"Selamat, Sayang ... operasinya berhasil."
Dokter Hadi memberikan ucapan selamat kepada Aletta karena telah berhasil menjadi anak yang berbakti kepada ayahnya dengan memilih jalan operasi.
"Terima kasih, dokter."
"Sama-sama."
Meskipun mendengar jika operasi ayahnya berhasil, tetapi wajah cantik Aleta tidak menunjukkan kebahagiaan. Justru ia terlihat murung, tentu saja dokter Hadi curiga akan ekspresi yang diberikan oleh Aletta barusan.
"Kenapa wajah Aletta murung sekali? Bukankah harusnya ia bahagia ketika mendengar jika operasi yang dilakukan kepada ayahnya berhasil?" ucap dokter Hadi di dalam hatinya.
Mengetahui jika dokter Hadi sedang membaca ekspresi wajahnya, Aletta kemudian merubah mimik wajahnya agar terlihat lebih senang.
"Oh, ya ... apakah dokter bisa membantuku sekali lagi?" sebuah keraguan muncul di dalam wajah Aletta.
Tampak kedua mata Aletta berkaca-kaca. Jauh di dalam hatinya berkecamuk. Mengingat jika dia baru saja melangsungkan sebuah pernikahan rahasia dengan Zayd, tetapi ia harus menyembunyikan kebenaran ini dari ayahnya.
"Memangnya kamu memerlukan bantuan apa?"
"Hari ini adalah hari terakhir saya menginjakkan kaki di Indonesia. Donatur yang membiayai operasi ayah juga memberikan beasiswa kepadaku agar bisa kuliah di luar negeri."
"Wah, bagus sekali, selamat!"
Aletta mengukir senyumnya sedikit.
"Mengingat jika ini adalah sebuah kesempatan emas, maka tanpa menunggu restu dari ayah, saya mengambilnya."
Bibir Aletta tampak bergetar, begitu pula dengan tangannya.
"Dua jam lagi saya akan berangkat. Bisakah dokter menjaga Ayah, selama saya sekolah di luar negeri?"
Melihat semangat yang berkobar di kedua mata Aletta, dokter Hadi tidak bisa berbuat banyak. Ia memang mengetahui kehidupan Aletta sedari kecil begitu pula dengan ayahnya.
Menganggap jika kedua orang ini penting untuknya. Ia pun mewakili Ayah Aletta untuk memberikan restu padanya.
"Tapi selama kamu belajar di luar negeri, kami tetap bisa menghubungimu, 'kan?"
Aletta mengangguk.
"Jika Aletta merasa bahagia dengan keputusan ini, aku hanya bisa mendoakan kebaikan untukmu."
"Terima kasih, dokter."
Aletta menyalami tangan dokter Hadi. Sesaat kemudian langkah kakinya menuntun Aletta ke ruang tempat perawatan sang Ayah. Matanya sedikit mengintip lewat jendela. Tempat di mana ayahnya di rawat.
"Selamat tinggal, Ayah. Sampai ketemu lagi satu tahun lagi!"
Puas memandangi ayahnya dari balik jendela Aletta segera meninggalkan Rumah Sakit.
"Selamat, jalan Aletta!" ucap dokter Hadi sambil melambai.
Di ujung koridor, Syafea sudah bersiap untuk menunggu kedatangan Aletta. Senyuman manis Aletta membuat Zayd yang sedari tadi menunggu di mobil seketika bergetar.
"Astaga kenapa aku justru melihat ke arah gadis itu? Bukan ke arah Syafea?" ucap Zayd sambil merutuki mulutnya yang berani memuji kecantikan wanita lain selain istrinya.
Tanpa rasa curiga sedikitpun Syafea langsung mengajak Aletta untuk masuk ke dalam mobil. Tujuan mereka adalah segera ke bandara karena penerbangan mereka satu jam lagi.
"Sayang, semuanya sudah beres 'kan?"
"Tentu saja, Sayang."
"Baiklah gadis kecil, ucapkan selamat tinggal untuk negeri ini dan selamat datang di kehidupan kamu yang baru," ucap Syafea tanpa beban.
Kuda besi itu segera melaju membelah jalanan ibu kota. Tidak sampai tiga puluh menit, mobil mereka sudah sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kedua bulu mata Alettea bergerak lentik mengiringi kelopak matanya yang melihat ke sekelilingnya. Ini adalah pengalaman Aletta menginjakkan kakinya di sebuah bandara.
Langkah kaki mungilnya sedikit lambat hingga tidak bisa menyamai langkah kaki sepasang suami di hadapannya itu. Hingga secara tidak sengaja ia pun membentur punggung seorang lelaki yang hampir seumuran dengannya.
"Hei, jaga pandanganmu, Nona kecil!"
