Bab 20 - Beda pendapat

"Kamu kenapa Ra? kenapa kok cemberut gitu?" Tanya Sarasti kepada Rara.

"Apa ada yang mengganjal di hatimu?" Tanya Sarasti sekali lagi meyakinkan Rara.

"Ah tidak Ma, aku tidak papa." 

"Yaudah ayo ambilkan berkas-berkasmu Ra."

"Baik Ma." Sambil berjalan mengambil berkas di kopernya.

"Ini pak, semua berkas identitas saya ada disini." Ujar Rara memberikan kepada pak Roni.

"Baiklah terimakasih ya, nanti jam 3 sore  saya akan menjemput kalian lagi untuk cake  out dan pergi ke rumah baru." Ujar pak Roni menjelaskan.

Pokoknya ibu sama mbak rara jangan khawatir, pak arka akan selalu memberi yang terbaik, lewat saya asisten nya, nanti akan saya kabari kalau ada yang penting."

"Terimakasih banyak pak roni, kami sangat terhormat sekali mendapatkan semua ini." Ujar Sarasti sambil membungkukkan badan.

"Baiklah apa ada yang ditanyakan lagi? Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi saya, karena saya yang bertanggung jawab mengenai kehidupan bu Sarasti dan mbak Rara selama disini."

"Ah iya terimakasih banyak pak, nanti kalau ada yang perlu ditanyakan saya akan hubungi pak roni langsung." Ujar Sarasti dengan bahagianya.

"Untuk saksi apa sudah datang bu?"

"Sudah pak, kakak saya sendiri yang akan jadi saksinya, jam 2 sore nanti dia sampai di Jakarta dan saya jemput ke bandara." Ujar Sarasti menjelaskan.

"Oke baiklah sudah siap semua berarti ya." Tanya pak Roni meyakinkan lagi.

"Sudah pak, semua sudah siap tidak ada yang kurang kok."

"Mbak Rara sudah siap kan mbak, besok akad nikah jam 6 sore?" Tanya pak Roni kepada Rara.

Rara pun terdiam lalu mengatakan "Eeemmm insyaallah siap pak."

"Alhamdulillah semoga besok acaranya lancar ya." Ucap pak Roni memberikan harapanya.

"Akad nikah besok akan dilangsungkan di kediaman mas Arka yang baru, rumah itu khusus dibeli untuk mbak Rara dan ibu." Sambung pak Roni.

"Untuk baju akad pakai yang warna putih ya."

"Ah iya habis ini kita memang akan belanja baju akad." Jawab Sarasti dengan sumringah.

 

"Dan pesan Presdir jangan sampai ada yang tau tentang akad nikah ini, jadi mohon untuk tidak mengambil gambar sekalipun, demi kebaikan bersama."

Mendengar pernyataan dari pak Roni Sarasti dan Rara pun mengangguk mengerti.

"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu, saya akan mengurus dokumen ini agar besok akad nikah bisa dilangsungkan dengan lancar." Sambung pak Roni menjelaskan.

Setelah pak Roni meninggalkan hotel tersebut Rara dan Sarasti pun bergegas  mengambil tas dan bersiap menuju ke mall untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan Rara.

Sesampainya di mall Plaza Indonesia Sarasti membelikan baju-baju yang bagus untuk Rara, baju untuk sehari-hari dan juga baju untuk akad nikah.

"Pilihlah Ra mana baju yang kamu suka, mereka pun masuk di bothnya Zara, Sarasti benar-benar kalap. Dia begitu bersemangat membelanjakan uang yang diberikan pak Roni kemarin tanpa sepengetahuan Rara.

"Coba ganti style ini Ra, kamu harus berganti style sekali-kali, jangan model baju yang itu-itu aja terus, kamu harus mengeksplor model tubuhmu, coba ambil ini, nanti tinggal dicoba cocok apa nggak!" Ujar Sarasti memberi tahu Rara sambil sibuk memilihkan putrinya beberapa baju.

"Aduh Ma udah deh aku bisa pilih sendiri."

"Kamu itu cantik Ra, tubuhmu juga bagus, kamu cocok pakai model apapun, jadi ikuti kata Mama oke."

"Ah mama ini dari dulu tetap saja, suka nya mengatur hidupku." Celoteh Rara kepada mamanya.

"Mama itu tau dan bisa melihat pesonamu, sekarang penampilanmu harus lebih elegan, jangan mau kalah dengan istri pertamanya Arka."

