"Kenapa harus merasa mual, memangnya kamu kenapa?" tanya Zayd tampak bersungut-sungut.
"Tidak tahu, Tuan. Pokoknya kalau saya mencium makanan itu perut terasa merasakan mual dan ingin muntah."
"Bukankah lebih baik tidak melanjutkan makan daripada saya memuntahkannya? Lagi pula itu justru membuat makanan itu jadi mubazir jika terjadi!"
Perkataan dari Aletta sungguh menyentil hati Zayd. Bagaimanapun apa yang dikatakan Aletta justru merupakan sebuah kebenaran.
"Dari mana kamu belajar semua ini?"
"Tentu saja dari Ayah Saya, kenapa? Memangnya ada yang salah? Bukankah dari segi agama juga mengatakan hal yang sama?"
Zayd terdiam akan ucapan dari Aletta barusan.
"Apa Tuan tahu, jika membuang makanan merupakan perbuatan buruk karena termasuk sikap menyepelekan nikmat dan kufur terhadap nikmat tersebut."
"Bagi seorang muslim, sepatutnya kita wajib bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat dan pemberian-permberian-Nya, bukannya justru membuangnya."
"Di luar sana masih banyak anak-anak terlantar dan orang tidak mampu untuk makan kenapa kita justru membuangnya?"
Merasa jika Aletta menasehatinya, Zayd justru semakin melotot ke arah Aletta yang terus berbicara. Seketika ia merasa tertarik karena gadis di hadapannya saat ini justru banyak berbicara daripada biasanya.
"Kalau masih tidak percaya nih saya kasih contoh lagi, membuang makanan termasuk perilaku pemborosan, dan hal itu adalah merupakan kebiasaan setan. Siapapun yang melakukan tindakan tersebut maka dikaitkan sebagai saudara setan."
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan," (QS. Al Isro': 26-27).
"Apa Tuan mau dikaitkan sebagai saudara setan?"
Tertegun dengan apa yang diucapkan oleh Aletta, membuat Zayd sedikit membuka hatinya untuk kehadiran Aletta.
"Ada apa dengan gadis ini? Apakah dia salah makan obat? Bukankah biasanya begitu pendiam, kenapa saat ini dia justru terlihat cerewet?"
Merasa karena mulutnya terlalu banyak bicara Aletta segera menepuk-nepuk mulutnya.
"Kok aku malah ngomong banyak, harusnya 'kan aku diam. Bagaimana kalau Tuan Zayd justru marah kepadaku?"
Kedua mata Aletta mencuri pandang ke arah Zayd secara sembunyi. Takut jika perkataannya tadi menyinggung Zayd.
"Ma-maaf karena keteledoran saya justru membuat Anda tersinggung."
Tangan Zayd terulur untuk menyentuh dagu Aletta hingga tatapan keduanya bertemu. Hingga saat Zayd mulai mendekati dirinya, tiba-tiba saja perut Aletta bergejolak hingga ingin muntah kembali.
Salah satu tangannya menutup mulutnya lalu berlari ke kamar mandi. Zayd yang panik segera mengikutinya dari arah belakang.
"Kamu kenapa?"
Aletta tidak memuntahkan apapun saat ini, yang terjadi justru sebaliknya hanya ada air berwarna kuning yang keluar dari dalam perut. Sejenak kepala Aletta berdenyut kencang dan dadanya berdebar-debar.
Zayd yang panik segera menggendong Aletta dan merebahkannya di atas sofa. Dibalurnya pelipis Aletta menggunakan balsem lalu kedua telapak tangannya dengan minyak kayu putih.
"Gimana, sudah enakan?"
Aletta menggeleng.
"Kamu masuk angin, kali. Makanya kalau disuruh makan ya makan jangan ngeyel kayak gini!"
Bukannya diberikan perhatian, justru Zayd menasehati Aletta agar menurut kepadanya.
"Kamu tunggu di sini sebentar, biar aku memanggil dokter Richard!"
Aletta tampak mengangguk. Lalu dalam setengah jam kemudian datanglah dokter Richard dengan wajah masam.
"Bisa nggak sih, kamu yang datang ke Rumah Sakit. Jangan membuat aku untuk keluar dari Rumah Sakit dalam jam-jam sibuk seperti ini," umpatnya kesal.
Namun semua itu terhenti ketika melihat Aletta begitu pucat terbaring di atas sofa.
"Tuan Zayd yang terhormat, tidak bisakah kau membawa istrimu untuk tiduran di tempat tidur daripada di sofa. Apakah ini terlihat nyaman? Sebagai salah seorang ibu dia tidak boleh tidur di sembarang tempat, mengerti!"
"Maaf, tadi reflek, dok."
Dokter Richard hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Zayd yang begitu panik. Namun, seberapa sungkannya ia segera menggendong Aletta dan membawanya ke tempat tidur.
Tidak berapa lama setelah itu dokter Richard langsung memeriksa keadaan Aletta. Ia memastikan jika apa yang ditanami rahim Aletta tumbuh dengan baik.
Sambil memeriksa hal itu, dokter Richard menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan gejala yang dialami Aletta di awal kehamilan. Seorang calon ibu memang akan mengalami hal-hal tersebut ketika ia memasuki semester awal kehamilan.
Jenis-jenis morning sickness dan beberapa hal yang harus dihindari di awal kehamilan, juga diedukasikan kepada Aletta dan juga Zayd. Ketika Zayd mendengar semua perkataan dari dokter Richard ia hanya bisa menyerapnya setengah. Seolah paham dan seolah tidak. Bagaimanapun ini adalah sebuah pengalaman pertama bagi Zayd untuk menjadi seorang ayah.
"Dengan semua penjelasan yang telah aku berikan kepada kalian tadi, hal itu menunjukkan jika program yang kita lakukan 100% berhasil."
Kedua mata Zayd tampak berkaca-kaca.
"Apakah itu artinya Aletta sedang mengandung?"
"Benar, sesuai dugaanku kali ini Aletta benar-benar sudah mengandung. benih yang aku tanamkan di rahimnya benar-benar tumbuh dengan sempurna."
"Apalagi didukung tubuh Aletta dalam kondisi yang kuat dan rahimnya sangat cocok maka benih dari kalian berdua berhasil tumbuh."
(Benih yang dimaksud adalah pengambilan sample telur dari rahim Aletta yang dibuahi oleh spe*ma dari Zayd keduanya tampak bisa berkolaborasi dengan baik)
Hal itu dilakukan karena sample telur dari rahim Syafea tidak bisa menerima pembuahan itu, maka dokter Richard terpaksa mengambil langsung dari rahim Aletta sendiri. Sebenarnya ia bisa melakukan pembuahan langsung akan tetapi sel spe*ma milik Zayd tidak bisa bertahab lama ketika sedang pembuahan.
Maka dari itu perlu bantuan dari tindakan medis untuk mematangkan hal itu di luar baru dimasukkan kembali ke rahim Aletta.
"Benarkah apa yang kamu ucapkan itu, dokter Richard?"
"Tentu saja iya, kalau kalian tidak percaya bisa membawa Aletta hari ini juga ke Rumah Sakit."
"Hari ini aku hanya memberikan infus kepadanya, setelah Aletta dalam kondisi membaik, kamu bisa membawanya ke Rumah Sakit agar diperiksa menggunakan peralatan yang lebih lengkap."
"Baik, dokter terima kasih untuk kunjungannya kali ini."
Dokter Richard menoleh ke arah alita yang masih terbaring lemas di atas tempat tidur.
"Sebagai calon seorang ibu kamu harus menjaga kandunganmu ini baik-baik. Jangan sampai kelelahan, dan memaksakan makanan yang tidak kamu suka. Rajin mengkonsumsi vitamin dan suplemen yang saya berikan selama masa kehamilan, itu bisa membuat tubuhmu lebih sehat."
"Jika perlu asupan nutrisi tambahan, kamu bisa meminum susu ibu hamil dan memakan buah-buahan yang segar. Hal itu bisa mengurangi rasa mual yang kamu rasakan di awal kehamilan."
"Terima kasih, banyak dokter," ucap Aletta lirih.
Setelah memberikan beberapa masukan kepada Aletta, maka dokter Richard segera pergi dan berpamitan kepada Zayd untuk kembali ke Rumah Sakit.
"Ingat jangan sampai membuat istrimu kelelahan atau kamu akan kehilangan bayimu. Hindari pola pikir stres pada awal kehamilan karena hal itu sangat beresiko."
"Baik, dokter. Saya akan mengingat semua ucapan yang diberikan olehmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
🥑⃟𝚜𝚌𝚑𝚊𝚝𝚣𝚒🦊⃫⃟⃤ₕᵢₐₜ𝚞𝚜
bnr dari pada d buang makanan nya lebih baik kasih aja sama org yg membutuhkan
2022-12-04
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
selamat ya Aletta karena kamu telah hamil dan itu anak kamu sendiri bukan anak dr istri pertama suamimu 🤭
2022-12-03
0