Keesokan pagi, ketiga orang tersebut segera menuju ke Rumah Sakit. Kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan program kehamilan Aletta.
Zayd tampak melihat arloji yang tampak di pergelangan tangannya. Mengetahui kecemasan suaminya, Syafea berniat menyusul Aletta ke atas.
"Biar aku yang memanggil Aletta, Mas. Kamu menunggu di sini saja."
"Hm," Zayd hanya mengangguk sambil melihat ke arah ponselnya.
Syafea naik ke lantai atas, tempat dimana kamar Aletta berada. Sementara itu Zayd tampak membuat janji temu dengan dokter Richard.
Suara derap langkah kaki Syafea terdengar di telinga Aletta. Dengan segera ia melipat mukenanya lalu merapikan penampilan. Rambutnya dikuncir kuda lalu tidak lupa mantel bulu pemberian Syafea ia kenakan.
Satu detik sebelum tangan Syafea menyentuh pintu, Aletta sudah membukanya terlebih dahulu.
"Nyonya, mari kita berangkat."
"Mari, aku kira kamu belum siap."
Meneliti penampilan Aletta yang masih terlihat remaja sebenarnya ia tidak ingin melibatkan gadis itu, hanya saja keadaan memaksanya. Tangan Syafea terulur untuk memberikan sebuah lip tint pada Aletta.
"Pakai ini biar bibirmu tidak kering!"
"Terima kasih," ucap Aletta sambil membolak-balikkan lip tint yang bertuliskan huruf kanji.
Syafea masih melihat ke arah Aletta.
"Jangan bilang kau tidak bisa memakai lip tint?"
Buru-buru Aletta menggeleng, "Saya bisa Nyonya. Tunggu sebentar biar saya pakai."
"Tidak usah, biarkan aku membantumu."
Akhirnya Syafea yang membantu Aletta untuk mengoles lip tint tersebut ke arah bibirnya. Tidak berapa lama kemudian, senyum Syafea tersungging.
"Kamu cantik Aletta, ayo turun, suamiku sudah menunggu kita!"
Setelah ketiganya bersiap, mereka segera berangkat menuju Rumah Sakit. Di dalam hati Syafea ia berdoa agar Aletta harus segera hamil. Ia tidak peduli dengan usia Aletta yang masih muda.
"Bagaimanapun caranya, Aletta harus segera mengandung. Secepat mungkin ia hamil, itu artinya aku akan semakin cepat untuk terbebas dari Zayd."
Entah sejak kapan rasa cinta di dalam hati Syafea sudah terkikis terhadap suaminya. Di dalam pikirannya hanya ada karir.
Pernikahan bersama Zayd seolah mencekal langkahnya untuk menjadi artis yang lebih terkenal. Apalagi restu dari Ibunda Zayd sama sekali tidak pernah didapatkan olehnya.
Waktu yang mereka butuhkan tidak lebih dari tiga puluh menit untuk sampai di salah satu Rumah Sakit ternama di Jepang. Syafea memilih Jepang karena banyak teman-temannya yang hijrah ke Negeri Sakura tersebut.
"Mas, kamu sudah membuat janji ulang dengan dokter Richard bukan?"
"Tentu saja, sepuluh menit lagi jadwal kita!"
Syafea menoleh ke arah belakang. "Ayo turun, Aletta."
"Iya, Nyonya."
Tidak membutuhkan waktu yang lama ketiga orang tersebut sudah berada di depan ruangan dokter Richard. Ketiganya berharap-harap cemas karena menunggu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh asisten dokter Richard.
"Tenanglah, Sayang. Dokter Richard tidak pernah melakukan kegagalan dalam tugasnya. Kita tinggal berdoa saja agar hasilnya baik dan sesuai yang kita harapkan!" Ucap Syafea menyemangati sang suami.
Sedari tadi Aletta hanya berdoa di dalam hati agar kegiatan hari ini berlangsung dengan lancar. Baru beberapa hari berada di Jepang, kerinduan terhadap ayahnya membuat Aletta semakin ingin menyelesaikan hal ini.
Rasa bersalah di dalam hatinya karena terlanjur berbohong kepada ayahnya membuat ia seolah tidak bisa hidup dengan tenang. Di saat Aletta sedang sedang melamun, pintu ruang praktek dokter Richard terbuka.
"Nyonya Syafea dan Tuan Zayd silakan masuk!'
"Ayo masuk!" ajak Syafea pada Zayd dan juga Aletta.
Kini ketiganya sudah berada di depan dokter Richard. Hasil pemeriksaan sudah keluar, dokter Richard memandang Syafea dari atas ke bawah.
"Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Syafea penuh selidik.
"Maaf sel telur darimu tidak cukup baik untuk mengalami pembuahan. Sehingga aku harus menggunakan sel telur dari Aletta sendiri."
Betapa bahagia hati Syafea saat itu. Terlebih lagi saat melihat hasil pemeriksaan yang berada di tangannya.
"Ini untukmu, kerjakan sebaik mungkin. Jika perlu dosisnya ditambah, agar Aletta cepat hamil."
"Gi-la, tidak semudah itu membuat seseorang hamil. Kamu kira ini bercanda?"
Syafea tampak membuang muka. Lalu setelahnya ia kembali berbalik dan menatap ke arah dokter Richard.
"Aku sakit, bukankah lebih baik membuat Zayd dapat mendapatkan apa yang diinginkan oleh keluarganya?"
"Tentu saja, iya. Sudahlah lakukan yang terbaik untukmu."
Dokter Richard bergegas meninggalkan Shafeea, lalu menuju ke ruang pemeriksaan miliknya. Di dalam ruangan tersebut ada Aletta yang masih berbaring dan juga Zayd yang menunggu di sisi brankar.
Kompak mereka menoleh ke arah kedatangan dokter Richard.
"Syafea sudah memberikan izin kepadaku sehingga inseminasi buatan akan segera aku lakukan!"
Tidak berapa lama kemudian Syafea ikut masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia tampak memegang bahu suaminya.
"Lakukan sesuai dengan rencana kita di awal, yang terpenting saat ini adalah kebahagiaanmu dan juga Umi. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaanku juga."
Zayd tampak memeluk istrinya dengan erat. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan istrinya tersebut saat ini. Di mana ada seorang wanita lain yang harus mengandung benih dari suaminya hanya demi membahagiakan keluarga besarnya.
"Maafkan aku, Mas."
"Maafkan aku juga, Sayang."
Kemesraan yang dipertontonkan sepasang suami istri itu membuat Aletta membuang muka. Bagaimana ia bisa berada di sana, hingga beberapa saat kemudian di rahimnya akan ditanam sebuah benih.
Tampak tangan mungil Aletta memegang perutnya dengan lembut. Dokter Michael bisa melihat hal itu dengan jelas. Agar kondisi Aletta tidak memburuk, ia menyuruh Zayd dan juga Syafea keluar ruangan.
"Ehem, bisakah kalian berdua meninggalkan ruangan ini?"
Sontak sepasang suammi istri ini segera meninggalkan ruangan itu. Kini Aletta tampak membuang nafasnya dengan lega.
Ditatapnya kedua mata Aletta dengan lembut, tidak disangka dalam waktu yang bersamaan Aletta menoleh.
"Maaf, ada apa dokter?" ucap Aletta sambil mengusir kecanggungan di dalam hatinya.
"Apakah kamu sudah siap?"
Aletta tampak mengangguk.
Tidak berapa lama kemudian dokter Richard memanggil asistennya untuk membantunya melakukan proses inseminasi buatan.
Dengan mengucap basmalah, Aletta siap untuk menjalani setiap proses dalam inseminasi ini. Lagi pula ia tidak mempunyai pilihan lain.
Dokter Richard menatap wajah Aletta sekali lagi, hingga beberapa saat kemudian proses tersebut telah selesai di lakukan.
Tangan dokter Richard terulur pada Alletta. "Selamat, semoga dia tumbuh baik di rahimu."
Selama proses berlangsung, tidak ada kendala yang berarti. Justru terkesan sangat lancar. Setelah itu dokter Richard segera menemui Syafea dan juga Zayd.
"Bagaimana?"
"Syukurlah, semuanya berlangsung dengan cukup lancar, akan tetapi saya mengingatkan sekali lagi kepada kalian berdua untuk menjaga perasaan Aletta. Sedikit saja perhitungan meleset, maka tidak ada jalan kembali."
Sepasang suami istri itu hanya bisa bersyukur, sementara Aletta dibiarkan di dalam ruang perawatan sekalipun hanya sementara mereka harus membuat dirinya hamil dan berbuat baik terhadapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
ya ampun aletta! sayang sekli kamu masih gadis tapi sudah mengandung, sayang segelnya kesucian nya...!!!
2022-12-27
2
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
alhamdulilah operasi nya lancar
2022-11-26
1
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
makin kesini makin kasiahan sama aletta .ayo thor bikin zayd cpt jatuh cinta sama aletta
2022-11-23
1