Dokter Richard melarang Aletta bergerak dalam satu jam kemudian. Beberapa obat telah disuntikkan kepadanya untuk menguatkan rahim miliknya. Sebuah antisipasi awal dipilih dokter Richard karena usia Aletta masih dibilang di bawah umur untuk mengandung.
"Jaga selalu kesehatanmu karena di awal kehamilan ini sangat rentan untuk mengalami keguguran. Lagi usiamu masih sangat muda."
"Iya, dokter!" jawab Aletta singkat.
Richard masih memandangi keadaan Aleta yang berbaring di atas brankar. Mengetahui jika dokter tidak memandangnya Aletta menoleh ke samping.
Dokter Richard menoleh ke arah samping kanan dan kiri. Dilihatnya pasangan suami istri itu belum kembali ke ruang perawatan Aletta.
"Sebaiknya aku mengorek beberapa informasi pada Aletta. Aku begitu penasaran dengan alasan kenapa ia memilih menjadi rahim pengganti?" batin dokter Richard.
"Aletta ...."
"Ya, dokter."
"Bolehkan aku bertanya sesuatu kepadamu?"
"Tanya apa, dok?"
"Mungkin pertanyaan dariku ini sedikit privasi, tetapi aku berharap kamu bisa menjawabnya dengan jujur. Agar aku bisa menentukan langkah apa yang akan aku gunakan untuk merawat kehamilanmu ini."
Detak jantung Aletta berdegup dengan sangat kencang. Ia begitu takut jika dokter Richard menanyakan kenapa ia mau melakukan hal konyol seperti ini. Karena di negara asalnya sudah pasti hal seperti ini akan menjadi cibiran banyak orang dan hal ini sangat tabu untuk dibawa ke lingkungan sosial.
"Jangan takut aku hanya bertanya sedikit, kalaupun kamu tidak mau menjawabnya aku juga tidak akan memaksamu."
"Silakan, dokter!"
Dokter Richard mendudukan dirinya di bibir brankar milik Aletta. Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengucapkan pertanyaan itu.
"Aku bingung kenapa kamu mengambil langkah seperti ini. Padahal usiamu masih sangat muda dan sangat rawan untuk mengandung. Bolehkah aku tahu alasan di balik kamu memilih jalan ini?"
"Kunci akan merahasiakan hal ini dari siapapun termasuk terhadap Syafea dan juga suaminya."
"Itu semua karena aku butuh uang untuk biaya operasi kanker yang diderita oleh ayahku. Dengan melakukan hal ini mereka memberiku uang yang cukup untuk membiayai pengobatan penyakit ayah."
Tampak sekali dokter Richard menghela nafasnya. "Sudah aku duga."
Belum sempat obrolan mereka berlanjut, pintu ruang perawatan Aletta terbuka. Tampilah sosok Syafea dan Zayd di sana. Beruntung kedua pasangan itu tidak mendengar percakapan di antara Aletta dan dokter Richard. Lalu setelah dirasa cukup, Aletta segera dibawa pulang.
Tidak pernah terpikirkan oleh Aletta jika saat ini harus mengandung di usia muda. Bukan hamil anaknya sendiri melainkan anak titipan dari percampuran sepasang suami istri yang dititipkan ke dalam rahimnya.
Meskipun di awal Aletta sudah menguatkan hati. Akan tetapi buktinya setelah inseminasi di lakukan timbul perasaan bimbang dan ragu.
Bagaimanapun usia Aletta baru delapan belas tahun, sebuah usia yang masih rentan akan lonjakan emosi dan sikapnya seringkali masih labil. Akan tetapi kisah hidup Aletta seolah seperti istri simpanan yang diacuhkan.
Meskipun semalam sikap Zayd sudah mulai ramah dan hangat terhadap Aletta, tetapi hari ini sikapnya kembali dingin. Aletta memaklumi hal itu, ia bukan siapa-siapa.
"Siapa aku? Bukankah aku hanya seorang wanita yang meminjamkan rahim. Jadi sebaiknya tidak usah berharap banyak, Aletta," gumam Aletta sambil mengusap sudut matanya yang berair.
Sebuah benih baru saja ditanamkan di dalam rahim Aletta. Entah berhasil atau tidak, Aletta juga tidak mengetahui hal itu.
Di dalam pikiran Aletta timbul beberapa pertanyaan tentang kehamilannya nanti. Hingga bagaimana cara agar ia bisa bertahan dan melewati satu tahun itu dengan lancar dan tanpa hambatan.
Aletta mengusap perutnya yang masih datar, "Hm, sekarang temanku adalah kamu."
