Yen Mo dan yang lainnya mencari sumber suara teriakan dan terlihatlah seorang gadis yang penampilannya berantakan sedang berdiri di teras dan sedang memegangi obor ditangan kanannya.
Di lain tempat, yaitu ditempat Putra Mahkota berdiri, saat dia mendengar teriakan Lily dia ingin menghampirinya, tetapi langkahnya terhenti ketika ada seorang pria yang langsung berlari dan memeluk Lily, tak lain dia adalah Jenderal Mo yang terlihat sangat senang. Putra Mahkota perlahan pergi, itu tak luput dari pandangan seseorang di balik pohon.
"Ternyata saingan ku banyak ya," kata pria bertopeng tersenyum sinis.
Kembali kepada Lily dan Jenderal Mo yang masih berpelukan melepas kekhawatiran. Selepasnya pelukan Jedral Mo dia membalik balikan badan Lily mengecek apakah Lily terluka.
Tak, suara sentilan mengenai kening Lily.
"Auua, apaan sih sakit tau," kata Lily cemberut.
"Sakitkan, itu tak seberapa khawatirnya aku denganmu, kami disini seharian nyariin kamu tahu," kata Jenderal Mo sedikit menaikan nada suaranya.
"Maaf, aku tersesat jadi tidak bisa pulang," kata Lily menundukkan kepalanya.
"Huhhhh," helaan nafas Jederal Mo'. "Sudahlah yang penting tidak terjadi apa-apa padamu, mari kita pulang," kata Jederal Mo mengajak pulang.
Lily merasa ada yang mengawasinya, diapun mengedarkan pandangannya kesegala penjuru tapi tak terlihat apapun karena keadaan yag sangat gelap.
"Ada apa?" kata Jenderal Mo.
Lily hanya menggelengkan kepalanya dan beralih kepada prajurit lainnya.
"Terimakasih, kakak-kakak tampan, sudah mencariku," kata Lily sedikit membungkukkan badan.
Melihat dan mendengar itu mereka jadi salah tingkah dan wajah mereka semua memerah karena dipanggil kakak tampan dan segera menundukkan kepala mereka juga.
"B. .bukan masalah nona, ini memang kewajiban kami," kata salah satu prajurit yaitu Min Jung.
"Eeehh kamu prajurit yang pagi tadi menemaniku kan, aku suka gayamu," kata Lily sambil mengedipkan sebelah matanya.
Tentunya wajah Min Jung yang sudah memerah, kini menjadi semakin memerah seperti tomat kematangan.
"Ihhh Lily, dengan yang lain kamu menyebut kakak dan sopan, kenapa dengan ku tidak dan jangan mengedipkan mata sembarangan nanti kelilipan loh," kata Yen Mo marah merajuk.
Melihat Jederal mereka yang bersikap tidak seperti biasa dan baru pertama kali melihatnya seperti ini hanya melongo dengan masing-masing mulut mereka berbentuk O.
"I. .ini benarkah Jederal Mo yang terkenal dingin dan sadis di medan peperangan," gumam para prajurit dalam hati. Tak terkecuali Min Jung masih saja tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, meskipun dia sudah melihatnya pagi tadi.
"Kamu itu berbeda, kamu lebih istimewa," kata Lily acuh.
"Benarkah, sungguh," kata Jenderal Mo dengan wajah yang berbinar seperti anak kecil yang kesenangan mendapat pujian.
Mau aja diakalin Lily, tapi sebenarnya memang istimewa sih, tapi cara perlakuan istimewanya berbeda daripada umumnya.
"Hmm," deheman Lily yang jengah dengan sikap Jederal Mo.
Mereka pun kembali ke istana untuk mengambil kuda mereka dan pergi ke kediaman masing-masing.
Sesampainya di istana.
"Terimakasih kalian sudah membantuku untuk mencari adikku," kata Jenderal Mo.
"Sama-sama Jederal, itu sudah seharusnya kami membantu," kata Min Jung.
"Dan Min Jung, jangan geer ya terhadap perilaku adikku terhadapmu dia memang seperti itu ramah kepada semua orang," kata Jederal Mo memperingatkan dengan hawa dingin dan tatapan tajamnya.
Min Jung dan prajurit lainnya hanya menelan air ludah mereka dengan susah payah.
"I. .iya Jederal, saya mengerti," kata Min Jung.
Plakk, "Cepat kita pulang, aku sudah sangat lapar tidak makan seharian," kata Lily kesal memukul bahu Yen Mo.
"Kamu ya," tatapan tajam Yen Mo menatap Lily dan dibalas tatapan tajam dari Lily juga.
