Contract Marriage
"Ah, tolong! Lepaskan tanganku! Lepas!" Terdengar suara jerit Rara meminta tolong dengan kerasnya. Wajah Rara memerah ketakutan, tubuhnya dingin, tangan kirinya bergetar karena ditarik oleh seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping, rambutnya gondrong, kulitnya berwarna hitam kecoklatan karena terbakar sinar matahari.
Nafas Rara benar-benar tak karuan, jantungnya hampir copot karna dikagetkan oleh sergapan laki-laki menakutkan dari belakang, tangan kirinya tak mampu lepas dari cengkraman laki-laki gila yang terobsesi olehnya.
"Lepas! Lepaskan tanganku! Dasar laki-laki gila!" Teriak Rara dengan kerasnya meminta agar orang gila itu melepaskan cengkramanya.
Sambil terus menarik tangan Rara orang gila itu pun tersenyum bengis lalu menatap wajah Rara dengan puasnya, sesekali tertawa-tawa dan mencebikkan bibirnya. Sepertinya sangat puas sekali bisa mendapatkan gadis cantik itu, tanpa banyak berkata hanya tertawa ngakak orang gila itu terus menarik tangan Rara sampai ke gang buntu dengan kuatnya.
Kukunya yang panjang pun berhasil menggores-gores pergelangan tangan Rara yang putih mulus itu, alhasil pergelangan tangan Rara penuh dengan luka cakar, dan kemerahan karena cengkraman yang sangat kuat.
Rara terus teriak minta tolong, dia sendirian di gang itu, kenapa tidak ada orang yang mendengarnya, sementara Rara benar-benar ketakutan, dia takut kalau orang gila itu akan menculiknya dan memperkosanya.
"Lepaskan! Lepaskan tanganku! Tolong! Tolong!" Teriak Rara dengan kencangnya, dengan sekuat tenaga Rara mengayunkan kaki kananya dan menendang bokong orang gila itu.
"Bruk!" Laki-laki bertubuh ceking itupun terjungkal dan jatuh tersungkur ketanah karena tendangan kaki Rara.
Dengan reflek cengkraman tangan Rara pun
terlepas. Melihat dia terjatuh dan genggaman tanganya terlepas, orang gila itu lalu marah dan kalap. Diambilnya sebatang kayu besar sebesar pergelangan kaki orang dewasa, kayu itu berada tepat di samping orang gila yang jatuh tersungkur itu.
Rara yang mengetahui orang gila tersebut mengambil sebatang kayu benar-benar histeris dibuatnya, teriakannya pecah meminta tolong berharap siapapun datang menolongnya. Sudah tak karuan bagaimana perasaan takutnya siang itu.
Diayunkan kayu besar itu tepat lurus di kepala Rara dengan bengisnya.
"Ah, tolong! Tolong aku!" Teriak Rara sambil menangis histeris, dengan tubuh yang gemetaran, air mata Rara saat itupun tak terbendung.
"Brakk! Brak! Brak!" Tanpa disadari datanglah seorang cowok bertubuh tinggi dari belakang Rara, dia menendang ayunan kayu besar tersebut dengan kakinya. Sehingga membuat kayu besar tersebut terpental jatuh ke belakang tubuh orang gila tersebut.
Melihat ada laki-laki yang datang, orang gila tersebut ketakutan, matanya melotot tajam, rahangnya mengeras serta mulutnya berkata "Awas kau, awas kau aku cari kau!" Teriak orang gila itu sambil berlari pergi dengan kencang.
Dengan nafas yang tak karuan dan ketakutan yang amat sangat, tangan Rara pun digandeng oleh cowok itu dan menariknya pergi dari tempat itu.
Ketika mendapatkan tempat yang dirasa aman mereka pun berhenti di sebuah taman kecil. Rara yang begitu ketakutan sedikit demi sedikit akhirnya merasa tenang.
"Apa kamu nggak papa?" Tanya Anzel sambil memegang kedua tangan Rara dengan rasa khawatir.
"Emm, Aa-a-ku tidak papa, hanya saja aku takut sekali tadi." Jawab Rara dengan terbata-bata, kakinya masih gemetaran ketika mengingat kejadian tadi.
"Minumlah ini dulu, tenang dan jangan takut Ra, kamu aman sekarang." Sambil menyodorkan botol air minum dari dalam tasnya dan tersenyum dengan manisnya.
