Merasa jika dirinya justru terlalu berangan-angan membuat Aletta lebih memilih untuk mengambil air wudhu dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk pertama kalinya di rumah itu.
"Beruntung aku selalu membawanya selalu," ucap Aletta sambil memeluk kitab suci Al-Qur'an
Meskipun berada di luar negeri tidak menghalangi niat Aletta untuk mengaji. Didikan ayahnya membuat Aletta tumbuh menjadi anak gadis yang taat agama. Namun, sepertinya kesalahan yang baru saja ia lakukan mungkin akan melukai hati ayahnya kelak.
"Maaf jika caraku ini salah, Ayah."
Tidak berlangsung lama, setelah Aletta siap maka ia pun mulai mengaji. Sayup-sayup suara indah yang keluar dari bibir Aletta mampu membuat telinga Zayd terusik.
Sudah lama ia tidak mendengar lantunan ayat suci di dalam rumah tangga bersama Syafea. Awalnya ia mengira jika bisa mengubah Syafea dalam beberapa waktu, namun usahanya sia-sia.
Syafea selalu beralasan capek ketika pulang dari kerja. Sehingga saat Zyad ingin mengajaknya mengaji atau berjamaah, ia pasti akan menolak. Bahkan ketika Syafea santai ia juga tetap menolak dan beralasan sedang datang bulan.
Selama ini Zayd selalu menyembunyikan hal ini dari Umi dan Abahnya, sehingga Syafea masih merasa aman. Akan tetapi sebanyak apapun Zayd mencoba menyembunyikan hal ini, rupanya Umi sudah mengetahui sejak lama.
"Apakah itu suara Aletta? Hmm, sepertinya mengunjungi kamarnya bukanlah sebuah hal yang salah. Ia juga istriku."
Sehingga ketika mendengar lantunan kalam Illahi, hatinya tergerak untuk segera mendatangi kamar Aletta yang tidak jauh dari kamarnya. Zayd menoleh ke arah istrinya.
"Maaf, aku pergi dulu. Tidurlah yang nyenyak."
Setelah itu ia mengambil selimut berbahan bulu menutupi tubuh istrinya yang polos. Maklum saja sebelum itu mereka baru saja melakukan hubungan suami istri.
Tidak berapa lama kemudian Zayd mengambil celana kolor dan meraih kaos oblong yang tergeletak di atas lantai untuk menutup tubuhnya sendiri.
Dengan langkah yang perlahan-lahan dan setengah mengendap-endap, Zayd mengikuti indera pendengaran yang menuntunnya pada sumber suara indah itu.
"Benar itu berasal dari **ka**mar Aletta? Semoga saja dia yang mengaji?"
Semakin ia melangkahkan kakinya ke arah kamar Aletta, semakin terdengar suara indah itu.
"Suaranya sangat indah, ternyata dia pandai mengaji."
Semakin ia ingin mengintip, semakin berdebar rasa di hatinya tersebut. Suara itu mampu membuat tangan Zayd memutar kenop pintu tanpa ia sadari. Hingga tidak berapa lama kemudian membuat Aletta menoleh ke arahnya.
"Tuan Zayd?" ucap Aletta yang terpaksa menghentikan kegiatan mengajinya.
"Ma-maaf, apakah kedatanganku menganggu?"
Sontak Aletta mengeleng.
"Tapi, benar kan yang barusan mengaji itu kamu?"
Dengan malu-malu Aletta mengangguk.
"Maaf jika kedatanganku justru menggangu kamu yang sedang mengaji?"
"Tidak apa-apa, Tuan. Justru aku meminta maaf karena mengganggu waktu istirahat, Tuan."
Sejak kedatangan Zayd, sontak Aletta menunduk. Ia tidak berani menatap ke dalam mata Zayd. Terlebih lagi setelah kejadian beberapa jam yang lalu membuat detak jantungnya terasa tidak sehat.
Melihat Aletta yang terus menunduk justru membuat Zayd mendekatinya. Ia mendudukkan dirinya di atas tempat tidur sambil memandang wajah Aletta.
"Kenapa diam? Lanjutkan saja mengajimu, aku sangat suka mendengarkan dirimu mengaji."
"Oh, ya jangan hiraukan kedatanganku kali ini!"
Tanpa berkata apapun lagi atau menatap wajah Zayd, Aletta melanjutkan membaca Al-Qur'an sesuai perintah Zayd. Suara Aletta benar-benar merdu, hingga membuat hati Zayd menjadi nyaman.
