"Jadi kamu mau dikenalkan sama laki-laki pilihan Mamamu?"
"Apa kamu mau dijodohkan?" Tanya Anzel dengan nada sinis.
Sambil terus berjalan Rara pun akhirnya menjelaskan kalau tadi pagi dia bertengkar dengan Mamanya Sarasti. Sang Mama meminta agar nanti jam 12 siang Rara tidak boleh pergi kemana-mana. Karena laki-laki yang akan dikenalkan oleh Mamanya akan datang menjemputnya untuk diajak makan dan berkenalan. Rara pun memberontak pergi dari rumah, dia berusaha kabur dari sang Mama, hingga akhirnya di suatu gang dia bertemu dengan orang gila yang terobsesi padanya.
"Aku benar-benar nggak habis pikir sama jalan pikiran Mamaku! Kenapa dengan gampangnya dia mengenalkanku sama laki-laki yang beristri!, sungguh sangat menjengkelkan sekali mamaku!" Celoteh
Rara dengan nada kesal menceritakan kisahnya.
"Memangnya apa alasan Mamamu memperkenalkan kamu sama orang itu? Mau dijodohkan dengan alasan apa Ra?" Tanya Anzel penasaran.
"Entahlah, aku juga nggak ngerti, Mama kemarin cuma bilang gini, besok waktunya kamu ketemu sama Arka laki-laki yang Mama kenalkan ini akan jadi suamimu. Kamu harus ikuti apa kata Mama!" Jawab Rara sambil memperagakan gaya sang Mama berbicara.
"Maka dari itu sebenarnya aku malas pulang kerumah kalau harus ketemu sama Mamaku lagi!" Celoteh Rara sambil memonyongkan bibirnya.
"Kamu mau ke rumahku?, kalau nggak mau pulang ayo ke rumahku, daripada kamu harus pulang ketemu Mamamu!" Ajak Anzel menyuruh Rara menginap dirumahnya untuk sementara waktu.
"Baiklah bolehkan aku menginap semalam dirumahmu Nzel, besok pagi aku akan pulang, biar Mamaku tau kalau aku benar-benar marah sama dia." Jawab Anzel dengan percaya dirinya.
"Baiklah sekarang ayo kita cari makan dulu, kamu pasti lapar dari tadi belum makan." Sambil menunjuk restaurant di seberang jalan.
Anzel dan Rara pun putar balik ke arah restoran padang di seberang jalan. Mereka tidak jadi pulang ke rumah Rara dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama.
"Kamu tau nggak Ra kenapa aku tadi menciummu?" Tanya Anzel dengan wajah memerah menahan tawa.
"Eh iya kenapa sih Nzel kamu tadi tiba-tiba menciumku, aku benar-benar malu tau!" Jawab Rara dengan nada kesal.
"Hahahahaha tapi kamu suka kan, kamu menikmatinya kan." Cetus Anzel ketawa dengan puasnya.
"Apa kamu tadi mengerjaiku ya? Kamu sengaja kan biar aku salah tingkah? Iya kan?" Tanya Rara sambil membentak Anzel.
"Hahahahahaha nggak gitu Ra tadi itu memang nggak sengaja, aku kan menolongmu yang kedua kali biar kamu nggak jatuh, jadi aku lempar aja kamu ke kasur." Tutur Anzel menjelaskan dengan bahagianya.
"Gini ya Nzel terimakasih buat pertolongan kamu yang kedua kalinya itu, tapi kenapa kamu harus menciumku?" Tanya Rara menegaskan lagi dengan nada tinggi.
"Jangan bilang karena kamu cari kesempatan dalam kesempitan? Iya kan Nzel, kamu itu dari dulu sama. Saat kita SMA pun tetap aja cari-cari kesempatan, tapi sekarang kamu lebih berani ya!" Celoteh Rara dengan sinisnya. Tak bisa dipungkiri bahwa Rara pun menikmati momen tersebut.
Obrolan mereka pun tidak terasa sudah hampir jam 9 malam, telpon Rara terus berdering hingga terhitung sudah 5 panggilan tak terjawab. Telpon itu jelas dari Mamanya Sarasti. Membayangkan wajahnya saja Rara enggan, apalagi mengangkat teleponnya dan
pulang pasti sangat menjengkelkan.
"Kenapa nggak diangkat Ra? Angkat aja biar Mamamu tau kalau kamu baik-baik aja, dan bilanglah yang sejujurnya kalau kamu nggak mau pulang." Ujar Anzel menjelaskan.
"Kalau kamu nggak angkat telponnya aja kalau kamu sekarang aman sama aku." Tutur Anzel menjelaskan kepada Rara.
"Nggak Nzel, aku nggak mau ngangkat telponnya Mama, dia nggak tau gimana perasaanku, masak anaknya sendiri mau dikenalkan sama orang yang sama sekali nggak aku kenal, buat apa coba? Apa Mama mau menjualku demi uang? Dari kecil Mama selalu menyuruhku ini dan itu, hidupku serasa tidak pernah bahagia karena paksaan Mama." Ucap Rara menjelaskan dengan kesalnya.
"Sekarang kalau nggak demi uang apa coba alasan Mama ngenalin aku ke orang asing itu? Apa dia mau sewa rahimku? Atau mau jual aku?" Celoteh Rara dengan kesalnya.
"Gini ya Ra aku kasih tau kamu, setiap orang tua pasti punya harapan yang baik buat anaknya, mungkin saja Mamamu ingin kamu cepat punya pendamping, agar hidup kamu terjamin. Atau juga dia ingin kamu setelah lulus kuliah menikah." Papar Anzel menjelaskan dengan tatapan mata menatap mata Rara.
"Kalau kamu ingin tahu alasan Mamamu yang sebenarnya besok kamu pulang dan tanyakan itu pada Mamamu, biar semua jelas Ra, apa perlu aku antar?" Tanya Anzel sambil tersenyum mengejek Rara.
"Ih, kamu ini Nzel! Aku tuh masih belum siap kalau disuruh nikah sekarang, masih banyak banget yg ingin aku capai, impian aku kerja di perusahaan besar pun belum tercapai. Bagaimana bisa aku harus menikah sekarang? Mamaku itu sukanya menuntut aku, jadi nggak usah heran kalau permintaan dia aneh-aneh." Jelas Rara sambil meneguk minuman ditanganya.
"Aku akan selalu jadi sahabatmu Ra, kamu jangan khawatir kalau ada apa-apa kasih tau aku aja." Sambung Anzel menjelaskan.
Malam pun kian larut, obrolan mereka pun semakin dalam juga semakin penuh dengan canda tawa, Rara dan Anzel adalah sepasang sahabat yang selalu bersama dari mereka SMA sampai kuliah pun masih sama-sama. Anzel mengambil jurusan Ilmu Bisnis Internasional sedangkan Rara mengambil jurusan Ekonomi. Entah karena banyak alasan kebersamaan mereka sering sekali membuat banyak orang mengira kalau mereka pasangan kekasih. Padahal mereka hanya bersahabat saja. Begitupun dengan Anzel dia nyaman dengan Rara karena Rara adalah sahabat yang apa adanya, menyenangkan dan juga sangat baik kepada Anzel.
"Ayo pulang ke rumahku Ra." Ajak Anzel sambil berdiri dari kursinya.
"Sudah malam waktunya istirahat, kamu bisa tidur dikamar tamu di rumahku, lalu besok aku akan antar kamu pulang ketemu Mamamu, besok aku akan bantu kamu ngomong baik-baik biar Mama nggak marah." Tutur Anzel dengan sabarnya.
"Baiklah Nzel, aku nginap malam ini di rumahmu biar aku pun tenang, agar besok aku bisa lebih siap bertemu Mamaku, semoga aja Mama berubah pikiran ya." Tutur Rara dengan wajah cemberut.
"Yaudah jangan cemberut lagi dong, kamu mau aku belikan permen biar senyum lagi?" Tanya Anzel dengan girangnya menggoda Rara.
Sesampainya mereka di rumah Anzel malah menarik tangan Rara dan membawanya ke kamarnya. Karena malam itu rumah Anzel sangat sepi dia bisa memasukkan Rara ke dalam rumahnya dengan mudah.
"Ayo ikut aku ke kamarku, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Sambil menarik tangan Rara mereka pun bergegas menaiki anak tangga dengan cepatnya.
"Aduh kamu mau ngapain lagi sih Nzel?" Tanya Rara dengan nadi emosi.
"Sudah ikut aja, ada yang mau aku tunjukan kepadamu!" Jawab Anzel sambil membuka daun pintu kamarnya.
Dan Brakkk! Pintu kamar pun tertutup.
-------------
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments