Bab 3 - Dipaksa Mama

"Jadi kamu mau dikenalkan sama laki-laki pilihan Mamamu?"

"Apa kamu mau dijodohkan?" Tanya Anzel dengan nada sinis.

Sambil terus berjalan Rara pun akhirnya menjelaskan kalau tadi pagi dia bertengkar dengan Mamanya Sarasti. Sang Mama meminta agar nanti jam 12 siang Rara tidak boleh pergi kemana-mana. Karena laki-laki yang akan dikenalkan oleh Mamanya akan datang menjemputnya untuk diajak makan dan berkenalan. Rara pun memberontak pergi dari rumah, dia berusaha kabur dari sang Mama, hingga akhirnya di suatu gang dia bertemu dengan orang gila yang terobsesi padanya.

"Aku benar-benar nggak habis pikir sama jalan pikiran Mamaku! Kenapa dengan gampangnya dia mengenalkanku sama laki-laki yang beristri!, sungguh sangat menjengkelkan sekali mamaku!" Celoteh 

Rara dengan nada kesal menceritakan kisahnya.

"Memangnya apa alasan Mamamu memperkenalkan kamu sama orang itu? Mau dijodohkan dengan alasan apa Ra?" Tanya Anzel penasaran.

"Entahlah, aku juga nggak ngerti, Mama kemarin cuma bilang gini, besok waktunya kamu ketemu sama Arka laki-laki yang Mama kenalkan ini akan jadi suamimu. Kamu harus ikuti apa kata Mama!" Jawab Rara sambil memperagakan gaya sang Mama berbicara. 

"Maka dari itu sebenarnya aku malas pulang kerumah kalau harus ketemu sama Mamaku lagi!" Celoteh Rara sambil memonyongkan bibirnya.

"Kamu mau ke rumahku?, kalau nggak mau pulang ayo ke rumahku, daripada kamu harus pulang ketemu Mamamu!" Ajak Anzel menyuruh Rara menginap dirumahnya untuk sementara waktu.

"Baiklah bolehkan aku menginap semalam dirumahmu Nzel, besok pagi aku akan pulang, biar Mamaku tau kalau aku benar-benar marah sama dia." Jawab Anzel dengan percaya dirinya.

"Baiklah sekarang ayo kita cari makan dulu, kamu pasti lapar dari tadi belum makan." Sambil menunjuk restaurant di seberang jalan.

Anzel dan Rara pun putar balik ke arah restoran padang di seberang jalan. Mereka tidak jadi pulang ke rumah Rara dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama.

"Kamu tau nggak Ra kenapa aku tadi menciummu?" Tanya Anzel dengan wajah memerah menahan tawa.

"Eh iya kenapa sih Nzel kamu tadi tiba-tiba menciumku, aku benar-benar malu tau!" Jawab Rara dengan nada kesal.

"Hahahahaha tapi kamu suka kan, kamu menikmatinya kan." Cetus Anzel ketawa dengan puasnya.

"Apa kamu tadi mengerjaiku ya? Kamu sengaja kan biar aku salah tingkah? Iya kan?" Tanya Rara sambil membentak Anzel.

"Hahahahahaha nggak gitu Ra tadi itu memang nggak sengaja, aku kan menolongmu yang kedua kali biar kamu nggak jatuh, jadi aku lempar aja kamu ke kasur." Tutur Anzel menjelaskan dengan bahagianya.

"Gini ya Nzel terimakasih buat pertolongan kamu yang kedua kalinya itu, tapi kenapa kamu harus menciumku?" Tanya Rara menegaskan lagi dengan nada tinggi.

"Jangan bilang karena kamu cari kesempatan dalam kesempitan? Iya kan Nzel, kamu itu dari dulu sama. Saat kita SMA pun tetap aja cari-cari kesempatan, tapi sekarang kamu lebih berani ya!" Celoteh Rara dengan sinisnya. Tak bisa dipungkiri bahwa Rara pun menikmati momen tersebut.

Obrolan mereka pun tidak terasa sudah hampir jam 9 malam, telpon Rara terus berdering hingga terhitung sudah 5 panggilan tak terjawab. Telpon itu jelas dari Mamanya Sarasti. Membayangkan wajahnya saja Rara enggan, apalagi mengangkat teleponnya dan 

pulang pasti sangat menjengkelkan.

