ISTRIKU, PENUTUP AIBKU
"Nona, Anda harus membayar sejumlah uang yang tertulis di sini, agar operasi kanker pada pembuluh darah yang diderita Ayah Anda bisa segera dilakukan!"
Lutut Aletta seketika bergetar hebat. Bagaimana ia bisa mendapatkan banyak uang sementara ia masih berstatus pelajar.
Aletta menutup mulutnya seolah tidak percaya dengan apa yang didapatkan saat ini. Sebuah takdir kejam di mana ia dipaksa menghadapinya sendirian. Merasa geram karena Aletta tidak merespon ucapan darinya, suster tersebut seakan marah.
"Nona, jangan main-main! Jika tidak mempunyai uang harusnya Anda tidak usah membawa Ayah Anda kesini!" gertak suster tersebut seolah tidak mempunyai hati.
"Tu-tunggu sebentar, Sus. Saya akan kembali lagi dengan membawa uangnya," ucap Aletta dengan bibir bergetar.
"Jangan membuang waktu, ya. Saya beri batas waktu hingga nanti malam kalau tidak ada uangnya, terpaksa permintaan operasi yang Anda ajukan akan dibatalkan dan Ayah Anda akan dikembalikan di ruang perawatan!"
"I-iya, Suster. Saya janji!"
Langkah kaki Aletta tampak terseok-seok. Sudut mata Aletta masih terlihat basah. Belum lagi dadanya masih bergemuruh hebat.
Ingin sekali ia berteriak untuk melepaskan semua beban hidup yang menghimpit. Namun, Aletta tidak mempunyai pilihan lain kecuali bertahan.
Tanpa ada bantuan dari sanak saudara, ia harus berjuang sendirian. Samar-samar ia mendengar sebuah pertengkaran di sebelah ruang administrasi. Langkah kaki mungil menuntun Aletta untuk menguping pembicaraan itu.
"Mas, kamu dengar sendiri bukan, apa kata dokter barusan? Kamu sakit! Jadi ... jangan salahkan aku yang belum bisa hamil sampai saat ini!"
Tampak sekali kemarahan di kelopak mata Syafea. Sementara itu lelaki perpaduan Turki- Indonesia itu hanya bisa menunduk serta kehilangan harga dirinya.
"Stop! Tidak baik kita membicarakan hal ini di sini!"
Meskipun menguping pembicaraan orang lain itu tidak baik, tetapi rasa kepo Aletta mendorongnya untuk semakin mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi pasangan suami istri itu justru mengumbar aib mereka sendiri di lorong Rumah Sakit.
Zayd menunduk, ia memang menyayangi istrinya, Syafea Azzalea lebih dari apapun. Namun, sebuah tuntutan agar istrinya segera hamil membuat sikap Syafea berubah.
Terlebih lagi hal itu tidak bisa diwujudkan dalam waktu sekejap. Usaha mereka saat melakukan hubungan suami istri tidak juga memberikan keturunan.
Hingga berujung perselisihan dan percekcokan. Tidak jarang Syafea lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota daripada berada di rumah bersama Zayd.
"Semua ini memang kesalahanku, Syafea. Kamu sehat dan aku tidak, tetapi--"
"Ya, bagus kalau kamu bisa mikir! Bagaimana tanggapan keluargaku jika mengetahui hal ini?"
"Bukankah selama ini pihak keluarga Mas yang selalu menyudutkan aku! Mengatakan aku mandul dan lain sebagainya?"
Zayd semakin menunduk dan terlihat pasrah. Sementara Syafea tampak membuang muka lalu menatap tajam ke arah suami yang telah menemaninya selama lebih dari lima tahun itu.
"Satu lagi, meskipun tahu kamu sakit, aku masih bisa bertahan demi pernikahan tidak normal ini. Kamu tahu bagaimana aku meninggalkan karirku kemarin?"
"Harusnya kamu tidak memaksa aku untuk segera menikah sebelum kamu mengetahui kesuburanmu bermasalah atau tidak!"
Zayd tampak menatap ke arah Syafea dengan sudut mata yang mulai basah. Sikap arogant Zayd seketika luntur.
Pemaksaan yang dilakukannya saat itu, justru membuat Syafea sangat membenci dirinya. Ditambah lagi tuntutan kehadiran seorang anak membuat pernikahan mereka saat ini berada di ujung tanduk.
Tiba-tiba saja Aletta jatuh tersungkur saat tubuhnya tersenggol bibir brankar yang hendak masuk lift.
"Maaf, Nona!" seru salah seorang suster yang menyenggol Aletta barusan.
"Tidak apa-apa, Sus!" ucap Aletta sambil tersenyum dan mengusap pakaiannya.