Jika Aletta bisa memilih, pasti ia menginginkan untuk terlahir kembali. Sudah pasti ia juga tidak akan mau menikah muda apalagi sampai hamil di usia Aletta yang baru delapan belas tahun.
Jika bukan karena membutuhkan banyak uang dan hidup miskin, mungkin saja Aletta juga tidak akan mau berada di posisi terjepit saat ini. Meminjamkan rahim untuk benih pasangan lain.
Aletta semakin memandang pemandangan yang tersaji sepanjang jalan. Tanpa diketahui oleh Aletta, sejak tadi Zayd terus memperhatikan ia dari dalam spion.
Pikiran Aletta semakin berkecamuk. Bayangan menikah dengan lelaki yang juga mencintai dirinya pupus sudah.
Sungguh sial nasibnya karena baru pertama kali bertemu, lelaki itu sudah mengajak Aletta untuk menikah. Begitu pula dengan tawaran gila dari Syafea, istrinya yang langsung menyetujui.
"Kenapa Aletta terlihat murung?" gumam Syafea dari depan.
"Sebaiknya aku bertanya lebih dahulu daripada terjadi hal buruk pada Aletta. Apalagi hal itu bisa mempengaruhi janin yang baru saja di tanam di rahim Aletta."
Merasa jika sejak pulang dari Rumah Sakit, Aletta lebih jadi pendiam membuat Syafea curiga. Saat ini ia menoleh ke arahnya, "Kamu kenapa, Aletta? Apa ada yang tidak terasa nyaman?"
Sontak Zayd merasa cemas akan hal itu. Seketika ia kembali melihat Aletta dari balik spion.
Di sisi lain, Syafea sepertinya tahu jika gejala awal orang hamil adalah sebuah rasa ketidaknyamanan. Namun, Zayd seolah tidak perduli akan hal itu di dalam mata Aletta.
Bukannya menjawab, Aletta semakin tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Beruntung Syafea tidak menggertaknya.
"Alleta?" panggil Syafea sekali lagi.
Terkejut dengan panggilan Syafea, Aletta segera menyahutinya.
"Ya, saya Nyonya."
Saat melihat ke arah depan, secara tidak sengaja sorot mata Aletta bertemu dengan sorot mata milik Zayd.
"Apa Tuan Zayd melihatku? Akan tetapi untuk apa dia mengkhawatirkan aku?"
Seolah tidak tahu jika ada sebuah rasa yang sudah tertanam di hati keduanya. Kini wajah keduanya mulai bersemu merah setelah pertemuan kedua mata tadi.
Untuk mengurangi rasa canggung, Zyaid mencoba menawarkan tempat makan yang ia suka pada kedua istrinya itu. Sesaat kemudian sorot matanya kembali fokus pada jalanan di depan.
"Ehem, bagaimana jika kita mampir dan makan dulu sebelum sampai rumah?"
"Boleh, Sayang," ucap Stafea dengan riang.
Seketika sikap ramah Syafea terhenti, ia kembali sibuk mengobrol dengan Zayd dan melupakan keberadaan Aletta. Bagaimanapun bayi itu lahir, mereka akan berpura-pura tidak saling mengenal satu sama lain.
Aletta kembali menundukkan pandangannya. Pikirannya semakin berkecamuk di dalam dada.
"Hal yang paling menyebalkan adalah ketika harus menunggu dan diabaikan."
Suasana kembali canggung lagi, bahkan ketika mereka sudah sampai di sebuah restoran. Zayd keluar dari dalam mobil lebih dahulu dan seperti biasa membuka pintu untuk istrinya Syafea. Sedangkan Aletta keluar sendiri dari dalam mobil.
Langkah kaki Aletta yang kecil kerepotan jika harus menyamai langkah kaki Zayd dan Syafea. Hingga ia kembali menabrak punggung seorang pemuda.
"Arghh!"
Aletta mengusap keningnya yang sakit. Tiba-tiba sebuah suara yang familiar menyapanya.
"Hai gadis manis, kita ketemu lagi?"
Aletta baru saja sadar jika ia bertemu lagi dengan pemuda yang kapan hari ditabraknya di bandara.
"Sial, ketemu pemuda ini lagi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
al-del
Kevin ....! bikin zayd cemburu karena selalu mengabaikan aletta.
2022-12-27
2
fira
aku tunggu keterangan wali nikah aletta kok gak ada ya
2022-11-27
2
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
JD Aleta melakukan itu semua buat ayahnya yg terkena kanker,,kenapa engga cari pkrjaan lain Aleta
2022-11-26
1