Yang tak lain adalah Yen Mo yang sebenarnya sudah bangun tapi pura-pura tidur.
Yen Mo menarik Lily sampai jatuh ke pelukan nya. Karena kesal Lily memukul dada Yen Mo bertubi-tubi tapi tangan Lily di tahan oleh Yen Mo. Mata mereka saling bertemu dan terkunci cukup lama
Deg deg deg
Suara jantung keduanya berderu kencang.
Lily berusaha bangun tapi tangan Yen Mo dengan eratnya memeluk pinggang Lily.
"Sebentar saja, aku ingin menatap mun seperti ini," ucap Yen Mo pelan.
Tatapan mereka bertemu, yang satu berharap ada sedikit cinta dimata sang gadis untuknya dan sang gadis berusaha untuk menutupi wajahnya yang bersemu merah dengan menundukkan kepalanya.
tak
tik
tok
waktu berjalan lambat
Pelukan Yen Mo perlahan melonggar dan merasa mendapat kesempatan Lily langsung bangun.
"Ekhm, kamu kenapa hari ini, sakit ya," kata Lily tanpa memandang Yen Mo.
Merasa tak ada respon Lily membalikkan badan perlahan, dan terlihat lah Yen Mo yang sudah duduk di tepi peraduannya dengan wajah sedihnya. Melihat itu Lily menghampiri Yen Mo dan duduk disampingnya.
"Ada apa? Apakah ada masalah?" tanya Lily dengan khawatir melihat wajah Yen Mo yang menyiratkan ke khawatirkan.
Yen Mo merebahkan kepalanya di bahu Lily. Lily bingung dengan tingkah Yen Mo, karena tidak biasanya dia seperti anak kecil yang kehilangan mainan.
Lily membiarkan Yen Mo merebahkan kepalanya di bahu Lily dan keheningan melanda kamar tersebut, hanya suara nafas kedua orang yang berada dikamar itu yang terdengar.
"Bisakah kamu tidak kembali ke duniamu?" kata Yen Mo yang membuat Lily sadar akan tingkah Yen Mo yang berubah.
"Maaf aku tidak bisa... Aku harus pulang, karena keluarga ku disana sedang menungguku," kata Lily juga ikutan sedih karena teringat keluarganya.
Keheningan kembali melanda kamar itu, sampai ada ketukan dari luar.
Tok tok tok "Permisi tuan, di depan ada seorang prajurit yang bernam Min Jung ingin menginformasikan sesuatu," kata pelayan pria yang mengetuk pintu.
"Baiklah, suruh dia tunggu di ruang pertemuan," kata Yen Mo yang sedikit teriak.
"Baik tuan, kalau begitu saya pamit undur diri," ucap pelayan.
Keheningan kembali melanda, tetapi posisi Yen Mo masih seperti semula yaitu merebahkan kepalanya di bahu Lily.
"Baiklah jika itu pilihanmu aku akan menghormatinya," kata Yen Mo seraya membangkitkan kepalanya dari bahu Lily dan menatapnya lama.
"Ya Tuhan, kuharap tidak ada jalan untuknya pulang ke dunianya, tapi lebih tak sanggup jika melihatnya terus bersedih," kata Yen Mo dalam hati dengan masih memandang wajah Lily yang terlihat sedih.
"Baiklah, aku akan coba usahan menemukan jalan untukmu pulang," kata Yen Mo seraya berdiri dari duduknya dan berusaha tersenyum padahal dalam hati Yen Mo sangat-sangat sedih.
Lily mengangkat kepalanya menatap Yen Mo.
"Sudahlah, jangan menatapku seperti itu, aku tak suka melihat wajahmu seperti itu, jelek tau," kata Yen Mo berusaha mencairkan suasana sedih yang ada.
"Kakak," ucap Lily.
Yen Mo yang mendengar itu tertegun.
"Aku sebenarnya sudah menganggapmu seperti kakak laki-lakiku, karena sejak dulu aku sangat ingin memiliki kakak laki-laki, aku iri dengan teman-temanku yang bercanda ria, mengajarkan naik motor dan lainnya dengan kakak laki-laki mereka," kata Lily menundukkan kepalanya.