Saat berbalik, Aletta ketakutan dengan tatapan kedua orang di hadapannya saat ini. Posisi yang sulit kini menghimpit Aletta. Mau tidak mau Aletta berada di hadapan Zayd dan Syafea yang sedang bertengkar.
Seketika pikiran licik Syafea muncul, terlebih melihat nominal angka tagihan Rumah Sakit yang dipegang Aletta.
"Memakai rahim pengganti adalah salah satu solusi yang diberikan oleh dokter Ilham. Sepertinya gadis ini sangat cocok untuk hal itu dan lagi aku tetap bisa mengejar karirku setelah ini."
Sejenak hati Syafea melembut, ia memegang lengan suaminya. Rencana di kepala Syafea tersusun dengan indah.
"Mas, bagaimana kalau kamu membuktikan bahwa kamu memang tidak bermasalah. Kita bisa menggunakan opsi kedua dari dokter."
"Opsi kedua? Maksud kamu?"
"Benar sekali, Sayang," Syafea menoleh ke arah Aletta.
"Kata dokter dengan menanamkan benihmu itu pada rahim wanita lain, mungkin saja hal itu akan berhasil."
"Ta-tapi Sayang ...."
Syafea menutup bibir Zayd dengan jari telunjuknya.
"Bagaimana jika kita menggunakan gadis itu!" ucap Syafea sambil menunjuk ke arah Aletta yang terdiam sambil menunduk.
Seketika mata Aletta membulat sempurna.
"Bagaimana bisa ada seorang istri yang menyuruh suaminya membuahi wanita lain demi membuktikan ia sehat?"
Sementara itu, Zayd memandang ke arah Aletta. "Gadis yang masih polos? Bagaimana aku tega menyakitimu?"
Sejenak timbul keraguan di dalam hati Zayd, tetapi keinginan Syafea adalah sebuah perintah bagi Zayd. Meski ragu ia kembali menatap wajah cantik istrinya itu.
"Apakah dengan begitu bisa memperbaiki hubungan kita kembali? Lalu bagaimana dengan keluarga kita?"
"Gampang, kita bisa membawa gadis ini ke luar negeri dan hidup bersama. Kita beralasan pergi berobat di sana, dan biarkan dia hamil dibawah perlindungan kita, bagaimana?"
"Apakah tidak akan ada yang curiga dengan hal ini?"
Syafea menggeleng, dia sangat yakin dengan rencananya kali ini.
"Tidak akan!"
Apalagi mereka hanya tinggal dengan Aletta selama beberapa bulan hingga bayi itu lahir. Setelahnya kontrak mereka selesai dan Aletta bisa pergi dengan bebas.
"Katanya kamu sangat menyayangi aku, kenapa permintaan kecil seperti ini kamu tidak sanggup untuk mengabulkannya?" tanya Syafea saat melihat Zayd menunduk.
Demi rasa cinta terhadap Syafea, Zayd bisa melakukan apapun. Bahkan jika Syafea minta didirikan seribu candi, Zayd pasti akan mengabulkannya.
"Kalau itu bisa menjadi kebahagiaan dan membuatmu tidak meninggalkan aku, aku setuju," ucap Zayd pasrah.
"Gila, pasangan ini benar-benar gila," batin Aletta tidak terima.
Seketika tubuh Aletta membatu. Kakinya semakin lemah ketika melihat tatapan dari Syafea yang begitu berambisi dan semakin mendekatinya.
"Sayang, apakah kamu mau membantu kami? Jika kamu mau melakukan permintaan kecil ini, maka akan aku berikan kamu uang lima miliar!"
"Ha-ah, lima miliar, itu uang atau daun?"
Jiwa Aletta yang masih polos tidak bisa berpikir jernih. Ia begitu terjebak dengan situasi yang pelik itu. Di satu sisi ia sangat membutuhkan uang yang banyak, di sisi lainnya ia harus mengorbankan hidup demi membahagiakan pasangan suami istri di hadapan ini.
"Lalu bagaimana dengan pendidikanku? Aku saja belum lulus sekolah menengah ke atas!" ucap Aletta secara tidak sadar.
Syafea tersenyum ke arah Aletta.
"Siapa nama kamu, Sayang?"
"Aletta, Tante!"
"Sia-lan! Dia panggil aku Tante!"
"Aletta, Sayang. Kamu tidak perlu takut ketinggalan dalam pembelajaran sekolah. Selama kamu hamil maka kami akan menggantinya dengan home schooling."
"Lalu setelah melahirkan kamu bisa kembali sekolah dan hidup kembali bersama keluargamu, bagaimana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2024-01-04
0
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
kasian kalau mereka mau memisahkan ibu dan anak
2022-11-26
1
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
Mampir.♥️♥️
semangat dan sehat selalu Thor💪💪
2022-11-24
0