"Aduh mama aku nggak suka mama terlalu berlebihan gitu, dan jangan samakan aku dengan istrinya, aku ini punya style sendiri. ini aku ambil tshirt ini aja." Ujar Rara sambil mengambil tshirt warna putih di gantungan baju.

"Eh eh eh jangan, kembalikan Ra, jangan pakai kaos oblong lagi, aduh kamu ini bikin mama naik darah deh, masak iya istri seorang CEO pakaian nya kaos oblong, kembalikan Ra, jangan pakai itu lagi, ini baju-baju yang cocok untukmu." Sambil menunjuk bagian dress di pojok toko itu.

"Pakai baju yang lebih elegan, yang lebih memperlihatkan penampilan yang high class, biar orang-orang yang melihatmu terpesona dengan kecantikanmu! Hahahaha." Sambil tertawa bahagia Sarasti pun mengambil banyak baju untuk dipilih oleh Rara.

"Oiya mama lupa, kita kan cuma bawa pakaian dalaman sedikit ya, ayo kita belanja sekalian Ra." Sambil menarik tangan rara menuju bagian ****** ***** wanita.

"Kamu mau yang mana? Ambil aja. Atau kamu juga butuh lingerie. ayo ambil beberapa lingerie yang kamu suka."

Mendengar kata lingerie sontak Rara terperanjat geli mendengarnya, tidak pernah terbersit di benaknya akan menggunakan lingerie di depan laki-laki yang akan menjadi suami kontraknya. Sungguh sangat berat dilakukan.

Kenapa diam saja ra, ayo pilih beberapa warna lingerie yang kamu suka."  

"Mau warna pink? Biru? Hitam? Atau merah? kamu harus pilih warna-warna yang berani, yang disukai laki-laki, biasanya laki-laki itu sukanya warna yang berani, yang menantang."

Mendengar perkataan sang Mama Rara pun dibuat geleng-geleng kepala karena geli dengan model lingerie yang diperlihatkan mamanya.

"Dan pilih lingerie yang lucu modelnya, jangan yang terlalu berlebihan juga, itu malah membuat laki-laki jadi ilfil, soalnya kan kamu baru pertama kali ketemu, takutnya dia malah berpikir kamu ini wanita murahan."

"Aduh Ma, enggak ah, biarlah aku pilih sendiri model yang aku inginkan, dan nggak harus aku beli itu juga kan." Ujar Rara menolak pilihan sang mama.

"Yakan nggak papa sekali-kali Ra, kamu itu sekali-kali harus berpenampilan menarik, itu kan suamimu juga."

"Suami kontrak ma, bukan suami beneran." Ujar Rara memberi tahu mamanya dengan nada kesal.

"Iya tapi kan tetep aja, kalau bisa membuat dia tertarik sama kamu kan lebih baik." Ujar sarasti menjelaskan sambik tersenyum.

"Loh mama ini kok ngomong gitu sih, dia itu punya istri ma, mama nggak tau istrinya itu kelihatan cemburu banget sama aku, pandanganya aja sinis gitu kemarin." Ujar  Rara memberi tahu mamanya.

"Ya benar aja lah, dia itu merasa kamu datang sebagai sainganya, wajar dia sinis denganmu, tapi kamu jangan takut, mereka itu butuh kamu untuk mendapatkan bayi, jadi jelas dia akan baik kepada kita." Jawab sarasti memberi tahu rara lagi.

"Ayo Ra lanjut pilih lagi, dan juga kita belum beli baju akad warna putih."

"Aku mau baju yang sederhana aja ma, dan nggak mau yang heboh." Ujar Rara memberi tahu mamanya.

"Iya, baju dress panjang warna putih yang elegan, disini ada butik yang bagus-bagus, ayo kita kesana setelah ini." Ajak Sarasti kepada putrinya tersebut.

Dengan semangat mereka belanja baju sampai kalap. Dan tetap saja Sarasti selalu mengatur Rara, putri satu-satunya yang dia miliki.

"Kamu jadi beli lingerie nya?"

"Kenapa cuma ngambil 1 sih Ra?" Tanya sarasti sambil ngecek belanjaan rara.

Ah mama, aku nggak mau beli banyak-banyak ah, nggak kepakai juga." Ujar Rara menjelaskan kepada mamanya.

-----

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!