"Ma-maaf," cicit Syafe sambil terus membungkuk dan meminta maaf.
Sontak saja suara kegaduhan itu mengusik telinga Zayd dan Syafea.
"Astaga, kenapa lagi dengan gadis itu, membuat masalah barukah?"
Tidak mau terlambat dengan penerbangannya, Syafea segera kembali untuk menjemput Aletta.
"Maaf, jika putri saya menganggu Anda."
"Oh, tidak apa-apa, Tante."
Tangan mungil Aletta kemudian digandeng Syafea untuk menyusul Zayd.
"Lain kali, jaga sikapmu atau kamu akan terpisah dari kami."
"Iya, Tante."
Akhirnya mereka berhasil masuk ke dalam pesawat tepat waktu. Tempat duduk Aletta terpisah dengan Syafea dan Zayd, justru Aletta duduk dengan lelaki yang ditabraknya tadi.
Tidak lama kemudian pesawat mulai lepas landas. Mengetahui jika penumpang di sampingnya gadis kecil tadi, Kevin segera mengulurkan tangannya ke arah Syafea.
"Hai, kita jumpa lagi aku Kevin kalau kamu?" ucapnya dengan senyuman mengembang.
"Aletta," ucapnya singkat.
"Tidak disangka kita berjodoh!"
Tentu saja perkataan dari Kevin membuat Aletta salah tingkah.
"Bagaimana bisa ada lelaki tampan yang narsis seperti dia? Baru saja bertemu dua kali sudah mengatakan berjodoh. Dasar aneh!" gumamnya.
Meskipun tampan, tetapi sepertinya Kevin adalah seorang yang ramah. Terbukti sedari tadi dia sangat menikmati pertemuan mereka dan terus mengajak Aletta mengobrol.
Merasa terganggu, Aletta segera memasang penutup mata, lalu mencoba tidur daripada terus menanggapi perkataan dari Kevin.
"Jiah, dia malah tidur, ya sudah tidurlah gadis kecil yang manis."
Beruntung Syafea tidak melihat hal itu karena ia sibuk bermesraan dengan Zayd. Zayd memang sangat memanjakan istrinya, maka dari itu meski belum mempunyai keturunan Zayd tidak pernah mempersalahkannya.
Sementara itu, Aletta yang terdesak karena situasi pelik harus berada di tengah-tengah mereka dan menyetujui usulan peminjaman rahim itu.
Penerbangan yang panjang itu berlangsung lancar, akhirnya mereka sudah sampai di Negera X dengan selamat. Ternyata kedatangan mereka sudah dijemput oleh supir dari Keluarga Syafea. Sesuai rencana mereka akan tinggal di Rumah Keluarga Syafea.
"Bagaimana, apakah kamu suka dengan kamarnya?"
Aletta mengangguk. Merasa jika Aletta sudah bisa beradaptasi, kini Syafea kembali ke kamar suaminya.
"Oh, ya bersiaplah besok kamu akan ikut kami ke Rumah Sakit untuk program hamil."
"Iya, Tante."
"Istirahatlah, dan selamat malam."
Tidak lama setelah Syafea pergi, kini Aletta merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dipandanginya langit kamarnya, meskipun luas kamar itu sangat luas, tetapi kesepian justru menderanya.
"Ayah, aku merindukan rumah kecil kita."
Tidak terasa buliran kristal bening itu semakin mengalir deras di kedua pipinya. Entah kenapa akhir-akhir ini suasana hati Aletta justru kurang baik.
Sementara itu, di dalam kamar Syafe dan Zayd sedang melepas kerinduan. Seolah tidak pernah ada masalah di antara mereka.
Sepasang suami istri itu kembali bergulat di atas tempat tidur, melupakan jika dirinya sedang sakit. Namun, ujung-ujungnya Syafea selalu merasa kurang puas dengan pelayanan Zayd.
"Sayang, kamu harus segera berobat, biar si itu bisa lebih lama lagi," keluh Syafea di ujung malam yang panas.
Meskipun Zayd sedikit tersinggung, tetapi ia tidak pernah menyalahkan Syafea ataupun menegurnya.
"Iya, Sayang. Sebentar lagi dia pasti akan sembuh!"
"Janji ...." ucap Syafea sambil mengusap dada Zayd yang bidang.
"Tuhan, ijinkanlah aku untuk selalu membahagiakan dia dan membimbingnya ke surgamu, Aamiin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
zayd gadis itu juga istri mu kali....!
2022-12-27
1
al-del
aku merinding baca pas ini...
hebat banget Thor! kau mampu membuat perasaan ku ikuti merasakan apa yang di rasakan oleh aletta...👍
2022-12-27
2
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
JD Aleta mau ke luar negri dan d sana dia mau melanjutkan sekolah nya semangat ya
2022-11-26
0