"Kenapa nggak diangkat Ra? Angkat aja biar Mamamu tau kalau kamu baik-baik aja, dan bilanglah yang sejujurnya kalau kamu nggak mau pulang." Ujar Anzel menjelaskan.

"Kalau kamu nggak angkat telponnya aja kalau kamu sekarang aman sama aku." Tutur Anzel menjelaskan kepada Rara.

"Nggak Nzel, aku nggak mau ngangkat telponnya Mama, dia nggak tau gimana perasaanku, masak anaknya sendiri mau dikenalkan sama orang yang sama sekali nggak aku kenal, buat apa coba? Apa Mama mau menjualku demi uang? Dari kecil Mama selalu menyuruhku ini dan itu, hidupku serasa tidak pernah bahagia karena paksaan Mama." Ucap Rara menjelaskan dengan kesalnya.

"Sekarang kalau nggak demi uang apa coba alasan Mama ngenalin aku ke orang asing itu? Apa dia mau sewa rahimku? Atau mau jual aku?" Celoteh Rara dengan kesalnya.

"Gini ya Ra aku kasih tau kamu, setiap orang tua pasti punya harapan yang baik buat anaknya, mungkin saja Mamamu ingin kamu cepat punya pendamping, agar hidup kamu terjamin. Atau juga dia ingin kamu setelah lulus kuliah menikah." Papar Anzel menjelaskan dengan tatapan mata menatap mata Rara.

"Kalau kamu ingin tahu alasan Mamamu yang sebenarnya besok kamu pulang dan tanyakan itu pada Mamamu, biar semua jelas Ra, apa perlu aku antar?" Tanya Anzel sambil tersenyum mengejek Rara.

"Ih, kamu ini Nzel! Aku tuh masih belum siap kalau disuruh nikah sekarang, masih banyak banget yg ingin aku capai, impian aku kerja di perusahaan besar pun belum tercapai. Bagaimana bisa aku harus menikah sekarang? Mamaku itu sukanya menuntut aku, jadi nggak usah heran kalau permintaan dia aneh-aneh." Jelas Rara sambil meneguk minuman ditanganya.

"Aku akan selalu jadi sahabatmu Ra, kamu  jangan khawatir kalau ada apa-apa kasih tau aku aja." Sambung Anzel menjelaskan.

Malam pun kian larut, obrolan mereka pun semakin dalam juga semakin penuh dengan canda tawa, Rara dan Anzel adalah sepasang sahabat yang selalu bersama dari mereka SMA sampai kuliah pun masih sama-sama. Anzel mengambil jurusan Ilmu Bisnis Internasional sedangkan Rara mengambil jurusan Ekonomi. Entah karena banyak alasan kebersamaan mereka sering sekali membuat banyak orang mengira kalau mereka pasangan kekasih. Padahal mereka hanya bersahabat saja. Begitupun dengan Anzel dia nyaman dengan Rara karena Rara adalah sahabat yang apa adanya, menyenangkan dan juga sangat baik kepada Anzel.

"Ayo pulang ke rumahku Ra." Ajak Anzel sambil berdiri dari kursinya.

"Sudah malam waktunya istirahat, kamu bisa tidur dikamar tamu di rumahku, lalu besok aku akan antar kamu pulang ketemu Mamamu, besok aku akan bantu kamu ngomong baik-baik biar Mama nggak marah." Tutur Anzel dengan sabarnya.

"Baiklah Nzel, aku nginap malam ini di rumahmu biar aku pun tenang, agar besok aku bisa lebih siap bertemu Mamaku, semoga aja Mama berubah pikiran ya." Tutur Rara dengan wajah cemberut.

"Yaudah jangan cemberut lagi dong, kamu mau aku belikan permen biar senyum lagi?" Tanya Anzel dengan girangnya menggoda Rara.

Sesampainya mereka di rumah Anzel malah menarik tangan Rara dan membawanya ke kamarnya. Karena malam itu rumah Anzel sangat sepi dia bisa memasukkan Rara ke dalam rumahnya dengan mudah.