Yen Mo masih tertegun dengan perasaan campur aduk senang karena Lily pasti selalu disisinya jika dia tidak kembali ke dunianya dan sedih saat tahu Lily menyayanginya hanya sebatas sebagai kakak. Yen Mo tersenyum kecut, tapi Lily tidak menyadarinya.
Yen Mo tidak bingung dengan kata-kata Lily seperti 'naik motor' karena diakn pernah tinggal didunia Lily.
"Baiklah adikku yang cantik jangan sedih lagi, nanti cantiknya hilang, kakak laki-laki mu ini akan berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan jalan untukmu pulang," kata Yen Mo sambil mencubit pipi Lily dengan senyum paksanya.
"Ihhh sakit tau," kesal Lily berusaha melepaskan tangan Yen Mo dari pipinya. "Kamu ditunggu seseorang kan cepat pergi," usir Lily dengan mengibaskan sebelah tangannya.
"Oh ya kamu benar aku hampir lupa," kata Yen Mo ingin pergi ke kamar mandi, tapi di hentikan Lily.
"Tunggu," kata Lily.
Yen Mo membalikkan badanya. "Ada apa lagi?"
"Jika sudah selesai bertemunya nanti datang ke kediamanku, aku sudah memasak banyak pagi tadi dan sekarang pasti sudah dingin, aku akan memanaskannya dulu," kata Lily dan beranjak pergi.
Di ruang pertemuan.
"Ada apa ke kediamanku pagi-pagi," kata Jedral Mo yang mengagetkan Min Jung.
"Hormat saya kepada Jederal," kata Min Jung.
"Hmm, ada apa?" tanya Jederal Mo lagi.
"Saya diperintahkan oleh Putra Mahkota untuk menjadi pengawal pribadi nona Lily," katanya membuat Jederal Mo mengangkat satu alisnya.
"Untuk apa Putra Mahkota melakukan itu," kata Jederal Mo.
"Mohon maaf Jederal saya juga tidak tahu, tapi saya diperintahkan seperti itu, dan akan dimulai dari hari ini," jelas Min Jung.
"Baiklah, nanti akan ku tanyakan sendiri kepada Putra Mahkota," kata Yen Mo. "Dan kau akan menjadi pengawal Lily mulai hari ini kan, ayo ikut aku ke kediaman Lily."
Min Jung mengangguk dan mengikuti Jederal Mo.
Sesampainya di kediman Lily, Yen Mo langsung masuk karena pintu yang memang sudah terbuka lebar dan nampaklah seorang gadis cantik dengan pakaian yang berwarna putih polos yang sedang menyusun makanan diatas meja dan dua anak laki-laki yang sedang membantu menyiapkan piring. Mereka tak lain adalah Lily, Li Mi dan Li Min.
Lamunan Jederal Mo dan Min Jung lenyap karena penghormatan dari Lin Sing yang membawa ceret air.
"Hormat hamba kepada tuan Mo dan tuan?" hormat Lin Sing terhenti karena dia tidak tahu dengan seseorang yang berada di belakang Jenderal Mo.
"Perkenalkan nama saya Min Jung saya prajurit istana dan sekarang akan menjadi pengawal nona Lily," kata Min Jung memperkenalkan diri.
"Hormat hamba kepada pengawal Min Jung dan salam kenal nama saya Lin Sing pelayan pribadi nona Lily," ucap Lin Sing.
"Ehh kalian kenapa berdiri di situ, ayo cepat kemari nanti makanan dingin lagi," ajak Lily sambil melambaikan tangan menyuruh masuk.
Jederal Mo, Lily duduk sedangkan yang lain hanya berdiri.
"Eh kenapa kalian berdiri saja ayo cepat duduk, kita makan bersama," kata Lily.
Mereka saling pandang termasuk Li Mu dan Li Min mereka tidak berani untuk duduk.
"Ayo cepat," kata Lily dengan menarik Li Mu dan Li Min duduk disampingnya.
Lin Sing dan Min Jung menatap Jederal Mo dan dianggukinya.
Merekapun duduk, tapi masih diam tak bergerak hanya duduk.
"Bagaimana makanan sebanyak ini bisa habis jika kalian hanya menatapnya," kata Lily berdiri dan mengambilkan piring yang berisi penuh makanan dan menaruhnya dihadapan Lin Sing dan Min Jung. Mereka terharu dengan perlakuan hangat yang diberikan Lily terhadap mereka.