"Terimakasih ya Anzel, berkat kamu aku selamat, kamu menyelamatkan nyawaku, aku tidak tahu lagi bagaimana nasibku kalau kamu nggak nolong aku!" Jawab Rara dengan menatap mata Anzel penuh haru.
"Aku tadi jalan lewat gang itu, lalu aku mendengar teriakan suara minta tolong, setelah aku amati suara itu ternyata suaramu Ra, aku benar-benar kaget kalau orang gila itu berani menyentuhmu" Tutur Anzel menjelaskan kepada Rara, wajah Anzel yang ganteng itu pun menatap Rara dengan rasa khawatir.
"Makanya itu aku juga heran kenapa dia berani menyergapku dari belakang, aku kira siapa ternyata orang gila," Ujar Rara menjelaskan kepada Anzel.
"Sini coba kulihat tanganmu", tangan Anzel pun menarik tangan Rara dan melihat banyak luka cakaran kemerahan di tangan kiri Rara.
"Ini harus dibersihkan dengan alkohol, ayo ikut ke rumahku Ra, aku akan mengobati lukamu." Ajak Anzel ke rumahnya, Anzel pun berdiri dan mengayunkan tanganya agar digenggam oleh Rara, mereka berdua pun berjalan menuju rumah Anzel yang tak jauh dari situ.
"Makasih ya Nzel, aku bersyukur kamu menolongku, kalau nggak ada kamu pasti aku udah remuk dipukul kayu," Tutur Rara menjelaskan perasaanya kepada Anzel.
"Kali ini aku benar-benar menolongmu ya." Dengan senyum mengembang di pipinya Anzel pun melangkah pergi dengan menggandeng tangan Rara.
"Tadi kamu mau kemana sih Ra, kenapa pergi sendiri? Bahayo lo cewek pergi sendiri dan lewat gang sempit yang sepi itu, harusnya kamu jangan lewat situ Ra." Tutur Anzel menjelaskan kepada Rara.
"Aku itu mau ke Perpustakaan Nzel, ada novel yang mau aku beli, kalau lewat gang ini kan cepet dan lumayan deket, lagian juga tiap hari aku lewat sini kok kalau mau kesekolah, nggak apa-apa juga, mungkin hari ini apesku aja kali ya." Jawab Rara sambil berceletuk manja.
"Lain kali jangan lewat sini sendirian ya, orang gila itu takutnya masih mengikutimu, dan berbuat jahat lagi kepadamu, jadi biar aman kalau berangkat dan pulang sekolah biar aku jemput aja." Ujar Anzel menjelaskan dengan tatapan hangat kepada Rara.
"Terimakasih ya Nzel, kamu sangat baik sekali kepadaku, aku nggak tau gimana jadinya aku tanpamu tadi." Jawab Rara berterimakasih kepada Anzel.
Setelah 5 menit mereka berjalan lalu sampailah didepan pintu gerbang yang tinggi dan kokoh, rumah Anzel benar-benar megah jika dilihat dari depan.
"Ayo masuk!" Ajak anzel sambil membuka pintu gerbang garasinya.
Rara pun masuk melewati pintu gerbang tersebut, sejauh mata memandang halamanya luas, tamanya indah, dan rumahnya megah sekali.
"Aku belum pernah mengajakmu main kesini ya?" Tanya Anzel kepada Rara sambil tersenyum ramah.
"Belum Nzel, terakhir aku pernah kerumahmu yang di Batavia itu, yang waktu kita kumpul buat ngerayain ulang tahunya Adeline adik kamu, kalau rumah barumu ini aku baru kali ini kesini, gila ya Nzel Mama Papamu pasti berjuang keras buat ngebangun rumah ini." Terang Rara memuji keluarga Anzel.
"Ah tapi karena mereka terlalu sibuk aku dan Adeline jadi kurang kasih sayang orang tua Ra, mereka hanya pulang 6 bulan sekali." Jelas Anzel kepada Rara.
Setelah berjalan memasuki rumah Anzel yang megah, Anzel terus membawa Rara berjalan menuju ke ruang tamu, ruang keluarga dan naik menuju lantai 2. Rara pun kebingungan dan menanyakan mau dibawa kemana dia.
"Kita mau kemana Nzel, memangnya dimana letak alkoholnya?" Tanya Rara kepada Anzel.
"Kita mau ke kamarku!" Jawab Anzel dengan pasti.
"Degh! Degh! Degh! Rara pun kaget, yang benar saja Anzel mengajakku masuk ke kamarnya," wajah Rara memerah dan jantungnya berdetak tak karuan lagi.
------------
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments