Bab 16 Bertemu Keluarga Hartanto
Rara pun tertegun setelah melihat isi dokumen tersebut dan terpaksa menandatanganinya.
Didalam lubuk hati Rara yang paling dalam dia begitu merasa bersalah telah meninggalkan Anzel, dadanya terasa sesak setelah menandatangani dokumen perjanjian tersebut.
"Baiklah kalau memang semua sudah setuju dengan rencana pernikahan kontrak ini, hari jumat kita akan gelar akad nikahnya, bagaimana bu Sarasti apa sudah siap? Untuk saksi dari pihak perempuan apa sudah ada?" Tanya Sarah kepada Sarasti.
"Untuk saksi akan dari pamanya Rara, karena Ayah Rara sudah meninggalkan Rara dari dia kecil." Jawab Sarasti sambil menggenggam tangan Rara.
Rara pun mengangguk dan menyetujui ide tersebut.
"Baiklah tidak ada masalah lagi ya, semuanya sudah setuju kan?" Tanya Sarah lagi kepada semua yang hadir.
Setelah semua setuju Presdir hartanto pun menutup pertemuan itu dengan makan malam bersama.
Rara pun tidak berani untuk memandang Arka yang berada tepat di hadapanya, dia sangat takut dan pikiranya begitu kalut mengingat hari jumat tinggal 2 hari lagi, tinggal besok dan besoknya lagi. Yang Rara ingat malam itu hanya pikiran tentang bagaimana kabar Anzel, lagi apa dia sekarang? Kenapa dia tidak menghubunginya? Pikiranya hanya tentang Anzel dan Anzel.
"Kamu ngelamunin apa Ra?" Tanya sang Mama membuyarkan lamunan Rara.
"Ayo cepat makan." Sambil menyuruh Rara memakan hidangan main course berupa Australian Roll Beff with mushroom sauce didepanya.
Melihat Visual Rara yang cantik dan mempesona Arka pun mencuri-curi pandang dengan melemparkan tatapan mata tajam kepada Rara, dalam benak Arka kenapa gadis ini begitu cantik dan manis, tubuhnya juga tinggi semampai, bak bodi seorang model kemolekan tubuh Rara pun mencuri perhatian Arka malam itu.
Melihat pertama kali wajah Rara memang jauh berbeda dari fotonya saat dikenalkan oleh Asisten Presdir, lebih cantikan aslinya daripada di foto. Sungguh bibit unggul jika Arka bisa memiliki anak dari rahim Rara.
Melihat paras Rara yang begitu cantik terbersit rasa cemburu di hati Sania, dia memiliki ketakutan akan suaminya jatuh hati kepada Rara. Semua ini sangat menjengkelkan, kenapa dia yang harus bernasib seperti ini, tidak bisa memiliki anak dan harus berpura-pura baik dengan calon istri kontrak suaminya tersebut.
Makan malam itu pun ditutup dengan sajian Dessert yang enak sekali, sunggu makan malam yang sangat berkelas baru pertama dirasakan oleh Rara dan Sarasti. Sembari menghabiskan Dessert kue coklat yang begitu nikmat Sarah pun bertanya kepada Sarasti.
"Oiya bu Sarasti ini katanya karyawan di perusahaan kita di cabang surabaya ya?" Tanya Sarah membuka kembali obrolan agar tidak canggung dan agar lebih kekeluargaan.
"Ah iya bu, saya sudah 15 tahun kerja di Jcorb Company cabang surabaya." Jawab Sarasti dengan bangganya.
"Wah luar biasa sekali lo, ternyata bu Sarasti begitu setia sekali membantu perusahaan kami ya, saya senang sekali mendengar kegigihan dan kerja keras ibu selama ini." Ucap Sarah dengan bangganya.
"Jadi ibu ini membesarkan putri ibu sendiri sebagai single mother begitu? Dengan bekerja di perusahaan kami selama itu, benar-benar seorang ibu yang sangat pekerja keras." Ujar Sarah sekali lagi memuji Sarasti.
"Ah ibu jadi single mother itu kalau nggak bekerja keras ya nggak makan bu." Ujar Sarasti menjelaskan sambil melemparkan senyum.
"Memang hidup itu keras, kalau kita tidak berusaha kita tidak akan mendapatkan hasil, jadi diperlukan yang namanya kesabaran dan juga ketelatenan." Sambung Sarah menambahkan.
Lalu Rara ini katanya sarjana ilmu Management ya, dan berbakat bernyanyi juga ya?" Tanya Sarah dengan penasaran.
"Ah iya Nyonya, benar sekali." Ujar Rara mengiyakan.
Dalam makan malam itu hanya Sarah yang aktif bertanya ini dan itu karena merasa tertarik dengan gambaran hidup Rara.
Sementara Arka dan Sania tetap melanjutkan makan malam mereka tanpa ikut membuka obrolan.
Setelah jamuan makan malam tibalah di penghujung acara, pertemuan pertama kali itu pun memberikan kesan yang baik dibenak keluarga Hartanto.
"Baiklah saya terima kasih ibu sudah berkenan hadir di sini malam ini, juga Rara terima kasih sudah bersedia membantu masalah kami." Ujar Sarah berterima kasih kepada Sarasti dan Rara.
"Sama-sama ibu, saya yang sangat berterima kasih malahan karena semua kebaikan yang ibu berikan." Ucap Sarasti dengan tersenyum lebar.
"Sampai ketemu lusa ya." Ujar Presdir Hartanto menambahkan.
Mereka semua pun berdiri sambil berjabat tangan, Rara pun akhirnya berjabat tangan dengan Arka untuk pertama kalinya, dan reflek melakukan kontak mata dengan Arka.
"Degh, degh, degh." Jantung Rara berdebar karena melihat visual Arka yang begitu gagah dan juga tampan.
Melihat hal tersebut Sania langsung menatap Arka yang berada di sampingnya, dengan tatapan elang Sania juga menatap Rara dengan tatapan tajam.
Dengan cepat Rara langsung melepaskan tanganya dan bergegas berjabat tangan dengan Sania. Momen tersebut sontak membuat Rara tidak enak dengan Istri pertama Arka itu.
Mereka semua pun akhirnya pergi dan pulang, Sarah dan juga Presdir Hartanto menaiki mobilnya Mercedes benz begitu pula Sania dan Arka pulang dengan mobil Alphard mereka.
Rara dan Sarasti pun juga pergi meninggalkan restoran itu menuju lantai 15 kamar mereka.
Sarasti pun bertanya kepada Rara "bagaimana perasaanmu Ra? Apa kamu lega bisa kembali ke kamarmu?" Tanya Sarasti sambil menggoda Rara agar dia tersenyum.
"Ah Mama aku benar-benar takut menatap mereka semua, pandangan mataku hanya tertuju ke makanan yang aku makan saja." Jawab Rara dengan cemberut.
"Gimana anaknya Presdir tadi ganteng banget ya Ra, badanya atletis sekali, seperti CEO di drama korea, dan juga istrinya tadi cantik juga lo, hidup mereka pasti bergelimang harta, tapi sayang cobaan mereka juga tidak kalah besar, sampai-sampai istrinya tidak bisa memiliki keturunan. Sangat disayangkan sekali, kamu bersyukur Ra bisa masuk ke dalam rumah tangga mereka, bisa menjadi bagian dari rumah tangga mereka lho, anak kamu nanti akan jadi penyelamat kita." Celoteh Sarasti membayangkan tentang masa depan mereka.
"Ah Mama ini kenapa berfikir jauh sekali sih." Ujar Rara kesal.
"Aku aja nggak berani lihat wajah mereka, menatap wajahnya pun aku takut lho Ma! Ah kenapa sih aku harus masuk kedalam masalah ini!" Ujar Rara kesal sambil menghentakkan kakinya.
"Apa aku harus baik kepada istrinya? Ah semoga saja aku bisa hidup tenang setelah ini tanpa ikut campur Istri pertamanya, karena hidupku tidak hanya tentang disini saja, aku masih ada Anzel yang menungguku, jadi aku harus semangat menjalani hari-hari kedepan ku bersuami seorang CEO, suami kontrak, rahim kontrak!" Ujar Rara dalam kepada sang Mama.
"Rara kamu jangan bilang gitu Nak, kan ada Mama yang selalu menemani kamu, jangan sedih lagi ya!" Ucap Sarasti menenangkan sang putri.
"Sekarang kita istirahat dan besok ayo ikut mama belanja baju buat kita disini, oke!" Ujar Sarasti membujuk Rara agar tidak sedih lagi.
"Kamu mau beli apa? Beli berlian atau emas 10 karat?" Tanya Sarasti dengan gelak tawa memecah suasana malam itu.
"Ah mama ini bisa aja sih." Sambil memukul tangan Sarasti dan bergegas memasuki kamar mereka.
—----
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments