Tangan Aletta masih bergetar ketika sebuah cek berisikan nominal uang lima miliar berada di atas tangannya. Ia tidak menyangka jika wanita di depannya itu benar-benar memberikan uang sebanyak itu meskipun ia belum melakukan tugasnya.
"Kenapa lagi? Jangan-jangan kau bingung bagaimana cara mencairkan cek itu?" ucap Syafea sambil mencibir ke arah Aletta.
Maklum saja Aletta masih berusia delapan belas tahun dan tidak mengenal dunia luar secara luas. Hidupnya dihabiskan dengan bekerja keras dan sekolah.
Terlihat sekali jika Aletta kebingungan, tentu saja ia segera mengangguk saat mendengar penjelasan dari Syafea. Hingga akhirnya disambut tawa renyah dari Syafea.
Ucapan dari Syafea memang terkesan merendahkan kedudukan Aletta. Namun, jujur ia memang belum pernah melihat cek dengan nominal yang sangat besar seperti itu.
"Biarkan saja dia menikmati uangnya itu, Sayang. Besok kita kembali lagi ke sini untuk melangsungkan ijab qobul."
Tentu saja Aletta terkejut dengan apa yang baru saja terdengar. Sementara itu Zayd sama sekali tidak bereaksi ketika melihat istrinya melakukan semua rencana gila itu.
"Lakukan semua yang kamu suka, asal kamu bahagia dan tidak meninggalkan aku itu sudah lebih dari cukup," batin Zayd dengan tatapan dinginnya.
Cinta untuk Syafea telah membuat hati dan pikiran Zayd mati. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari kebahagiaan Syafea di dunia ini. Oleh karena itulah Ibunda Zayd, Umi Maryam sangat tidak suka dengan menantunya Syafea.
"Jangan mengambil resiko dengan menikahi Syafea, Nak. Masih banyak wanita mulia yang cocok menjadi pendampingmu."
"Umi, maaf ... rasa cintaku pada Syafe jauh lebih besar dibandingkan dengan apapun saat ini. Dari dulu wanita yang aku cintai hanya Syafea."
"Terserah, pesan umi hanya satu, "Jadilah imam untuk istrimu, agar kalian bisa bersama satu tujuan menuju surga Allah."
Berulang kali Umi Maryam mengingatkan Zayd, tetapi hal itu sama sekali tidak diindahkan olehnya. Justru Syafea semakin membuat Zayd cinta mati dan tunduk pada semua ucapannya.
Syafea suka sekali membalikkan keadaan. Jika ia menginginkan A maka yang harus terjadi juga A, tidak boleh ada B dan C.
Tidak berapa lama kemudian Shafea datang kehadapan Aletta yang masih tenggelam dalam pemikirannya. Ia justru meletakkan sebuah map berisikan kontrak kerja di antara mereka ke hadapan Aletta.
"Di sini semuanya tertulis jelas. Sebuah perjanjian antara dirimu dengan kami. Jika kamu sampai melanggar isi perjanjian tersebut, maka ada harga yang harus dibayar atas semua kesalahan sekecil apapun. Aku harap kamu bisa membacanya dengan teliti jika ada yang tidak kamu ketahui segera tanyakan kepadaku, mengerti!"
Aletta terlihat mengangguk pasrah. Meskipun hatinya masih ragu, ia mencoba mengambil map di hadapannya tersebut dan membaca dengan teliti. Dalam tiap poin yang tertulis di atas kertas tersebut sebenarnya tidak ada yang memberatkan Aletta, justru semua keuntungan tercurah untuk Aletta.
"Jika bukan karena penyakit Ayah, mungkin aku tidak akan seperti ini dan berada di hadapan kedua pasangan gila ini. Namun, tidak ada cara lain untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu yang singkat."
Aletta masih berbicara dengan hati nuraninya sendiri. Keputusan kali ini merupakan sebuah awal dari kehidupan baru yang tidak pernah terpikirkan oleh Aletta.
Aletta melihat jam dinding yang terus berputar. Semakin lama ia mengulur waktu, itu berarti dia juga mempertaruhkan nyawa Ayah kandungnya sendiri.
"Bagaimana?"
"Saya setuju!"
Syafea tersenyum manis, lalu ia menoleh ke arah suaminya dan segera merangkulnya agar bisa cepat menyelesaikan masalah rumit itu. Langkah kaki Zayd terasa berat.
Ketika ia menandatangani kontrak perjanjian itu, sama saja ia memiliki tanggung jawab baru terhadap istri mudanya, Aletta. Namun nasi sudah menjadi bubur, ketiga orang itu sudah menandatangani surat kontrak.