Mungkin suara itu membuat Zayd mulai membuka hati untuk kehadiran Aletta. Sebenarnya ia juga ingin ikut mengaji. Akan tetapi tubuhnya masih kotor hingga Zayd lebih memilih untuk mendengarkan saja.
"Andai tubuhku bersih, sudah pasti aku akan ikut mengaji bersamamu."
Awalnya Aletta ragu, tetapi semakin lama ia tidak menghiraukan keberadaan Zayd dan lebih fokus pada bacaan di depannya. Namun, tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya.
"Lebih baik aku segera menyudahinya, lagi pula aku mengantuk," gumam Aletta.
Benar saja, saat kemudian Aletta menghentikan lantunan ayat-ayat suci Alquran tersebut dan memilih untuk beranjak dari tempat duduknya. Tentu saja hal itu membuat Zayd sedikit tertegun.
"Kenapa berhenti? Apa kedatanganku benar-benar menganggumu?"
"Bu-bukan begitu, Tuan hanya saja saya lelah ingin segera istirahat."
Setiap kali berbicara dengan Zayd, Aletta selalu menunduk. Ia sama sekali tidak berani menatap wajah lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Zayd yang penasaran dengan sikap Aletta segera mendekatinya. Tentu saja Aletta memundurkan langkahnya. Semakin Zayd maju semakin pula ia mundur.
"Stop Aletta, apakah aku tidak boleh menyentuh istriku sendiri?"
Deg, tiba-tiba perasaan Aletta menjadi tidak enak. Entah kenapa suara Zayd yang parau membuat bulu kuduknya meremang.
"Kenapa diam? Apa kau jijik terhadapku?"
"Bu-bukan begitu, hanya saja aku hanyalah istri kontrak, Tuan. Sebaiknya selama itu pula tidak ada sentuhan apapun di antara kita."
Zayd mengepalkan tangannya. Entah kenapa ucapan Aletta barusan membuatnya tersinggung.
Masih dengan wajah menunduk, Aletta mer-e-mas ujung bajunya. Zayd justru tertantang untuk menyentuh Aletta. Tangannya terulur untuk menyentuh bahu Aletta, namun belum sempat tersentuh, Zayd justru menariknya lebih dulu.
"Tanganku masih kotor, tidak mungkin aku mengotori dirinya yang masih gadis."
"Maaf, istirahatlah. Besok kita tidak boleh terlambat datang ke Rumah Sakit."
"Ba-baik, Tuan."
Pergolakan jiwa dirasakan Zayd saat itu. Entah mengapa, setelah mengetahui Aletta pandai mengaji, ada sebuah magnet yang membuat Zayd semakin menginginkan gadis itu.
Padahal Aletta sudah memejamkan matanya karena ketakutan. Terlebih lagi jarak mereka hanya sejengkal. Deru nafas Zayd bisa dirasakan oleh oleh bulu-bulu halus di wajah cantik Aletta.
"Ya, Tuhan. Semoga Tuan Zayd tidak marah kepadaku."
"Aku benar-benar belum siap!"
Namun, ketakutan Aletta tidak terjadi. Kini Aletta justru merutuki sikapnya setelah sadar jika Zayd berbalik dan justru meninggalkan dirinya sendirian. Sepeninggal Zayd, Aletta bisa kembali bernafas dengan lega.
Namun, hatinya masih tidak merasakan tenang.
Tampak beberapa kali ia mengelus dadanya yang semula bergemuruh.
Bayangan ketika nanti rahimnya terisi oleh benih dari Zayd dan Syafea tidak bisa dihapus oleh Aletta. Sudut matanya berair tanpa ia minta. Mungkin beberapa saat lagi buliran air mata akan mengalir menganak sungai.
Sejenak langkah kakinya terasa berat. Mengingat beban tanggung jawabnya setelah ini akan bertambah. Tangan Aletta mengusap perutnya yang masih datar. Pandangan matanya masih menatap ke arah langkah kaki Zayd ketika meninggalkan kamarnya.
"Mungkin setelah ini statusku akan berubah ketika bayi mereka berhasil ditanam di sini."
Sementara itu perasaan aneh masih menggelitik hati Zayd.
"Kenapa aku justru berharap lebih kepadanya? Apakah perasaanku ini benar adanya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
ya benar lah!!! sipat lelaki jangan kan sudah sah... yang blm sah aja banyak yang tergoda 🤭✌️
2022-12-27
1
💞🅒🅗🅐🅝🅣🅘🅚༊⃝𖥯
nah mulai jatuh cinta tuh zayd
2022-12-09
2
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
suaranya bikin merdu ya zayd
2022-11-26
0