Selama kurun waktu satu Minggu ke depan, kesehatan Aletta akan dipantau oleh dokter Richard. Bagaimanapun saat ini di rahimnya telah terdapat embrio yang sedang berkembang.
Kurun waktu yang dilalui sebuah embrio untuk berkembang menjadi janin dibutuhkan waktu kurang lebih 5-10 hari dan selama itu pula kesehatan Aletta menjadi sebuah prioritas. Makanan yang masuk harus memenuhi syarat empat sehat lima sempurna.
Namun, sayang Syafea justru lebih mementingkan keinginannya untuk bertemu dengan teman-teman lama yang tinggal di Jepang daripada memantau sendiri perkembangan kesehatan Aletta.
Syafea terlihat tidak menghiraukan rencana yang ia buat bersama Zayd suaminya sebelum ini. Melihat istrinya yang berpakaian rapi dan berdandan, kening Zayd berkerut.
"Mau pergi ke mana lagi kamu?"
Syafea sedang merias diri di depan cermin menoleh ke arah suaminya.
"Aku ada janji pertemuan dengan teman-teman lamaku, Sayang. Akan tetapi mereka tidak menginginkan para suami datang di dalam pertemuan kali ini. Jadi sebaiknya kamu di rumah saja!"
"Dengan pakaian seksi seperti itu kamu mau keluar rumah?" tanya Zayd sambil bersedekap dada.
"Baby, bukankah kamu tahu setelah ini pakaian yang aku gunakan masih aku lapidi dengan mantel! Mana mungkin aku keluar dengan pakaian setipis ini!" elak Syafea dengan nada centilnya.
Lagipula sorot mata Shafea menuju ke arah mantel bulu yang ia letakan di sebuah kursi. Zayd sebenarnya kurang suka cara berpakaian Syafea. Namun, ketika menilik lagi profesi yang dikerjakan oleh istrinya yang notabene seorang model dan juga seorang artis tidak mungkin ia membatasi.
Dengan membuang muka Zayd kembali mengingatkan kepada istrinya.
"Jangan lupa tujuan kita datang kemari adalah sebuah program kehamilan untuk Aletta. Jika sampai terjadi kenapa-napa, aku tidak akan memberikan kamu kesempatan lagi!"
"Kenapa nada bicaramu seolah mengancam? Semua ini adalah rencanaku, jadi aku sudah bisa memprediksi apakah yang dilakukan dokter Richard kemarin berhasil atau tidak. Lagi pula di rumah ini aku masih memilikimu untuk mengawasi Aletta, kenapa aku harus takut?"
Dari nada bicara Syafea seolah mengatakan jika Zayd terlalu ikut campur dalam urusannya. Namun, sebagai seorang lelaki sekaligus suami dari Syafea ia wajib mengingatkan istrinya tersebut agar tidak melewati batas.
Selama ini sepertinya ia sudah cukup bersabar untuk semua tingkah laku Syafea yang seolah-olah membuat dirinya budak cinta. Mungkin ini saatnya untuk Zayd bisa berdiri tegak di atas kakinya sendiri tanpa mengikuti semua ucapan Syafea.
Terlebih beberapa jam lalu, Umi Zayd sudah menelpon dirinya dan mengingatkan tentang bagaimana pentingnya program tersebut. Sebagai seorang lelaki dia juga merasa lelah atas semua tuntutan yang diberikan keluarganya tentanf arti sebuah keturunan.
Namun, ia juga tidak menyalahkan Umi yang ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Semakin lama Zyad baru menyadari jika ternyata apa yang dikatakan Umi emang benar adanya. Syafea adalah pilihan yang salah.
Melihat suaminya yang berdiam diri, Syafea segera mengambil mantel bulu dan bergegas pergi. Tidak lupa ia mencium lalu mengedipkan salah satu matanya ke arah Zayd. "Jangan nakal selama aku pergi, CCTV di rumah ini selalu aktif!"
"Sial, sepertinya Syafea tidak percaya padaku," gumam Zayd.
Deru suara mobil yang berasal dari halaman rumah menandakan jika
Syafea sudah pergi. Dengan segera Zayd keluar dari kamar karena merasa cacing diperutnya meronta-ronta. Karena lapar secara tidak sengaja langkah kaki Zayd mengantarkan ke dapur.
Secara tidak sengaja ia menemukan Aletta yang sedang sibuk memasak di dapur. Tentu saja Zayd geram dengan tingkah Aletta dan segera menegurnya.
"Kenapa kamu memasak! Bukankah kami sudah menyiapkan makanan yang siap untuk kamu konsumsi?" tanya dengan nada naik satu oktaf.