"Aku juga mau," kata Jederal Mo manja sambil mengangkat piring ke hadapan Lily dan untuk memecahkan suasana tegang.
Mereka yang ada dikamar itu melongo melihat tingkah laku dari tuan/Jederal mereka kecuali Lily yang sudah terbiasa dengan hal itu.
"Baiklah kakakku yang tampan sedunia," kata Lily sambil mengambilkan makanan untuk Yen Mo.
Yen Mo yang mendengar perkataan Lily merasa di dalam hatinya banyak kupu-kupu berterbangan tapi disisi lain ada goresan yang menyakitkan.
Mereka makan bersama dan diselingi canda tawa yang tidak terbatasi oleh status sosial.
Hari menunjukkan menuju siang hari dan mereka bertiga siap untuk pergi ke istana untuk mengikuti perburuan.
"Nona hati-hati ya disana," kata Lin Sing cemas.
"Iya kakak cepat pulang ya," kata Li Mu dan Li Min.
"Baiklah, kakak cepat pulang dan akan baik-baik saja, untuk Li Mu dan Li Min jangan nakal ya sama kak Lin Sing, jangan lupa rajin belajar," kata Lily sambil mengusap kepala Li Mu dan Li Min.
Mereka pun berangkat dengan menunggangi kuda masing-masing.
Kenapa Lily menunggangi kuda sendiri? Karena dia berlatih berkuda setiap hari dengan dibantu oleh para penjaga kediaman Jederal Mo dan selalu menghasilkan luka karena terjatuh dari kuda, tapi luka itu dapat dengan mudah dia sembuhkan dengan kekuatan penyembuhnya.
30 menit berkuda mereka sampai di depan istana yang sudah dipenuhi oleh kaisar, Raja, Putra Mahkota, para pangeran, para putri, Jedral dan yang lainnya dari kekaisaran dan kerajaan lainnya, termasuk kekaisaran Qin sendiri yang menjadi tuan rumahnya.
Kaisar Qin sudah datang sedari awal menyambut para kaisar maupun Raja dari kekaisaran ataupun kerajaan lainny.
Ketiga orang yang baru memasuki gerbang menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada dilapangan depan istana Qin. Karena seorang gadis yang menggunakan pakaian berwarna hitam bercampur merah dengan cadar hitamnya berjalan diantara para pemuda gagah nan tampan dengan menggunakan pakaian yang berwarna senada dengan sang gadis, sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Banyak bisik-bisik dari orang-orang ada yang kagum, menghina dan lainnya.
"Wahh aku jadi iri dengan gadis yang berda di antara pemuda tampan itu," kata salah satu putri kerajaan lain.
"Huh pasti wajahnya sangat jelek, sampai menggunakan cadar," kata putri Qin Mei zhu memanasi putri-putri yang lain.
Mereka yang dibicarakan hanya acuh berlalu menuju kaisar Qin untuk memberi hormat.
"Hormat kepada kaisar kekaisaran Qin, semoga panjang umur sehat selalu," kata hormat Jedral Mo seraya membungkukkan badan 90 derajat dan diikuti oleh Lily dan Min Jung.
"Salam kalian diterima," kata Kaisar Qin.
Kaisar Qin kami pamin undur diri," kata Jederal Mo sambil membungkukkan badan dan diikuti oleh Lily dan Min Jung.
Dan diangguki oleh kaisar Qin.
Matahari sudah tinggi yang menunjukkan sudah tengah hari dan semua orang bersiap untuk berangkat ke hutan yaitu tempat untuk perburuan.
TERIMAKASIH KEPADA PARA PEMBACA YANG SUDAH SETIA MENGIKUTI CERITA INI.
SEMOGA KALIAN DAPAT MENIKMATINYA
Jangan lupa beri saran, like, comments and vote.
Thank You...☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
pergi berburu udah siang spi hutan udah malam dong..
2023-05-31
0
Fatimah Az Zahra
yg sabar ya yen mo..
2022-02-24
0
⁂❄︎❤︎Liya Nina❤︎❄︎⁂
tergores karena terdengar kata 'kakakku'
2022-02-06
0