Sekitar 30 menit mereka sampai di pintu gerbang istana kekaisaran. Mereka turun dari kuda mereka dan disambut oleh Para Penjaga.
"Selamat datang Jenderal," ucap Penjaga serempak.
Yen Mo hanya menganggukkan kepalanya dan menyerahkan kudanya untuk di letakkan dikandang. Yen Mo dan Lily mulai melangkah masuk banyak orang-orang yang merasa bingung dan penasaran dengan gadis ynag berjalan bersama Jedral mereka.
"Siapa gadis itu, bukankah Jederal tidak suka dekat dengan para gadis," ucap penjaga S.
Ada penjaga yang kebetulan tahu dan mendengar percakapan beberapa penjaga itu dan mendekati mereka.
"Dia adik angkat Jenderal," kata penjaga yang baru datang.
"Ohh berarti rumor bahwa Jendral mengangkat seorang adik perempuan itu benar," kata Penjaga G.
Dan hanya diangguki oleh penjaga yang memberitahu.
Kembali pada dua orang sedang berjalan dengan ekspresi yang tak dapat diartikan sampailah mereka di barak pelatihan prajurit, ditempat itu terdapat pondok kecil dan disanalah mereka duduk sambil bercanda. Ya mereka adalah Lily dan Jenderal Mo. Tak lama mereka duduk ada seorang prajurit menghampiri dan memberi hormat.
"Hormat kepada Jederal Mo, maaf Jederal, Yang Mulia Putra Mahkota memanggil anda," kata prajurit.
"Baiklah, aku akan kesana, tolong kau awasi kucing kecil ini," kata Yen Mo terkekeh.
Mata Lily melotot menatap Yen Mo, dan prajurit melihat perubahan perilaku Jederal mereka hanya terdiam kaget melihat adegan didepan matanya, dia tidak berani bersuara, pasalnya dia tahu sifat Jederal sebelum ini. Sifat Jederal mereka sebelum menghilang yaitu dingin tanpa ekspresi dan tidak pernah tersenyum apalagi bercanda. Kebingungan dimana ada kucing disekitar mereka dia celingak-celinguk mencari keberadaan kucing itu sadar dengan tatapan Jederal Mo yang mengarahkan pandangan kepada seorang gadis.
"Ahhh, b.. baik Jederal," kata prajurit.
Yen Mo pun pergi dari pondok kecil itu. Sedangkan prajurit itu masih berdiri berjaga di sekitar pondok kecil. Melihat prajurit itu mondar mandir Lily pun memecah keheningan.
"Ekhmm, kaka tampan, apakah kamu tidak lelah berdiri terus," kata Lily mulai mendekati prajurit.
Awalnya prajurit hanya diam, dia kira bukan dirinya yang diajak bicara, tapi saat Lily menarik sedikit lengan bajunya baru dia sadar bahwa dirinya lah yang diajak bicara.
"Ah..eh nona, apakah nona bicara dengan saya," kata prajurit sambil menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya.
Lily mengangguk, "Apakah tidak lelah berdiri terus, ayo duduk sini," tawar Lily.
"Tidak perlu nona, saya tidak lelah, dan juga saya hanya prajurit rendahan, tidak pantas duduk bersama nona," jawab prajurit.
"Ihhh...kaka pasti lelah, ayo duduk, aku tidak apa kok duduk dengan siapapun," kata Lily menarik lengan baju prajurit untuk duduk.
Prajurit itu dengan terpaksa duduk dan Lily menawarkan air yang dibawanya(sebenarnya air yang datang dari pikirannya).
"Kaka tampan mau minum," tawar Lily.
Baru sadar sedari tadi Lily memanggilnya Kaka tampan, seketika wajah prajurit itu memerah dan Lily melihat wajah prajurit itu memerah langsung mengecek kening prajurit itu dan lagi lagi wajah prajurit itu tambah merah karena malu.
"Kaka sakit ya, kenapa wajah kaka sangat merah," kata Lily khawatir seraya menaruh botol minumnya.
Dalam keadaan khawatir Lily, datanglah Yen Mo bersama Putra Mahkota dan pangeran 2.
"Ekhmm," deheman Yen Mo dan seketika itu juga prajurit langsung berdiri dan memberi hormat.
"Hormat hamba kepada Yang Mulia Putra Mahkota, Pangeran ke2(Qin Ling) dan Jedral Mo," hormat prajurit.
"Hormatmu, ku terima, silahkan pergi," kata Putra Mahkota.
Sebelum prajurit itu pergi Lily mencegahnya.
"Eeeeh kaka tampan mau kemana kau kan masih sakit," kata Lily polos seraya mendudukan prajurit itu.
Melihat tindakkan Lily Putra Mahkota, Pangeran ke2 dan Jedral Mo kaget akan perilaku Lily yang terlihat sangat polos.
