"Kamu kenapa Ra? kenapa kok cemberut gitu?" Tanya Sarasti kepada Rara.
"Apa ada yang mengganjal di hatimu?" Tanya Sarasti sekali lagi meyakinkan Rara.
"Ah tidak Ma, aku tidak papa."
"Yaudah ayo ambilkan berkas-berkasmu Ra."
"Baik Ma." Sambil berjalan mengambil berkas di kopernya.
"Ini pak, semua berkas identitas saya ada disini." Ujar Rara memberikan kepada pak Roni.
"Baiklah terimakasih ya, nanti jam 3 sore saya akan menjemput kalian lagi untuk cake out dan pergi ke rumah baru." Ujar pak Roni menjelaskan.
Pokoknya ibu sama mbak rara jangan khawatir, pak arka akan selalu memberi yang terbaik, lewat saya asisten nya, nanti akan saya kabari kalau ada yang penting."
"Terimakasih banyak pak roni, kami sangat terhormat sekali mendapatkan semua ini." Ujar Sarasti sambil membungkukkan badan.
"Baiklah apa ada yang ditanyakan lagi? Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi saya, karena saya yang bertanggung jawab mengenai kehidupan bu Sarasti dan mbak Rara selama disini."
"Ah iya terimakasih banyak pak, nanti kalau ada yang perlu ditanyakan saya akan hubungi pak roni langsung." Ujar Sarasti dengan bahagianya.
"Untuk saksi apa sudah datang bu?"
"Sudah pak, kakak saya sendiri yang akan jadi saksinya, jam 2 sore nanti dia sampai di Jakarta dan saya jemput ke bandara." Ujar Sarasti menjelaskan.
"Oke baiklah sudah siap semua berarti ya." Tanya pak Roni meyakinkan lagi.
"Sudah pak, semua sudah siap tidak ada yang kurang kok."
"Mbak Rara sudah siap kan mbak, besok akad nikah jam 6 sore?" Tanya pak Roni kepada Rara.
Rara pun terdiam lalu mengatakan "Eeemmm insyaallah siap pak."
"Alhamdulillah semoga besok acaranya lancar ya." Ucap pak Roni memberikan harapanya.
"Akad nikah besok akan dilangsungkan di kediaman mas Arka yang baru, rumah itu khusus dibeli untuk mbak Rara dan ibu." Sambung pak Roni.
"Untuk baju akad pakai yang warna putih ya."
"Ah iya habis ini kita memang akan belanja baju akad." Jawab Sarasti dengan sumringah.
"Dan pesan Presdir jangan sampai ada yang tau tentang akad nikah ini, jadi mohon untuk tidak mengambil gambar sekalipun, demi kebaikan bersama."
Mendengar pernyataan dari pak Roni Sarasti dan Rara pun mengangguk mengerti.
"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu, saya akan mengurus dokumen ini agar besok akad nikah bisa dilangsungkan dengan lancar." Sambung pak Roni menjelaskan.
Setelah pak Roni meninggalkan hotel tersebut Rara dan Sarasti pun bergegas mengambil tas dan bersiap menuju ke mall untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan Rara.
Sesampainya di mall Plaza Indonesia Sarasti membelikan baju-baju yang bagus untuk Rara, baju untuk sehari-hari dan juga baju untuk akad nikah.
"Pilihlah Ra mana baju yang kamu suka, mereka pun masuk di bothnya Zara, Sarasti benar-benar kalap. Dia begitu bersemangat membelanjakan uang yang diberikan pak Roni kemarin tanpa sepengetahuan Rara.
"Coba ganti style ini Ra, kamu harus berganti style sekali-kali, jangan model baju yang itu-itu aja terus, kamu harus mengeksplor model tubuhmu, coba ambil ini, nanti tinggal dicoba cocok apa nggak!" Ujar Sarasti memberi tahu Rara sambil sibuk memilihkan putrinya beberapa baju.
"Aduh Ma udah deh aku bisa pilih sendiri."
"Kamu itu cantik Ra, tubuhmu juga bagus, kamu cocok pakai model apapun, jadi ikuti kata Mama oke."
"Ah mama ini dari dulu tetap saja, suka nya mengatur hidupku." Celoteh Rara kepada mamanya.
"Mama itu tau dan bisa melihat pesonamu, sekarang penampilanmu harus lebih elegan, jangan mau kalah dengan istri pertamanya Arka."
"Aduh mama aku nggak suka mama terlalu berlebihan gitu, dan jangan samakan aku dengan istrinya, aku ini punya style sendiri. ini aku ambil tshirt ini aja." Ujar Rara sambil mengambil tshirt warna putih di gantungan baju.
"Eh eh eh jangan, kembalikan Ra, jangan pakai kaos oblong lagi, aduh kamu ini bikin mama naik darah deh, masak iya istri seorang CEO pakaian nya kaos oblong, kembalikan Ra, jangan pakai itu lagi, ini baju-baju yang cocok untukmu." Sambil menunjuk bagian dress di pojok toko itu.
"Pakai baju yang lebih elegan, yang lebih memperlihatkan penampilan yang high class, biar orang-orang yang melihatmu terpesona dengan kecantikanmu! Hahahaha." Sambil tertawa bahagia Sarasti pun mengambil banyak baju untuk dipilih oleh Rara.
"Oiya mama lupa, kita kan cuma bawa pakaian dalaman sedikit ya, ayo kita belanja sekalian Ra." Sambil menarik tangan rara menuju bagian ****** ***** wanita.
"Kamu mau yang mana? Ambil aja. Atau kamu juga butuh lingerie. ayo ambil beberapa lingerie yang kamu suka."
Mendengar kata lingerie sontak Rara terperanjat geli mendengarnya, tidak pernah terbersit di benaknya akan menggunakan lingerie di depan laki-laki yang akan menjadi suami kontraknya. Sungguh sangat berat dilakukan.
Kenapa diam saja ra, ayo pilih beberapa warna lingerie yang kamu suka."
"Mau warna pink? Biru? Hitam? Atau merah? kamu harus pilih warna-warna yang berani, yang disukai laki-laki, biasanya laki-laki itu sukanya warna yang berani, yang menantang."
Mendengar perkataan sang Mama Rara pun dibuat geleng-geleng kepala karena geli dengan model lingerie yang diperlihatkan mamanya.
"Dan pilih lingerie yang lucu modelnya, jangan yang terlalu berlebihan juga, itu malah membuat laki-laki jadi ilfil, soalnya kan kamu baru pertama kali ketemu, takutnya dia malah berpikir kamu ini wanita murahan."
"Aduh Ma, enggak ah, biarlah aku pilih sendiri model yang aku inginkan, dan nggak harus aku beli itu juga kan." Ujar Rara menolak pilihan sang mama.
"Yakan nggak papa sekali-kali Ra, kamu itu sekali-kali harus berpenampilan menarik, itu kan suamimu juga."
"Suami kontrak ma, bukan suami beneran." Ujar Rara memberi tahu mamanya dengan nada kesal.
"Iya tapi kan tetep aja, kalau bisa membuat dia tertarik sama kamu kan lebih baik." Ujar sarasti menjelaskan sambik tersenyum.
"Loh mama ini kok ngomong gitu sih, dia itu punya istri ma, mama nggak tau istrinya itu kelihatan cemburu banget sama aku, pandanganya aja sinis gitu kemarin." Ujar Rara memberi tahu mamanya.
"Ya benar aja lah, dia itu merasa kamu datang sebagai sainganya, wajar dia sinis denganmu, tapi kamu jangan takut, mereka itu butuh kamu untuk mendapatkan bayi, jadi jelas dia akan baik kepada kita." Jawab sarasti memberi tahu rara lagi.
"Ayo Ra lanjut pilih lagi, dan juga kita belum beli baju akad warna putih."
"Aku mau baju yang sederhana aja ma, dan nggak mau yang heboh." Ujar Rara memberi tahu mamanya.
"Iya, baju dress panjang warna putih yang elegan, disini ada butik yang bagus-bagus, ayo kita kesana setelah ini." Ajak Sarasti kepada putrinya tersebut.
Dengan semangat mereka belanja baju sampai kalap. Dan tetap saja Sarasti selalu mengatur Rara, putri satu-satunya yang dia miliki.
"Kamu jadi beli lingerie nya?"
"Kenapa cuma ngambil 1 sih Ra?" Tanya sarasti sambil ngecek belanjaan rara.
Ah mama, aku nggak mau beli banyak-banyak ah, nggak kepakai juga." Ujar Rara menjelaskan kepada mamanya.
-----
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments