangunin biar lo gak sampe telat, By? Hahaha.” Ia meledekku dengan jelas terlihat dari raut wajahnya.

“Bang……. Malah ngeledek kan,” tanpa sadar wajahku cemberut.

“Jangan cemberut cantik, kan jadinya makin gemas jadi pengen punya,” bisiknya dengan senyum tipis.

“Udah sana ah Bang, entar lo diomelin sama Mas Raka noh,” mataku yang mengarah ke Raka. Sepertinya Raka sedang berdiskusi dengan Ibu-ibu di ujung sana.

“Lo tadi berpapasan dengan dia ya?” Tanya Gilang yang sepertinya gak butuh jawaban karena sudah benar pertanyaannya.

“Ya gak perlu gue jawab harusnya lo udah tau sih hahaha,” ucapku pelan dengan tertawa.

“Dia bilang apa sama lo?”

“Ya gitu gue disuruh belajar akhlak dan sopan santun daripada kerja hahaha,” balasku.

“Gila ya tuh orang benar-benar dah,” justru Gilang ke mejaku hanya untuk menggosipkan Raka yang sedang berada di ujung sana.

“Udah lo gak usah baper ya. Dia emang aneh orangnya. Intinya lo jangan pernah deh berurusan sama dia,” ucap Gilang memberi peringatan keras kepadaku agar mengurangi interaksi dengan Raka yang katanya adalah sosok aneh nan misterius.

“Gue gak baper cuma emosi aja. Rasanya pengen gue tampar tuh mulut enteng banget bisa menilai orang begitu,” jawabku dengan nada yang menunjukkan emosi.

“Eh jangan gue juga yang dimarahin dong haha.”

“Bang, mending lo sana dah, dia kayaknya tadi melirik ke arah kita.” Aku mendorong kursi Gilang agar kembali ke mejanya. Ia melihatku kaget karena punya kekuatan untuk mengembalikan posisinya hanya dengan dorongan dari tangan.

“Cantik-cantik tapi perkasa juga ya lo hahaha,” ucapnya.

Mataku melirik singkat ke arah pergerakan Raka yang memang benar ia seperti menuju ke arah meja kami. Gilang membalas lirikanku dengan anggukan dari wajahnya. Lalu ia pura-pura kembali melihat laptopnya, dan aku kembali untuk baca beberapa referensi yang sudah ia berikan.

“Bro, nanti kita meeting offline aja ya di ruang meeting 1.3.”

Aku mendengar ucapan Raka kepada Gilang terkait meeting.

“Hua syukurlah kirain dia tau kalo barusan kami sedang membicarakannya dari sini,” gumamku dalam hati.

“Oke boleh. Gue ajak anak intern juga ya biar mereka merasakan vibes meeting kantor secara offline gimana,” balas Gilang.

“Terserah lo, tapi pastikan bawa anak intern yang punya kualitas ya bukan cuma sibuk dandan,” jawabnya lagi.

Kali ini aku benar-benar merasa kalimat yang ia tuju untuk diriku. Emosi yang tadinya udah redup, dengan sengaja ia bangkitkan lagi hingga sampai ke atmosfer.

“Jaga tuh mulut, udah dari tadi gue kasih kesabaran malah melunjak. Jangan mentang-mentang lo punya kuasa disini, dan status gue cuma intern jadinya lo bisa semenah-menah dengan gue.”

