Merasa jika Zayd menyembunyikan sesuatu, maka beliau segera mengambil langkah untuk mendekati putranya itu. Ketika Umi mendengar percakapan mereka tentu saja membuatnya harus bersembunyi dibalik dinding dapur. Terlihat jika sesekali beliau harus mengintip ke arah sumber suara.
"Nggak ada yang perlu di curigai sih, interaksi mereka masih dalam batas wajar seperti yang lainnya. Akan tetapi ada sesuatu hal yang ingin aku ketahui di sini! Aku harus menyelidikinya!" ucap Umi bersemangat.
Benar saja sesaat ketika Zayd ingin berbalik, saat Aletta sedang memblender bumbu tiba-tiba perutnya bergejolak. Rasa mualnya begitu menyiksa hingga akhirnya ia berlari ke kamar mandi dan meninggalkan Zayd sendirian.
Zayd hanya melongo ketika melihat istri kecilnya itu berlari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Ia sepertinya lupa akan ucapan dari dokter Richard tentang apa yang harus dilakukan selama kehamilan Aletta berada di tri semester pertama.
Sementara itu di kamar mandi, Aletta tampak sangat letih setelah beberapa kali mengelurkan cairan dari dalam perutnya.
"Kenapa dia datang di saat yang tidak tepat?" gumam Aletta sambil mengusap perutnya yang masih terasa sakit.
Lagi dan lagi bukannya makanan atau air yang keluar dari dalam perutnya. Melainkan sebuah cairan berwarna agak kekuningan. Kebetulan Umi yang melihat Aletta berlari ke kamar mandi segera menyusulnya.
Umi yang hafal dengan kondisi orang hamil segera menghampiri dan memijat tengkuk Aletta dengan lembut. Suasana itu menjadi lain ketika Aletta menoleh ke arah Umi. Menyadari jika ibu mertuanya yang membantunya kali ini, ada rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya.
"Kamu sedang hamil muda, Nak. Sebaiknya menghindari pemicu mual agar kamu tidak semakin tersiksa dengan gejala di awal kehamilan."
Tidak berani menjawab ucapan dari Umi, Aletta lebih memilih untuk hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan. Saat menyadari jika mungkin Aletta mengamali morning sickness, Zayd segera menyusulnya ke kamar mandi.
Langkah Zayd awalnya terlihat bersemangat, akan tetapi hal itu berubah ketika melihat Aletta bersama uminya. Zayd yang terlambat datang seketika membeku di depan pintu memandangi semua interaksi yang terjadi antara Umi dan Aletta.
"Apakah jika yang mual dan muntah itu Syafea, Umi akan begitu perhatian padanya atau tidak, karena anak yang dikandung Aletta saat ini adalah calon cucunya."
Pemikiran Zayd yang terlalu jauh membuatnya tidak bisa langsung mengetahui semua gejala yang dialami oleh ibu hamil. Di tambah lagi ini asleal2
Umi pun menoleh ke arah Zayd. Mencoba memanggil dan meminta bantuan Zayd untuk membawanya ke sofa untuk diberikan ramuan kesehatan agar Aletta dan aguhnga
"Asisten rumah tanggamu sedang hamil muda, Zayd. Kenapa kau masih membiarkan dirinya bekerja?"
"I-itu ... Umi ...." seketika suara Zayd tercekat di tenggorokan ketika ia akan mengucap sebuah kebohongan.
Tidak terbiasa berbohong membuat Zayd menjadi salah tingkah sedari tadi. Bagaimana bisa ia membohongi tentang status Aletta. Sedangkan setelah ini Aletta harus mendapatkan semua perhatian darinya dengan skala prioritas.
"Cepat bantuin, Zayd. Kenapa kau diam saja?"
"Bukan muhrim, Umi!" ucap Zayd beralibi.
Sontak saja kedua mata Aletta membulat lebar. Pada kenyataannya saat ini ia adalah istri siri dari Zayd. dudukan
Umi memapah tubuh Aletta dengan penuh kasih sayang. Membawanya duduk di sofa panjang yang berada tidak jauh dari dapur.
"Zayd, apa kau tidak mempunyai peralatan P3K?"
"Punya, Umi ... tunggu sebentar.
Merasa kesal karena putranya hanya mematung, Umi segera memanggilnya dan membuatkan sebuah perintah kepadanya.
"Zayd, untuk apa kau mematung di situ? Selesaikan masakan Aletta, apa hidungmu tidak peka dengan bau masakan yang gosong ini?"
Setelah mendapatkan peringatan saat ini dari Umi, Zayd baru bergegas pergi kembali ke dapur.
"Oh, iya. Aku lupa Umi."
Kakak siap pergi ke dapur untuk memeriksa makanan yang berada di sana. sejujurnya zat lupa jika ada rasa ini tidak memasak karena tadi yang menyelesaikan semua masakan adalah Aletta dan ia hanya pembantu dalam mencuci atau memotong sayuran saja.
Kebetulan saat mereka mulai membuat adonan bakwan, rasa mual perlahan menggelayutinya hingga membuat Aletta lebih memilih untuk pergi ke kamar mandi dan memuntahkan apa yang ada di perutnya.
"Gara-gara hal tadi makanan yang seharusnya sudah siap kini justru malah gosong dan tidak bisa dimakan. Kalau begini bukankah katanya sebuah pemborosan makanan. Jika tidak ada Umi di sini, sudah bisa dipastikan Aletta akan dirinya akan baik-baik saja.
"Kenapa sikap ayah dan anak sama saja!" ucap Umi sambil menggelengkan kepalanya.
Ada banyak hal yang membuat Zayd seketika menjadi lemas. Zayd begitu takut jika Umi sampai mengetahui perbuatannya dengan Syafea. Hal itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan baik. Otaknya seketika membeku, hingga ia bingung dengan apa yang harus dilakukan saat ini.
Kesadarannya kembali ketika melihat kobaran api di atas kompor. Buru-buru Zayd mematikan kompor tersebut. Namun, hasil masakan yang sudah dipersiapkan Aletta menjadi gosong.
Mencium bau masakan yang gosong membuat Umi berjalan menuju dapur. Dalam sekejap beliau sudah mendekati putranya tersebut.
"Jika kamu tidak bisa memasak, sebaiknya kamu temani saja Aletta, biar Umi yang meneruskan membuat masakan."
Zayd menoleh ke arah Uminya, "Aku yakin jika Umi pasti capek. Sebaiknya kita makan di luar saja daripada membuat Umi semakin kecapean."
Umi mendorong tubuh Zayd sejenak, "Kamu ini, sukanya membuang-buang uang saja. Bukanlah lebih hemat dan sehat jika kita memasak makanan sendiri?"
Tanpa menunggu persetujuan dari Zayd, Umi terlihat menyisingkan lengan baju gamisnya dan memasangkan celemek di tubuhnya. Sesaat kemudian ia bergerak lincah memainkan tangannya di dapur.
Sama seperti Aletta ketika memasak, tidak membutuhkan waktu yang lama kini berbagai masakan tersaji di atas meja makan. Zayd hanya melongo melihat ibunya membereskan semua kekacauan yang diperbuat olehnya tadi.
Ketika menoleh, Umi menepuk jidatnya karena putranya sama sekali tidak bergerak.
"Jadi sejak kapan kau berdiri di situ? Bukankah Umi memintamu untuk menemani Aletta? Kenapa justru diam seperti patung?"
Bagaimana Umi tidak jengkel ketika melihat putranya diam seperti itu.
Jika boleh memilih sudah pasti Zayd akan bersembunyi di lubang semut daripada harus berada di situasi yang pelik seperti ini.
Melihat keadaan Aletta yang sudah baik-baik saja, kini Umi mengajaknya untuk makan bersama. Tentu saja ia merasa sungkan karena dirinya berdiam diri, sementara tamunya yang justru memasak untuk dirinya.
"Tidak usah Umi, silakan Umi dan yang lainnya saja yang makan. Saya masih merasa tidak nyaman. Biasanya hanya minum susu sama memakan sedikit camilan di sana."
"Tapi ibu hamil harus banyak makan buah dan daging. Agar kandunganya semakin tumbuh sehat dan baik."
"I-iya, Umi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
nanti jg pasti ketahuan kalau Aletta tuh istrinya zayd
2022-12-04
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
masih rumit ya mau jujur takut disembunyikan tetap bakalan ketahuan 🤭
2022-12-03
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
kalo umi tau status kalian bagaimana reaksinya yah🤔🤔🤔🤔🤔
2022-12-01
1