Merasa terkejut dengan bentakan yang diberikan oleh Zyad, spatula yang dipegang oleh Aletta seketika terjatuh tepat mengenai kaki Aletta. Kondisi spatula yang masih panas jelas melukai kaki Aletta hingga melepuh.
Kulitnya yang seputih susu berubah menjadi kemerahan akibat luka bakar tersebut. Dengan cekatan Zayd berlari ke arahnya dan mematikan kompor. lalu ia segera memapah Aletta dan mendudukannya di kursi.
"Sakit?" tanya Zayd dengan serius?
"Sakit, Tuan."
"Tentu saja sakit, isa nggak kamu nggak ceroboh seperti ini. Di dalam rahim kamu sedang berkembang calon anak kami. Jadi kamu jangan coba-coba untuk melukainya."
Sesekali Zayd tampak meniup kaki Aletta yang kemerahan itu.
"Jika kamu membutuhkan sesuatu, bukankah kamu bisa memanggilku dan aku pasti akan memberikannya untukmu. Lagi pula dalam satu minggu ini kesehatanmu benar-benar kami pantau. Kamu tidak boleh memakan makanan sembarangan selain yang ditentukan oleh dokter Richard, mengerti?"
"Mengerti Tuan. Maaf, saya hanya membuat masakan untuk Tuan."
Mendengar ceramah panjang yang diberikan oleh suaminya Zayd, Aletta kembali menunduk. Padahal niat hati ia hanya ingin membuat masakan untuk suaminya.
Saat keluar dari kamarnya, ia melihat di atas meja makan tidak ada satu menu masakan. Sehingga Aletta berat inisiatif untuk membuat menu masakan untuk Zayd.
Melihat kaki Aletta semakin memerah, maka Zayd segera menggendong tubuh Aletta dan membawanya ke wastafel.
"Loh, Tuan mau apa?" tanya Aletta kebingungan.
Namun, bukannya diberikan sebuah jawaban, ia justru didudukkan di atas wastafel dengan salah satu tangannya berpegangan pada bahu Zayd.
Posisi yang sangat intim membuat Aletta merona. Kedua pipinya memerah. Secara tidak sengaja harum tubuh Aletta tercium oleh Zayd.
"Wangi sekali!" gumam Zayd.
Tidak ingin terlihat mencuri pandang, Zayd kembali fokus memberikan pertolongan pertama pada Aletta. Dengan telaten Zayd mengguyur luka di kaki Aletta dengan air mengalir. Setelah beberapa menit ia kembali membawa tubuhnya ke arah sofa.
"Kamu diam di sini, aku ambilkan salep."
Benar saja sesaat kemudian Zayd datang kembali ke sofa dan membawa sebuah salep untuk luka bakar. Tangan Zayd kembali menyentuh kaki Aletta, tetapi karena belum terbiasa Aletta buru-buru menariknya.
"Kenapa?"
"Eh, maaf Tuan, saya tidak biasa disentuh lawan jenis."
"Tapi aku suami kamu!"
Mendengar kata suami, Aletta tidak bisa menolak sentuhan tangan Zayd yang lembut. Zayd dengan telaten mengoleskan salep ke arah luka bakar itu. Tidak lupa sesekali ia juga meniupnya agar tidak terlalu perih.
Tidak lama kemudian proses mengobati luka Aletta selesai. Kini Zayd duduk di samping Aletta. Bunyi keroncongan yang berasal dari Zayd membuat Aletta teringat dengan masakannya.
"Tuan masakannya sudah siap apa perlu saya pindahkan ke mangkok?"
Zayd menoleh ke arah Aletta dengan menghela nafas.
"Tenang saja, aku bisa mengambil sendiri. Kamu duduklah di sini."
Sesuai dengan perkataan Zayd kini ia segera mendekati ke arah wajan dan mengambil beberapa sendok makanan untuk ia konsumsi.
Harum masakan yang dibuat oleh Aletta membuat Zayd ingin segera melahapnya. Namun, ia terlalu malu ketika Aletta mencuri pandang ke arahnya.
"Kenapa aku jadi canggung sendiri ketika berduaan dengan Aletta, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal seperti ini ketika bersama Syafea."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
aliran listrik tegangan tinggi mulai memuncak sinyal" cinta...!
2022-12-27
2
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
harus tegas dong zady sama istrimu masa keluar rumah pakai pakaian begitu nanti dia nakal.
2022-11-26
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
bakalan jatuh cinta ni si Zayd
2022-11-25
1