"Ayo ikut aku ke kamarku, ada yang ingin aku bicarakan padamu." Sambil menarik tangan Rara mereka pun bergegas menaiki anak tangga dengan cepatnya.

"Aduh kamu mau ngapain lagi sih Nzel?" Tanya Rara dengan nadi emosi.

"Sudah ikut aja, ada yang mau aku tunjukan kepadamu!" Jawab Anzel sambil membuka daun pintu kamarnya.

Dan Brakkk! Pintu kamar pun tertutup.

-------------

Bersambung

Episodes
1 Bab 1 - Dihadang Orang gila
2 Bab 2 - Hal Tak Terduga
3 Bab 3 - Dipaksa Mama
4 Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5 Bab 5 - Ada Yang Datang
6 Bab 6 - Pertentangan Rara
7 Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8 Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9 Bab 9 - Bertemu Anzel
10 Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11 Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12 Bab 12 - Hal tak terduga
13 Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14 Bab 14 - Tiba di Jakarta
15 Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16 Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17 Bab 17 - Pergulatan Batin
18 Bab 18 - Ketakutan Sania
19 Bab 19 - Keluar dari hotel
20 Bab 20 - Beda pendapat
21 Bab 21 - Bertemu Sania
22 Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23 Bab 23 - Kehilangan HP
24 Bab 24 - Dugaan Rara
25 Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26 Bab 26 - Rumah Baru
27 Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28 Bab 28 - Keburukan Sania
29 Bab 29 - Hari pernikahan
30 Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31 Bab 31 - Salah tingkah
32 Bab 32 - Percaya diri
33 Bab 33 - Rasa kesal Sania
34 Bab 34 - Bertemu Juan
35 Bab 35 - Bulan madu
36 Bab 36 - Rencana akhir bulan
37 Bab 37 - Menemui Mama mertua
38 Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39 Bab 39 - Rasa bersalah
40 Bab 40 - Kado untuk Arka
41 Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42 Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43 Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44 Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45 Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46 Dear Para Pembaca Setia
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 - Dihadang Orang gila
2
Bab 2 - Hal Tak Terduga
3
Bab 3 - Dipaksa Mama
4
Bab 4 - Adegan Panas Anzel
5
Bab 5 - Ada Yang Datang
6
Bab 6 - Pertentangan Rara
7
Bab 7 - Kisah Mendiang Airin
8
Bab 8 - Perbincangan Sarasti
9
Bab 9 - Bertemu Anzel
10
Bab 10 - Mengatur Pertemuan
11
Bab 11 - Rencana Sania bertemu Rara
12
Bab 12 - Hal tak terduga
13
Bab 13 - Hampir ketinggalan pesawat
14
Bab 14 - Tiba di Jakarta
15
Bab 15 - Perjanjian Kontrak
16
Bab 16 - Bertemu keluarga Hartanto
17
Bab 17 - Pergulatan Batin
18
Bab 18 - Ketakutan Sania
19
Bab 19 - Keluar dari hotel
20
Bab 20 - Beda pendapat
21
Bab 21 - Bertemu Sania
22
Bab 22 - Membeli gaun pengantin
23
Bab 23 - Kehilangan HP
24
Bab 24 - Dugaan Rara
25
Bab 25 - Wejangan paman Hasan
26
Bab 26 - Rumah Baru
27
Bab 27 - Ajakan menikah lagi
28
Bab 28 - Keburukan Sania
29
Bab 29 - Hari pernikahan
30
Bab 30 - Berlian Baru keluarga Hartanto
31
Bab 31 - Salah tingkah
32
Bab 32 - Percaya diri
33
Bab 33 - Rasa kesal Sania
34
Bab 34 - Bertemu Juan
35
Bab 35 - Bulan madu
36
Bab 36 - Rencana akhir bulan
37
Bab 37 - Menemui Mama mertua
38
Bab 38 - keberadaan Ayah Rara
39
Bab 39 - Rasa bersalah
40
Bab 40 - Kado untuk Arka
41
Bab 41 - Perebutan Hak Waris
42
Bab 42 - Kesehatan Presdir Hartanto
43
Bab 43 - Pulang Bulan Madu
44
Bab 44 - Akhir Hidup Ayah Rara
45
Bab 45 - Akhir Yang Bahagia
46
Dear Para Pembaca Setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!