Degh! Degh! Degh! Jantung Rara kembali berdetak keras, Rara kebingungan kenapa Anzel membawa dia ke kamarnya.
"Kita mau kemana Nzel? Tanya Rara dengan pemasaranya.
"Mau ke kamarku, kotak P3K nya ada dikamarku Ra." Jawab Anzel sambil menunjuk ke arah kanan memberi tahu sebelah mana kamarnya.
Rara pun mengerti dan mengikuti arah kaki Anzel dengan gugup, dia takut karena baru kali ini Rara memasuki kamar cowok.
"Ayo silahkan masuk, masuk saja jangan khawatir aku hanya mau mengobati lukamu." Tutur Anzel dengan percaya diri, membuat jantung Rara semakin berdetak kencang.
Kamar Anzel begitu besar, di depan pintu terlihat kasur ukuran big size yang sangat rapi, kamar cowok itu begitu mewah dan sangat bersih seperti kamar tuan muda yang ada di drama korea.
"Wauu, jadi ini kamarmu Nzel." Ucap Rara terkagum-kagum hingga ia lupa dengan rasa perih di tangannya.
"Kenapa bersih sekali, apa kamu memang serapi itu? Atau ada yang membersihkan kamarmu tiap hari?" Tanya Rara penasaran hingga kedua bola matanya tidak berhenti melihat ke sekeliling kamar.
"Ada yang bersihin tiap hari, tapi akupun juga nggak berantakan banget, jadi bibi nggak perlu susah-susah ngerapihin nya. Jawab Anzel sambil tersenyum lebar, matanya begitu indah hingga membuat Rara terpana melihatnya.
"Ayo sini mana tanganmu," sambil mengambil kotak P3K di dalam laci walk in closetnya.
Anzel dan Rara pun duduk bersama di atas kasur, dengan penuh kasih sayang Anzel menyentuh tangan Rara dengan lembut.
"Ini mungkin akan perih kamu tahan ya Ra". Kata Anzel menjelaskan dengan lembutnya.
Anzel seperti malaikat, dia terlahir hampir sempurna karena apa yang dimilikinya terlalu banyak, dia memiliki wajah tampan, hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, sangat sempurna sebagai seorang laki-laki, dia pun juga dari kalangan orang yang berada. Wanita mana yang tidak tertarik dibuatnya.
"Lihat tanganmu, banyak sekali goresanya, orang gila tadi benar-benar sangat menginginkanmu, hingga dia nekat menyeret dan akan memukulmu Ra, lain kali jangan lewat situ sendirian ya, aku nggak mau kamu kenapa-napa." Pinta Anzel memberitahu, dengan tatapan mata yang menyiratkan harapan kepadanya.
"Kenapa memangnya kamu khawatir denganku?" Tanya Rara penasaran, sambil tersenyum menggoda Anzel.
"Ya Iyalah, kamu kan temanku, aku nggak mau temanku kenapa-napa." Jawab Anzel menegaskan.
"Aw, sakit! Pelan-pelan ini perih banget." Ucap Rara sambil merintih kesakitan.
Kedua bola mata Anzel menatap wajah Rara dengan seriusnya, menatap dengan tatapan mengisyaratkan kasih sayang, melihat Anzel menatapnya begitu dalam Rara pun tersipu malu, terlihat ketegangan terpancar di dalam wajah Rara.
"Kenapa kamu menatapku Anzel?" Tanya Rara membuyarkan tatapan Anzel.
"Ayo cepat kalau sudah selesai aku mau pulang." Jawab Rara sambil membereskan kotak P3K Anzel.
Di saat yang bersamaan Rara pun bersiap untuk berdiri dan tanpa sengaja kakinya tersandung karpet di bawah kasur Anzel.
"Bruugggghht! Rara benar-benar terpeleset, matanya melotot tajam, serta tubuhnya mulai terjungkal ke belakang, dengan sigap Anzel menarik lengan Rara dan memegang pinggangnya. Tubuh Rara pun diputar Anzel ke kasur agar dia tidak jatuh ke lantai.
Benar saja mereka berdua jatuh di kasur, badan Rara berada diatas dan Anzel tepat berada di bawahnya, dengan saling menatap tangan Anzel memeluk pinggang Rara dengan erat. Dua mata mereka bertemu, tanpa disadari Anzel mengecup bibir Rara dengan penuh rasa cinta.