Bahkan ketiganya sudah saling bersalaman satu sama lain. Jari mungil milik Aletta membuat sebuah getaran lain di dalam hati Zayd. Ia seperti pedofil yang sengaja merenggut paksa kebebasan anak remaja.
Lamunan Zayd terhenti ketika Syafea menarik tangan suaminya dari tangan Aletta.
"Deal, kerja sama kita mulai besok! Ingat besok pagi tepat pukul delapan pagi aku akan menjemputmu!"
"Ba-baik, Tante."
Sontak saja Syafea menoleh ke arah Aletta.
"Sayang, setelah kau menjadi istri siri dari Mas Zayd kau tidak boleh memanggilku dengan sebutan Tante, melainkan Mbak Syafea, mengerti!"
Tampak sekali tekanan nada dari ucapan Syafea seolah menghakimi Aletta.
"Aku bisa apa, jika dia sudah berkehendak!" ucap Aletta sambil memeluk salinan surat kontrak kerjanya barusan.
Ia mengusap kristal bening yang tiba-tiba saja menganak sungai di kedua pipinya. Ingin sekali ia menumpahkan kesedihannya pada seseorang tetapi ia hanyalah gadis piatu. Langkah kaki kecil Aletta mengantarkan dirinya ke ruang administrasi dan membayar lunas biaya operasi ayahnya.
"Baik, terima kasih gadis kecil. Kamu sudah menjadi anak yang berbakti untuk ayahmu."
Lengkungan senyum Aletta tersungging setengah. Meskipun terasa berat ia hanya memiliki satu pilihan, yaitu menjadi istri kedua seorang lelaki kaya raya.
Sesuai dengan kesepakatan, operasi akan dilaksanakan besok pagi. Sedangkan Aletta sudah dirias sedemikian rupa oleh make up artist yang dipesan oleh Syafea.
Pagi itu juga Aletta didampingi oleh Syafea menuju tempat berlangsungnya akad nikah antara dirinya dengan Zayd Abdullah. Riasan yang natural mampu mengubah wajah Aletta sedikit lebih dewasa daripada umurnya.
Hingga tanpa ia sadari mampu membuat tatapan Zayd Abdullah berpaling dari istrinya untuk pertama kali. Zayd terpesona kecantikan Aletta, gadis remaja yang akan menjadi istrinya beberapa saat lagi.
Keempat orang itu sudah bersiap untuk melakukan ijab qobul. Kedua mempelai juga sudah duduk berdampingan. Hingga beberapa saat kemudian Zayd mengucapkan qabul untuk Aletta.
Dalam satu tarikan nafas Zayd mampu mengucapkan qabul dengan lancar. Hingga setelahnya Zayd menyematkan sebuah cincin di jari manis Aletta sebagai tanda pernikahan mereka sudah terjadi.
Seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah, Aletta mencium tangan suaminya begitu pula dengan Zayd yang mencium kening Aletta.
Tanpa sadar Zayd berdoa untuk kebaikan pernikahan ini. Sambil mengusap kening istrinya
ia berdoa, “Allahumma baarikli fi ahli wa baarik li-ahli fiyya warzuqhum minni warzuqniy minhum.” Yang artinya: “Ya Allah ya Tuhan, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku.
Syafea yang tidak melihat dengan teliti justru sibuk melihat ponselnya. Ia sudah mempersiapkan tiket untuk keberangkatan mereka ke luar negeri.
Sementara itu sebuah kristal bening mengalir dari sudut mata Aletta. Tidak mau seorang pun melihat hal itu ia buru-buru menghapusnya.
"Maafkan aku Ayah, Ibu. Semoga dengan hal ini aku tidak menyakiti hati kalian."
Dengan pernikahan dadakan ini, Zayd secara tidak sadar justru telah menanggung sebuah tanggung jawab baru.
"Saat seorang pria mengatakan 'saya terima' dalam sebuah akad pernikahan, maka itu berarti ia mengatakan 'bahwa saya menerima tanggung jawab untuk melayani, mencintai, dan melindunginya'."
Bagaimana kelanjutan kisah ini? Terus ikuti kisah Aletta, Zayd dan Syafea, ya. Makasih banyak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dewi Sri
Bukan menghakimi,lebih tepat mengintimidasi
2023-03-02
2
💞🅒🅗🅐🅝🅣🅘🅚༊⃝𖥯
aku mampir thor
2022-12-09
1
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
cinta mengalah kan segalanya
semoga menjadi keluarga yang samawa
2022-11-26
1