Wanita berhak pendapatkan pendidikan, pengajaran, kedudukan dalam pahala sepadan dengan pria, bahkan wanita mendapat perlindungan dalam syariat, dan fitrahnya terjaga.
Wanita itu mulia dan dimuliakan. Perempuan atau wanita merupakan makhluk Allah yang memiliki banyak keistimewaan. Perempuan akan menjadi seorang istri dan seorang ibu yang sangat dimuliakan perannya di dalam kehidupan.
Sebagai seorang istri fitrahnya adalah menjaga aurat dan kehormatan suami. Cara bersikap yang santun, bertutur kata lembut dan melakukan kewajiban pada suami dengan ikhlas akan membuat wanita itu tidak ternilai harganya dan menjadi ladang pahala untuknya kelak.
Seorang istri wajib menjaga kehormatan diri dari segala keburukan terutama itu mendekati zina. Termasuk juga larangan berhias yang berlebihan saat keluar rumah, bercanda berlebihan dengan kawan atau rekan kerja laki-laki, keluar rumah untuk tujuan yang tidak terlalu penting, apalagi di malam hari.
Menjaga kehormatan adalah sikap yang dapat menjaga seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa, baik yang dilakukan oleh tangan, lisan atau ke-ma-lu-annya. Termasuk di dalamnya, meninggalkan hal-hal yang mungkar, untuk melindungi diri dari hal-hal yang tidak pantas, atau berlebih-lebihan.
Namun, yang dilakukan Syafea seolah mencoreng nama baik suaminya sendiri Zayd Abdullah. Ia memang keluar rumah dan meminta ijin dari Zayd, tetapi sayang apa yang diucapkan dan tindakan yang dilakukan olehnya justru di luar batas.
Syafea benar-benar melakukan semua hal yang dilarang oleh agama. Meksipun semua itu dilakukan secara sembunyi, tetapi sepandai-pandainya bangkai yang disembunyikan tetap akan tercium juga.
...PRANG...
Bunyi pecahan kaca yang terjatuh membuat konsentrasi Zayd terpecah. Sebuah foto pernikahan antara dirinya dan Syafea tiba-tiba saja terjatuh, tepat di hadapan Zayd yang sedang bekerja. Sontak Zayd menurunkan kaca matanya dan melihat kenapa foto tersebut bisa terjatuh.
"Pertanda apa ini?"
Aletta yang kebetulan dalam perjalanan menuju ke ruang kerja Zayd mempercepat langkahnya hingga seperti setengah berlari ketika mendengar bunyi tersebut. Tentu saja bunyi yang nyaring itu membuat Aletta khawatir dengan keadaan Zayd.
Tangan Aletta terulur untuk membuka knop pintu. Zayd sempat melihat kedatangan Aletta sekilas, hingga ia menegurnya.
"Kenapa kau ke sini?"
Teguran dari Zayd membuat Aletta terdiam terpaku. Sorot mata keduanya saling bertemu satu sama lain untuk sesaat. Aletta yang ketakutan, segera menundukkan pandangan untuk memutus kontak mata dengan Zayd.
"Maaf, saya hanya ingin mengantarkan teh hijau ini untuk, Tuan."
Aletta melangkahkan kakinya ke meja kerja Zayd dan meletakkan teh hijau itu baru setelahnya ia melangkah pergi. Tidak lupa Aletta menutup pintu dan meminta maaf karena telah mengganggu Zayd.
"Maaf, jika kedatangan saya sempat mengganggu pekerjaan Anda, Tuan."
Zayd memijat pangkal hidungnya. Mencoba mengurangi rasa bersalah yang bersarang di dalam dirinya. Entah kenapa hatinya merasa tidak nyaman. Apalagi karena sikap perhatian kepada Syafea terlalu berlebihan sementara untuk Aletta hanya sebuah keegoisan tanpa rasa cinta.
"Ada apa ini, apakah ada sesuatu hal yang membahayakan jiwa Syafea? Kenapa jam segini ia belum juga kembali?"
Dipandanginya pintu kamar yang baru saja tersentuh tangan Aletta. Bayangan teduh wajah Aletta sungguh membuat hati Zayd tenang.
Di sisi lain, Zayd merasa ingin menyusul Syafea, tetapi keberadaan istrinya saja ia juga tidak tahu. Sehingga hanya pikiran buruk yang menghiasi isi kepala Zayd.
"Sial, seharusnya aku tidak membiarkan Syafea pergi jika saat ini justru kekhawatiran yang menguasai hatiku saat ini."
Zayd tidak bisa berbuat banyak karena ponsel Syafea tidak aktif. Belum lagi pesan yang sedari tadi dikirim olehnya dua jam yang lalu sama sekali belum dilihat Syafea.
Bagaimana bisa aktif jika saat ini Syafea sedang berada di dalam satu selimut dengan seorang lelaki yang bukan muhrimnya. Bahkan keduanya terlihat kelelahan karena aktifitas panas yang beberapa jam lalu mereka lakukan.
Syafea benar-benar haus akan popularitas. Sedari dulu Zayd hanyalah penghalang bagi karir emasnya. Sehingga tanpa Zayd sadari, ia menyimpan kesedihannya seorang diri.
Akan tetapi kesalahan terbesarnya adalah menghianati cinta tulus Zayd. Lelaki yang dulu sempat ia sanjung dan didewakan olehnya kini justru diinjak harga dirinya.
Tidak ada rasa penyesalan di dalam hati Syafea. Ia bahkan tidak takut dengan penyakit yang akan dia alami karena berganti pasangan. Sementara itu hanya demi sebuah anak, Syafea lebih memilih meminjam rahim Aletta, seorang gadis yang telah dibeli oleh Syafea atas nama cinta pada suaminya Zayd Abdullah.
Aroma teh hijau yang diberikan oleh Aletta membuat Zayd tergelitik untuk mencobanya. Tidak berapa lama kemudian Aletta mendudukan dirinya di atas sofa ruang keluarga.
"Orang kaya terlalu aneh-aneh!" Mulut Aletta merutuki sikapnya yang mencoba mencari perhatian pada Zayd.
Padahal wajar jika ia perhatian, karena sedari kecil Aletta terbiasa hidup berdua bersama sang ayah. Kini Aletta mungkin menganggap Zayd sosok kakak laki-laki di dalam hidupnya.
Hanya saja sepertinya takdir membawa kisah mereka menjadi rumit. Terpisah oleh sebuah surat kontrak kerja selama satu tahun.
Aletta memukul kepalanya, "Aletta, kenapa kamu justru melupakan tujuan utama kamu untuk menanyakan bagaimana dengan pendidikan selama kamu di sini. Bukankah seharusnya kamu berada di sekolah saat ini?"
Bibir Aletta mengerucut ke depan, bulu-bulu matanya yang lentik bergerak-gerak lucu ke sana-kemari. Keadaan itu akan terus berlangsung ketika Aletta merasa kebingungan. Bagi siapa saja yang melihat hal itu sudah pasti akan semakin gemas akan tingkahnya.
Kini ia berpindah ke depan kaca rias. Aletta melihat pantulan dirinya di depan cermin. Melihat bagaimana jika hari itu ia tidak berada di bagian administrasi, sudah pasti hari ini Aletta tidak berada di sini.
"Sayang, semuanya sudah terlambat!"
Sepertinya semua yang dilakukan olehnya tidak ada yang benar.
"Kenapa kamu tidak belajar merajut saja, mungkin hal itu bisa mengurangi rasa bosanmu ketika berada di rumah asing ini."
Tangan Aletta mengambil ponsel yang beberapa hari yang lalu diberikan oleh Syafea. Ia mencoba melihat video tutorial tentang merajut.
"Bagaimana jika Tuan Zayd tidak mengijinkan aku untuk mempelajari teknik dasar merajut?"
"Sudahlah, sebaiknya aku tidak terlalu banyak berpikir."
Saat melihat kalender ia baru teringat jika empat hari lagi adalah masa datang bulan untuk Aletta. Pantas aja saat ini lonjakan emosi di dalam hati Aletta tidak terkontrol.
Ia tersenyum sendiri lalu segera memainkan kembali ponsel yang berada di tangannya. Mencoba mencari sesuatu yang menarik untuk dilakukan.
Akhirnya Aletta menemukan sebuah aplikasi yang berisi tentang buku novel. Tangannya yang lincah segera membuka aplikasi itu lalu membaca karya yang menarik untuknya, "Istriku, Penutup Aibku"
"Wah, judulnya menarik sekali, sebaiknya aku membaca ini di sela-sela waktu panjangku," ucapnya dengan riang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
ternyata aletta sedang membaca kisah nya sendiri... ☺️
2022-12-27
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
itu novel menceritakan tentang kamu Aletta😊😊😊😊
2022-11-27
0
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
ya ampun murahan bgt syafea bisa2nya tdr sama laki2 lain
2022-11-27
0