"Apakah dia itu benar-benar tidak tahu, jika seorang laki-laki diperlakukan seperti itu akan malu (dalam hal bersentuhan dengan wanita)," gumam Putra Mahkota dan Pangeran ke2 dalam hati, sedangkan Yen Mo sudah biasa dengan perilaku Lily yang seperti itu, pasalnya dia aja sudah terbiasa dengan sentuhan Lily, tapi hanya Lily yang diizinkannya untuk menyentuhnya.
Yen Mo pun membuka suara.
"Lily, biarkan dia pergi, dia harus mengerjakan pekerjaannya," kata Yen Mo.
"Tapi kan dia sakit, tuh lihat wajahnya aja sangat merah," kata Lily polos dan Yen Mo juga sedang menahan marahnya melihat Lily menyentuh laki-laki lain.
"Tidak, dia tidak sakit, ya kan," kata Yen Mo yang kemudian memandang tajam ke arah prajurit, dan seketika prajurit pun berkata.
"Ya nona, sa..saya tidak sakit, sa..saya cuman kepanasan," kata Prajurit gugup.
"Benarkah, baiklah, kalau begitu kamu bawa air ini saja bersama mu," kata Lily seraya menyerahkan botol airnya.
Prajurit memandang Jederal Mo dan yang dipandang berusaha menahan marah dan menganggukkan kepalanya.
"Baiklah nona, terimakasih,kalau begitu saya pamit undur diri," kata Prajurit.
Lily mengangguk sambil tersenyum.
"Yen Mo kamu lama banget perginya," kata Lily sambil melipatkan kedua tangannya didada dan membalikkan badan (seperti merajuk), dan tidak memperdulikan dengan orang sekitar.
"Maaf dia yang tidak sopan Yang Mulia," kata Yen Mo sambil menyuruh Lily memberi hormat.
Lily yang tidak ditanggapi rajukkannya berlalu pergi.
"Maaf Yang Mulia," kata Jenderal Mo sambil menundukkan kepala.
"Tidak apa, aapakah dia adik angkatmu?" kata Putra Mahkota.
"Benar Yang Mulia, dia adik angkat hamba," kata Yen Mo.
"Sangat menarik," gumam Putra Mahkota dan Pangeran ke2 yang sedari tadi diam dalam hati.
***
"Huh, dia juga manusia, apa yang perlubku hormati," kesal Lily sambil berjalan tak tentu arah. Tak sadar Lily berjalan masuk menuju hutan belakang istana. Sadar dengan lamunannya.
"Ahh dimana ini. Ini seperti dihutan, apakah aku tersesat," kata Lily memutar badannya melihat sekitar, dan yang terlihat hanya pepohonan yang tinggi menjulang, dia mencoba terus berjalan dan dia melihat gubuk di antara pepohonan, dia mencoba untuk memeriksanya.
"Permisi apakah ada orang," kata Lily hati-hati.
Tidak ada jawaban Lily mencoba mengetok pintu gubuk itu.
Tok tok tok, masih tidak ada yang menyahut, Lily pun duduk di teras untuk menunggu, kalau-kalau ada yang datang.
"Ingin pulang tak tahu jalan, lebih baik menunggu," gumam Lily.
Lama-lama Lily merasa bosan dan dalam keadaan bosannya Lily mendengar suara berisik yang berasal dari semak-semak. Lily mulai ketakutan, tapi dia mencoba untuk memberanikan diri untuk mendekatinya.
"Aku harus kesana," gemetar Lily seraya maju mendekati semak-semak.
Auuuuuu, suara serigala mengaum dan keluar dari balik semak-semak. Lily mematung tak dapat bergerak akibat kakinya yang bergetar hebat.
Pikiran Lily kosong tak dapat memikirkan apapun, auuuuu suara serigala lainnya mulai bermunculan. Tubuh Lily semakin bergetar hebat sampai-sampai dia tak sanggup berdiri, Lily hanya mampu menahan suara tangisannya keluar agar tidak memancing lebih banyak serigala lagi. Saat salah satu serigala ingin menerkamnya, Lily menutup matanya. Lama Lily menutup matanya tapi tak terasa ada yang mengenai tubuhnya, dia memberanikan diri untuk membuka matanya, dan terlihat lah seseorang yang menggunakan topeng dan berlumuran darah diseluruh badannya. Lily mengedarkan pandangan ke sekitarnya dan terihatlah tubuh-tubuh serigala yang tak bernyawa lagi berserakan.
Jangan lupa like, comments and vote
Happy Reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
yaaaa...lily kok lemah kan tgl di sihir dor dor dor....he...he..he...
2023-05-31
0
Reyshia Ratu
gmn si kerajaan sama hutan ko jd satu
apa kerajaan ny ada di dlm hutan
kalau pun itu ,
bukany kalo kerajaan itu di kelilingi tembok tinggi sebagai pembatas atau pelindung
2022-05-25
0
Nabilaaaa`
sabilah ngeharem
2021-12-29
0