Episodes
1 Part 1 Akhirnya datang juga!
2 Part 2 Salah Sebut!
3 Part 3 Why Gilang??!!
4 Part 4 Tanda Tanya Raka?
5 Part 5 Paksaan?
6 Part 6 Gawat, gue kesiangan!
7 Part 7 Gue benci!
8 Part 8 Lunch Time!
9 Part 9 Semuanya tentang lo, gue tahu!
10 Part 10 Gue salah apa sih, Ka?
11 Part 11 Meeting Perdana dengan Raka!
12 Part 12 Birthday Surprise
13 Part 13 Mysterious Guy
14 Part 14 Kegaduhan Weekend!
15 Part 15 Azka adalah cinta pertama gue!
16 Part 16 Rencana Balas Dendam
17 Part 17 Tiba-Tiba jadi Tim Raka
18 Part 18 Bahan Gosip Kantor
19 Part 19 Lantas, Kriteria Seperti Apa, By?
20 Part 20 Lambe Lo Raka!
21 Part 21 Gosip Kantor!
22 Part 22 Huru Hara Kantor
23 Part 23 Meeting Darurat
24 Part 24 Jemputan tak terduga!
25 Part 25 Azka kenal Raka?
26 Part 26 Kurang Ajar lo!
27 Part 27 Telepon Dadakan!
28 Part 28 Ruangan Khusus
29 Part 29 Peraturan Aneh!!!
30 Part 30 Apa Rencana Raka?
31 Part 31 Penyitaan Tiba-Tiba
32 Part 32 Siapa ini By?
33 Part 33 Tantangan Smith
34 Part 34 Perjanjian Gila!
35 Part 35 Haruskah Azka?
36 Part 36 Tanpa Foto
37 Part 37 Langkah terakhir
38 Part 38 Labil
39 FOR READERS TERSAYANG
40 Part 39 Negosiasi ke Investor
41 Part 40 Bimbang
42 Part 42 Ketemu Azka
43 Part 43 Pertaruhan Harga Diri
44 Part 44 Perdebatan
45 Part 45 Gue harus cari tau!
46 Part 46 Jadi ini Rencana Kalian!
47 Part 47 Tumben
48 Part 48 Pengakuan Raka
49 Part 49 Keraguan Gaby
50 Part 50 Confess?
51 Part 51 Aku bukan Bisnis!
52 Part 52 Jemputan Raka
53 Part 53 Paksaan Azka
54 Part 54 Kedua Kali
55 Part 55 Memohon Restu
56 Part 56 ENDING
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Part 1 Akhirnya datang juga!
2
Part 2 Salah Sebut!
3
Part 3 Why Gilang??!!
4
Part 4 Tanda Tanya Raka?
5
Part 5 Paksaan?
6
Part 6 Gawat, gue kesiangan!
7
Part 7 Gue benci!
8
Part 8 Lunch Time!
9
Part 9 Semuanya tentang lo, gue tahu!
10
Part 10 Gue salah apa sih, Ka?
11
Part 11 Meeting Perdana dengan Raka!
12
Part 12 Birthday Surprise
13
Part 13 Mysterious Guy
14
Part 14 Kegaduhan Weekend!
15
Part 15 Azka adalah cinta pertama gue!
16
Part 16 Rencana Balas Dendam
17
Part 17 Tiba-Tiba jadi Tim Raka
18
Part 18 Bahan Gosip Kantor
19
Part 19 Lantas, Kriteria Seperti Apa, By?
20
Part 20 Lambe Lo Raka!
21
Part 21 Gosip Kantor!
22
Part 22 Huru Hara Kantor
23
Part 23 Meeting Darurat
24
Part 24 Jemputan tak terduga!
25
Part 25 Azka kenal Raka?
26
Part 26 Kurang Ajar lo!
27
Part 27 Telepon Dadakan!
28
Part 28 Ruangan Khusus
29
Part 29 Peraturan Aneh!!!
30
Part 30 Apa Rencana Raka?
31
Part 31 Penyitaan Tiba-Tiba
32
Part 32 Siapa ini By?
33
Part 33 Tantangan Smith
34
Part 34 Perjanjian Gila!
35
Part 35 Haruskah Azka?
36
Part 36 Tanpa Foto
37
Part 37 Langkah terakhir
38
Part 38 Labil
39
FOR READERS TERSAYANG
40
Part 39 Negosiasi ke Investor
41
Part 40 Bimbang
42
Part 42 Ketemu Azka
43
Part 43 Pertaruhan Harga Diri
44
Part 44 Perdebatan
45
Part 45 Gue harus cari tau!
46
Part 46 Jadi ini Rencana Kalian!
47
Part 47 Tumben
48
Part 48 Pengakuan Raka
49
Part 49 Keraguan Gaby
50
Part 50 Confess?
51
Part 51 Aku bukan Bisnis!
52
Part 52 Jemputan Raka
53
Part 53 Paksaan Azka
54
Part 54 Kedua Kali
55
Part 55 Memohon Restu
56
Part 56 ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!