Yang memperhatikan itu hanya diam tak mampu berkata-kata dan tak dapat berkomentar terhadap dua orang dihadapan mereka yang terlihat sepeti singa jantan dan singa betina yang siap bertarung.
"Huhhh, sudahlah ayo cepat kita pulang, dan kalian pulanglah dan bagi kalian yang bertugas aku sudah memerintahkan yang lain untuk menggantikan kalian," kata Jederal Mo mengalah.
Jederal Mo kalah Jika ditatap tajam oleh Lily, karena dia tahu Lily itu orang nya sangat keras kepala, tapi meskipun Yen Mo tahu sifat-sifat yang dimiliki Lily tapi banyak yang belum diketahuinya juga seperti halnya saat pesta.
"Terimakasih Jederal, kalau begitu kami permisi undur diri," kata prajurit.
"Ya silahkan," jawab Jederal Mo.
Lily sudah menunggu di samping kuda Yen Mo dan mereka menaiki kudanya. Diperjalanan Yen Mo mendengar gumaman Lily, sebenarnya mendengar tapi dia pura-pura tak mendengarnya.
"Maaf, aku tadi memukulpu dihadapan bawahanmu," gumam Lily tapi masih dapat di dengar oleh Yen Mo.
"Hah ada apa Lily, aku tak dapat mendengarmu," kata Yen Mo sedikit tersenyum dan bergegas ia menetralkan wajahnya kembali.
"Aku minta maaf akan hal tadi, yang memukulmu dihadapan para bawahanmu," ucap Lily sedikit nyaring.
"Ahhh, sebenarnya aku sangat malu saat itu, bagaimana ya...nanti aku tidak dihormati lagi," kata Yen Mo lesu, tapi dalam hatinya bersorak gembira.
"Ahhh, bagaimana ini, apa yang bisa ku lakukan," kata Lily gelisah. "Aduhh bagaimana ya," gelisah Lily sambil menggigit kuku jarinya.
Puas mengerjai Lily Yen Mo melemah lembutkan kata-katanya.
"Tidak apa, aku bisa mengatasinya sendiri," kata Yen Mo dengan nada lembutnya.
Lily membalikkan kepalanya dan pandangan keduanya terkunci beberapa detik.
Dag dig dug. Jantung Yen Mo yang rasanya ingin meloncat keluar dan wajahnya sangat merah. Berbeda dengan Lily, meskipun jantungnya juga berdetak tak wajar tapi dia mampu mengontrol agar wajahnya tidak memerah.
"Ekhmm, aku sangat mengantuk, jika sampai bangunkan aku ya...," kata Lily seraya memejamkan matanya.
Tak lama berkata seperti itu Lily tertidur dengan menyenderkan kepalanya di dada bidang Yen Mo. Melihat Lily tertidur Yen Mo tersenyum dan sesekali menyingkap rambut yang menutupi wajah Lily.
30 menit berkuda mereka sampai di kediaman Yen Mo. Sebenarnya dia tidak ingin membangunkan Lily, tapi ingat dengan pesan Lily dia hanya pasrah, karena jika dia tidak menepati pesannya, Lily akan ngambek dan tidak ingin berbicara padanya, seperti pernah kejadian sewaktu Yen Mo masih di rumah Lily di zaman modern.
*Flashback on*
"Ingat jangan terkena air nanti lukamu akan membusuk," pesan Lily.
Sepulang kerja Lily selalu membantu Yen Mo untuk mengganti perbannya, dan ketika dia melihat perban yang terlihat basah dan terdapat bercak darah yang keluar dari lukanya.
"Ini kenapa basah dan lukanya mengeluarkan darah, pagi tadi lukanya sudah mulai mengering," selidik Lily dengan menatap tajam Yen Mo.
Yen Mo yang di selidiki dan ditatap tajam gelabakan, apa yang harus dia katakan pasalnya baru kali ini dia di selidikiboleh seseorang biasanya dia yang mengintrogasi seseorang, sebenarnya dia mencoba untuk memasak untuk Lily, tapi saat dia ingin mencuci tangannya setelah mencuci ikan dia kepeleset dikamar mandi dan tangan yang bersangga di penampung air yang tingginya kira-kira 60 cm, tidak mampu menyangga tubuhnya b yang besar, dan alhasil penampung air itu tumpah ke badannya.
Jangan lupa like, comments and vote
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
helen nurindria
mirip drakor moon lovers, cma jln ceritanya aj yg beda... tp kurleb sma, btw maaf thor keseluruhan bagus koq critanya...
2022-05-26
0
Melani Ela
bingung,Lily sm siapa yach nti? apa yg si pohon ato Yen Mo? hihii
2022-03-31
3
SaSa🐕
terlalu awal untuk menyipulkan sama siapa🤔
2022-03-23
1