Jantung Rara berdetak kencang tak karuan lagi, entah sudah berapa kali dia harus merasakan spot jantung hari ini. Baru kali ini Rara dicium oleh laki-laki, jiwanya bergetar tak karuan. Setelah merasakan kecupan tak sengaja itu Rara pun berusaha untuk berdiri dan mencerna apa yang terjadi.
Anzel pun tertunduk malu tanpa sempat mengatakan apapun.
"Emm aku harus pulang sekarang." Pinta Rara dengan salah tingkah, dia tak tau mau ngomong apa lagi, suasana tiba-tiba jadi hening.
"Boleh, ayo aku antar." Jawab Anzel menawarkan dan bergegas untuk berjalan keluar kamar.
"Emm, tidak aku bisa pulang sendiri." Jawab Rara tanpa menatap Anzel malu-malu.
"Biar aku antar saja ayo." Ajak Anzel berjalan keluar kamar.
Mereka pun turun tanpa saling berkata-kata, gerakan tubuh keduanya sangat terlihat kalau mereka sedang salah tingkah.
"Eh, Mas Anzel, kok udah balik mas?" Tanya Bi Inah saat berpapasan dengan Anzel dan Rara di ruang tamu.
"Oiya ini Rara teman sekelas aku Bi," Jawab Anzel memperkenalkan Rara kepada Bi Inah.
"Halo Bi, aku Rara senang bertemu dengan Bi Inah." Sapa Rara sambil mencium tangan Bi Inah.
"Eh, iya mbak Rara sama Mas Anzel nggak makan dulu? Ini Bibi masak cah kangkung kesukaan Mas Anzel lo." Sambil menunjuk ke arah ruang makan.
"Nanti saja Bi lain kali kita makan, sekarang aku mau antar Rara pulang dulu." Jawab Anzel dengan senyuman ramah.
"Baiklah Mas kalau begitu hati-hati dijalan ya." Ujar Bi Inah dengan tersenyum.
Mereka berdua pun berjalan meninggalkan rumah Anzel.
"Jadi kamu dirumah sama siapa aja Nzel?" Rara mulai bertanya membuka obrolan.
"Oh, aku dirumah ber 6, ada Aku, Nadeline, Bi Inah, Mbak Ayu, Pak soleh, sama Mang Nanang, kadang kalau weekend Eyang putri sama Eyang kakung datang mengunjungi kami, tapi itu pun nggak lama, cuma beberapa jam saja." Jawab Anzel menjelaskan.
Setelah mereka berjalan sampailah mereka di depan gang tempat kejadian tadi.
"Aku takut lewat sini lagi, aku takut kalau orang gila itu menungguku dan menyergapku lagi gimana?" Tanya Rara kepada Anzel sambil menahan rasa takutnya.
"Tenang ada aku, kamu jangan takut, makanya aku mengantarmu biar kamu aman." Jawab Anzel sambil memegang pundak Rara meyakinkan.
"Dia itu hanya berani saat kamu sendirian, kalau ada aku orang gila itu pasti takut," Jelas Anzel menenangkan Rara.
"Baiklah terimakasih ya berkat kamu aku selamat, oiya kamu tadi mau kemana kok bawa tas?" Tanya Rara penasaran.
"Aku tadi itu mau main basket sama anak-anak. Lalu aku dengar suara cewek teriak minta tolong, dan benar saja saat aku lihat ternyata kamu mau dilempar kayu sama orang gila. Jelas saja aku langsung menolongmu," Jawab Anzel menjelaskan kepada Rara.
"Oh jadi gitu, kamu benar-benar malaikat penolongku, aku nggak tau gimana jadinya aku tadi tanpamu, mungkin aku sudah babak belur dilempar kayu, dan mungkin saja aku sudah di IGD sekarang karena serangan orang gila itu." Ungkap Rara dengan rasa sedih yang mendalam.
"Ini semua karena Mamaku, dia mau ngenalin aku sama teman sekantornya, Kata Mama orang itu akan datang menjemputku 5 menit lagi, makanya aku cepat-cepat pergi dan akhirnya aku ketemu sama orang gila itu, sungguh apes banget nasibku." Ujar Rara sambil memonyongkan mulutnya bercerita kepada Anzel.
"Jadi kamu mau dikenalkan sama laki-laki pilihan Mamamu?"
"Apa kamu mau dijodohkan?" Tanya Anzel dengan nada sinis.
------------
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Airhujan
Nanti aku baca lagi. Jangan lupa mampir iya😊
2022-11-24
1